Wajar Wali Kota Eri Marahi Pegawai RS Soewandhie

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 28 Nov 2022 22:04 WIB

Wajar Wali Kota Eri Marahi Pegawai RS Soewandhie

Layanan Pasiennya Kalah Tertib dengan RSAD Brawijaya yang Hanya RS Kelas C, Sementara RS Dr. Soewandhie Kelas A

 

Baca Juga: Dewan Minta Pemkot Surabaya Serius Tangani Pengelolaan Sampah TPA Benowo 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Sidak Wali kota Eri Cahyadi, di RSUD kelas A Dr. Soewandhie, yang ada di Jalan Tambak Rejo No 45 Surabaya Timur, bikin pegawai RSUD panas dingin. Beberapa pasien yang dihubungi mengakui layanan administrasinya kalah jauh dari RS Kelas C seperti RSAD Brawijaya.

"Direkturnya harus dimintai tanggungjawab," jelas pasien yang beralamat di Surabaya Barat. Pasien Jantung dan penyakit dalam (diabetes) ini memuji sistem layanan administrasinya. Pasien BPJS ini datang menaruh antrian. Lalu dipanggil ke loket layanan. Setelah pencocokan administrasi, menunggu panggilan perawat Poliklinik.

"Tertib sekali, meski nunggu lama, tapi ada antrian nomor urut, gak ada terombolan terombolan," jelas pasien pensiunan Bidan RSUD Dr. Soetomo, yang dihubungi Surabaya Pagi, Senin Sore.

 Pasien ini menilai kemarahan Walikota Eri Cahyadi, soal layanan administrasi, wajar. "Baguslah sidak Pak Eri, demi meningkatkan RS kelas A," komentar ibu dua anak dan tiga cucu.

Pasalnya, Wali Kota Eri Cahyadi terlihat marah besar saat dirinya sidak di RSUD dr Soewandhi, Senin (28/11/2022). Eri bahkan sempat menghardik salah satu pegawai perempuan di RS itu.

Kejadian bermula saat Eri melakukan kunjungan ke RS Soewandhi sekitar pukul 12.30. Eri lantas menyapa beberapa pasien yang menunggu di depan lobi. Di sana ia menerima pengaduan, terdapat satu pasien yang sudah menunggu sejak pukul 07.30 hingga 12.30 WIB, belum terlayani.

Eri pun langsung merespons pengaduan itu dan mengajak pasien tersebut naik ke lantai dua untuk meminta kejelasan dari pegawai RSUD Soewandhie. Begitu sampai ke lantai dua, ia pun langsung mengumpulkan para karyawan ke ruang berkas.

Dalam ruangan tersebut, Eri langsung menghardik para karyawan dan mengancam akan mengganti mereka semua, karena layanan yang sangat lama.

"Kalian semua tak habisi (pekerjaan) semua nanti ya. Aku sudah bilang untuk membuat inovasi agar layanan tidak terlalu lama, masak nunggu dari setengah 8 baru masuk setengah 1 siang. Apa alasannya?" kata Eri dengan nada tinggi.

Eri pun merasa ada kejanggalan dalam antrean, sebab nomor antrean besar lebih dulu masuk dari pada nomor antrean kecil. "Ada nomor yang besar masuk dulu karena ini-nya cepat (datanya). Itu ada nomor 28 belum masuk, dasarnya apa, yok opo iki (bagaimana ini)," ungkapnya.

Karena apa yang ditanyakan tak kunjung mendapat jawaban, Eri pun berteriak kepada salah satu pegawai berseragam coklat sambil menarik tangganya untuk melihat kondisi antrean di bawah. Selain itu, Eri juga marah karena berkas tak tertata rapi.

"Ini lho pikiren lah, masyarakat ke sini itu sakit, seperti itu (antrean) harusnya diatur lah, diubah jangan seperti itu. Rumah sakit model seperti ini, dokumennya mirip semua tidak dibetulkan," terang Eri sambil menunjuk berkas yang miring.

Di tengah sikapnya melempar kritik atas pelayanan dan penataan dokumen, terdengar suara pegawai perempuan yang mengomentari pernyataannya. Eri pun mencari asal suara tersebut.

"Siapa yang cangkeme ngomong ngunu, rene-rene! (siapa yang berkata itu, kamu kesini)," kata Eri sambil menunjuk arah suara tersebut.

"Matamu lihat sini, kamu lihat masalahnya di bawah sama aku," sambungnya sambil menarik lengan pegawai wanita itu ke arah lift untuk diajak kebawah.

Terlihat perempuan itu mengikuti Eri sambil menjawab. "Saya tuh tidak ngomong seperti itu Pak," kata perempuan itu sambil melipat tangannya di depan dadanya. Beberapa kali terdengar ucapannya meminta pengertian dari Eri Cahyadi.

Sementara sidak tersebut berakhir pada pukul 13.00 WIB. Diketahui, Eri Cahyadi rutin melakukan kunjungan ke sejumlah lembaga pelayanan publik di wilayah Pemkot Surabaya, dalam beberapa bulan terakhir.

 

Baca Juga: Pemkot Surabaya Kebut Pengerjaan Estetika Kota Lama 

Lambatnya Pendataan

Walikota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan lambatnya pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soewandhie dikarenakan pengambilan data rekam medis yang terlalu lama. Sehingga, ada beberapa pasien yang harus menunggu lama untuk diperiksa.

"Dokternya sudah siap, pasien sudah siap tapi berkasnya belum siap. Berkasnya baru naik sekitar 5 menit yang lalu. Mungkin berkasnya ada yang terselip atau masih dicari, di situlah masalahnya," kata Eri setelah melakukan sidak di rumah sakit milik Pemerintah Kota Surabaya ini.

Wali kota Eri Cahyadi menambahkan, selain lemot dalam penyediaan rekam medis, penyebab lambatnya layanan di rumah sakit ini adalah kurangnya dokter yang ada di poli. Seperti yang terjadi di poli orthopedi, seharusnya ada empat dokter tapi sebagian dokter ada jadwal operasi sehingga hanya tersisa dua di poli.

"Nah, tadi sudah kami ubah dan sepakati, dalam satu poli tidak boleh kurang dari 4 dokter. Terus sebelum poli itu dibuka, maka statusnya pasien sudah ada di meja poli, jadi pasien tidak perlu mondar-mandir," imbuhnya.

Eri pun meminta pihak RSUD Soewandhie untuk menghitung pasien harian yang berada di poli sehingga bisa disesuaikan dengan jumlah dokter. Menurutnya, hal ini bisa dilihat dari kunjungan pasien di hari sebelumnya. Orang nomor satu di Surabaya ini meminta perhitungan tersebut disertakan dalam kontrak kinerja yang akan dilakukan seminggu lagi.

"Nanti kontrak kinerja saya buat Kamis sambil dia memastikan satu poli ini berapa orang maksimal yang datang," terangnya.

Ia menambahkan, bila ada yang tidak sesuai dengan kontrak kinerja, para pegawai di RSUD Soewandhie terancam dicopot jabatannya. "Kalau kontrak kinerja tidak sesuai, berarti melorot, copot jabatannya. Sudah!," tandasnya.

 

Janji Direktur RS Soewandhi

Baca Juga: Pemkot Surabaya Usulkan SERR ke Pusat

Sementara, usai disidak yang membuat wali kota marah, membuat Direktur RSUD dr Soewandhi Surabaya akan berjanji merubah pelayanan mulai Selasa (29/11/2022) hari ini.

Dokter Billy Daniel Messakh, Direktur RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya memastikan, bagi pasien yang datang tepat waktu sesuai jadwal, maka akan dilayani paling lama setelah menunggu atau mengantre selama 7 menit.

“Standar pasien sesuai jadwal. Dia (pasien) datang jam berapa kita sudah punya (standar) 7 menit. Antreannya tidak boleh lebih dari 7 menit. Tapi ada pasien yang datang terlambat, harus dihukum juga, dengan memundurkan dia, hal itu yang jarang terungkap. (Yang datang tepat waktu) 7 menit dia harus sudah dilayani,” ujar Billy pada awak media, Senin (28/11/2022).

Kebijakan itu muncul, usai Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya sidak Senin kemarin. Dalam sidaknya, Eri mengevaluasi lamanya antrean pasien karena penyerahan data rekam medis dianggap lambat dan tidak rapi.

“Memang kelemahan kita di ERM, mestinya sudah E, tapi belum sampai ke situ. Status (pasien) tadi itu namanya rekam medis. Keterlambatannya macam-macam penyebabnya, yang jelas beberapa pasien jadi luput. Jadi misalnya dia (pasien) antrean nomor 28, kita sudah sampai 100 sekian, itu karena status dia (pasien) ketelisut (hilang),” jelas Billy.

Billy memastikan, evaluasi dari Eri akan langsung dijalankan Selasa hari ini. Termasuk soal sistem rekam medis akan diperbaiki.

“Ini jalan keluar sudah tahu. Kita siapkan status baru dengan catatan medisnya sudah sesuai ERMnya dia (pasien), nanti kita akan bikin. Pak Eri minta untuk pasien besok misalnya, hari ini saya siapkan status pasien yang akan ada besok. Itu sudah kita lakukan beberapa waktu lalu. Tapi hasil kita evaluasi, 60 persen itu pasien tidak datang. Itu yang buat kita pikir sudah, lah, kecepatan kita cukup, karena tadi ada 15 tenaga (untuk menata data rekam medis). Tapi kita mesti evaluasi lagi sepertinya. Intinya meski Pak Eri bilang seminggu atau tiga hari (waktu yang diberikan), untuk besok, hari ini kita bisa siapkan,” ujarnya.

Selain sistem rekam medis, jumlah ketersediaan dokter juga akan diperbaiki. Meski selama ini, lanjut Billy, jumlah dokter sudah mencukupi. Tapi, dia akan memastikan ketersediaan dokter selama jam yang dibutuhkan pasien.

“(Dokter) untuk poli juga cukup. Kita coba hitung jam dua siang sudah habis kok (pelayanan), jadi untuk jumlah tenaga kesehatan tidak ada masalah. Kalau ada operasi, dokter bedah misal ada tiga sekarang, memang kita butuh nambah dua lagi. Tapi sementara ini, kita sistemnya gitu, kalau satu operasi yang dua standby di poli,” paparnya lagi. (ana/ril/rmc)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU