Virus Jenis Baru Terdeteksi Minggu Ini

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 28 Des 2020 22:15 WIB

Virus Jenis Baru Terdeteksi Minggu Ini

i

Puluhan calon penumpang kereta api jarak jauh di Stasiun Gubeng Surabaya, mengantri untuk melakukan rapid tes Antigen yang disediakan PT KAI, Senin (28/12/2020). Sp/Arlana

 

Virus SARS-CoV-2 Jenis Baru, Lebih Cepat Menular, Tapi Belum Ditemukan Lebih Mematikan dan Tidak Menyebabkan Keparahan

Baca Juga: Gibran Absen di Otoda 2024 Surabaya, Mendagri Tito Bocorkan Alasannya

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Riuh penyebaran mutasi virus Covid-19 dari Inggris di Surabaya, terus bergulir sampai semalam. Mutasi itu bermuara dari Bandara Internasional Juanda Sidoarjo. Ramainya alur mutasi virus covid-19 ternyata juga dibenarkan tim Satuan Tugas Covid-19 di Jawa Timur. Bahkan, pakar epidemiologi menyebut, mutasi varian baru virus Covid-19 sudah masuk di Indonesia sejak Agustus 2020 lalu, seperti di Jogjakarta, Jakarta, Tangerang hingga SUrabaya. Hanya saja, mutasi D614G itu baru bisa terdeteksi di Jawa Timur, sepekan ini.

Hal ini diungkapkan dr. Windhu Purnomo, Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, dr. Makhyan Jibril, selaku Tim Satuan Gugus Kuratif Covid-19 Jawa Timur dan Epidemiolog Griffith Australia, Dicky Budiman serta Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio yang dihubungi terpisah oleh tim wartawan Surabaya Pagi, Senin (28/12/2020).

"(mutasi Covid-19) Itu benar adanya. Kalau D614G ini sebenernya sudah masuk di Indonesia dari bulan April lalu. Bahkan Prof. Nyoman (Tim Peneliti Unair) sudah menginformasikan hal tersebut dari bulan Agustus lalu kalau sudah masuk disini," ujar dr Windhu, Senin (28/12/2020).

Windhu menjelaskan, bahwa mutasi D614G adalah varian baru yang juga baru masuk di Jawa Timur. "D614 adalah varian baru di Jawa Timur. Belum ada kepastian tentang berapa kali lipat potensi penularannya, tapi yang pasti, genome ini perlu diwaspadai karena tingkat penularannya cukup tinggi," papar Windhu.

Pada dasarnya, tambah Windhu, dampak dan tingkat penularan dari virus corona  dapat diketahui dari karakteristik virus yang didapatkan melalui penelitian. "Sejauh ini masih dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik varian baru corona dari Inggris maupun D614G. Apakah itu lebih ganas dari sebelumnya ? Kita masih melakukan penelitian lebih lanjut," terangnya.

Menurut dr. Windhu Purnomo, mutasi memang sangat sulit untuk dicegah. Sejatinya, makhluk hidup akan berevolusi. Fenomena ini adalah bagian evolasi dari mutasi virus. "Evolusi virus bisa terjadi karena beberapa faktor. Seperti tekanan lingkungan, radiasi. Sinar matahari, kimia dan lain sebagainya," jelasnya.

 

Lebih ‘Menempel’

Senada juga diungkapkan oleh dr. Makhyan Jibril, selaku Tim Satuan Gugus Kuratif Covid-19 Jawa Timur. Dirinya menjelaskan bahwa mutasi tersebut benar telah ditemukan saat ini didunia. Namun untuk di Indonesia, masih butuh pendalaman lebih detail.

"Untuk mutasi varian baru corona dari Inggris itu memang ada, tapi kita butuh penelitian lebih lanjut lagi. Kalau soal mutasi D614G ini bahkan sudah ada di jauh jauh hari," jelas dr Jibril.

Ia pun membeberkan, bahwa mutasi D614G ini memiliki tingkat penularan yang jauh lebih tinggi ketimbang virus Covid-19 sebelumnya. Dimana, lebih cepat yang ditemukan, bisa 10 kali lebih ‘menempel’ pada tubuh. “Mutasi D6414G ini lebih nempel banget ketimbang sebelumnya. Makaya, menularnya bisa sangat tinggi," beber Jibril.

Tidak sampai disitu, dirinya menambahkan, gejala yang ditimbulkan dari D614G tidak berbeda dengan sebelumnya, jadi genome ini lebih kearah penularan yang sangat cepat.

Tercatat dari pertengahan bulan Maret, tren angka positif covid-19 selalu mengalami peningkatan pada momen hari libur. Hal ini menjadi ancaman yang serius bagi pemerintah dan masyarakat agar lebih waspada dalam menyambut hari libur.

Baca Juga: SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

"Kami sudah meningkatkan Rumah Sakit rujukan yang ada di Jawa Timur. Yang semula hanya 127, kita tambah menjadi 145. Selain itu, kita juga menambah kapasitas Rumah Sakit darurat yang ada di kota kota. Di Surabaya yang semula hanya 354, kita naikkan menjadi 500 bed tambahan," papar Dr. Makhyan Jibril.

Menyambut libur pada akhir tahun 2020, Dr. Makhyan Jibril menghimbau masyarakat untuk, Mengacu pada Surat Edaran Gubernur, agar masyarakat di Jawa Timur untuk meminimalkan interaksi.

“Perlu diingat kembali bahwa setiap momen hari libur angka positif corona semakin meningkat. Masyarakat harus lebih taat pada protokol kesehatan dan membatasi keramaian keramaian pada euforia malam tahun baru," pungkasnya.

 

Belum Diteliti Lebih Mematikan

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan hingga saat ini, varian baru virus SARS-Cov-2 yang berkembang di Inggris baru diketahui menyebabkan tingkat penularan Covid-19 yang semakin cepat. Namun belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa mutasi virus ini membuatnya lebih mematikan dari sebelumnya.

"Varian baru ini diketahui meningkatkan penularan, tapi belum ada bukti klinis membuat keadaan (penderita Covid-19) lebih berat, lebih sulit diobati atau lebih cepat menyebabkan kematian. Belum ada buktinya," ungkapnya, Senin kemarin.

Baca Juga: Hari Kamis, Presiden Jokowi Dijadwalkan ke Surabaya

Dia menambahkan, mutasi tersebut terjadi secara alami guna membuat virus semakin sesuai dengan lingkungan tempatnya berkembang. Bila mutasi menyebabkan virus semakin cocok tinggal di suatu daerah, maka virus tersebut akan terus bertahan. Bila tidak, maka virus akan tereliminasi.

"Jadi mutasi itu adalah upaya virus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mutasi-mutasi itu kalau terjadi terus berarti membuat virus semakin fit, makin sesuai. Tidak selalu artinya virus jadi semakin ganas," jelasnya.

 

Prokes 5M

Namun, Epidemiolog Griffith Australia, Dicky Budiman menilai bahwa virus jenis baru yang mutasi D614G ini tidak menyebabkan keparahan. Namun, mudah menginfeksi dengan tingkat mencapai tiga kali. Artinya, beban di fasilitas kesehatan akan semakin besar.

"Orang sakit akan lebih banyak. Apalagi orang yang punya komorbid. Ini adalah virus yang sama, menyebabkan virus yang sama. Artinya yang berubah, kode genetik. Yang harus dilakukan, disadari tidak bisa melakukan standar pencegahan biasa-biasa saja. Lebih ketat, lebih efektif," katanya.

Dia menyarankan, patuhi dan perketat protokol kesehatan. Bahkan, upaya 3M menurutnya sudah ketinggalan jaman. Sebaiknya dibuat menjadi 5 M. Yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan interaksi hingga menjauhi kerumunan.

"Kalau ini tidak cukup, membatasi interaksi diperkuat dengan PSBB. Saat ini saya harap semua masyarakat bisa menerapkan. Dan pemerintah penguatan surveilans, di pelabuhan, di komunitas, prospektif surveilans diperketat, terutama dari negara punya strain baru ini," tegasnya. mbi/erk/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU