Wali Kota Ning Ita Didapuk Jadi Ratu Dongeng Sehari

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 19 Mar 2021 15:11 WIB

Wali Kota Ning Ita Didapuk Jadi Ratu Dongeng Sehari

i

Wali Kota Mijokerto, Ika Puspitasari saat mendongeng asal usul nama Majapahit. SP/Dwy Agus Susanti

SURABAYAPAGI.com, Mojokerto - Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kota Mojokerto menggelar acara Mojokerto Mendongeng, di Pendopo Rumah Rakyat, Jumat (19/3/2021) pagi.

Dalam acara tersebut, Wali Kota Mojokerto didapuk menjadi ratu dongeng sehari. Petinggi pemkot ini diberi panggung untuk mendongeng di depan puluhan pelajar perwakilan dari SDN Gedongan 1, Gedongan 2, SMPN 3, dan SMPN 9 Kota Mojokerto.

Baca Juga: Tinjau Banjir Kota Mojokerto, Pj Gubernur Jatim Bantu Logistik dan Pompa Air

Tak pelak, mendongeng secara spontan ini, membuat Ning Ita merasa bernostalgia ke era sepuluh tahun lalu. Saat putra-putrinya masih anak-anak. Ia terlihat tak canggung saat berkisah terkait Asal Usul Nama Majapahit.

"Temanya memang cukup berat untuk ditangkap dan di ingat oleh anak-anak se usia mereka. Tapi saya lihat, mereka paham kok, jika inti ceritanya adalah soal pengkhianatan," ujarnya.

Melalui dongeng itu, Ning Ita berpesan moril untuk selalu menjaga hubungan yang baik dalam pertemanan. "Jangan ada penghianatan, berteman itu harus tulus, baik saling menjaga satu sama lain," imbaunya.

Ditanya terkait kesan-kesannya saat mendongeng, Ning Ita mengaku
tak ada persiapan khusus. Ia juga mengaku, jika mendongeng ini bukan hal yang baru bagi dirinya.

"Ini mendadak saja, di mobil langsung saya baca inti ceritanya. Tapi bagi saya pribadi, ini refresh 10 tahun lalu kebiasaan bersama anak-anak saya. Hanya saja, sekarangkan ada gadget malah lebih menarik ada audio dan visual. Bisa didengarkan bersama-sama dan disharingkan," tukasnya.

Ia menjelaskan, dilaksanakannya acara peringatan hari dongeng sedunia tahun 2021 ini untuk membangkitkan kembali dunia perdongengan di tengah masyarakat yang saat ini mulai luntur.

Baca Juga: Banjir Rendam Empat Kelurahan, 4503 Warga Kota Mojokerto Terdampak

"Dongengkan kebudayaan. Nah kebudayan ini sedikit terdegradasi. Dengan event ini kita mengingatkan kembali, dongeng itu masih layak dan masih tetap ada nilainya, terus kita budayakan di era sekarang walaupun dengan metode yang berbeda," ungkapnya.

Ning Ita mengatakan, metode penyampaian dongeng baik konvensional maupun teknologi digital tak ada bedanya. Terpenting habit (kebiasaan) mendongeng dalam sebuah keluarga haruslah tetap ada, hingga menjadi tradisi yang turun temurun.

"Terpenting substansi dongengnya. Dimana kita menyampaikan pesan moral kepada anak-anak melalui cerita. Sebab pesan moral lebih kuat dimemori, dibandingkan nasehat tanpa ada cerita," imbuhnya.

Selain mendongeng, Ning Ita bersama Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Mojokerto juga menyerahkan sejumlah penghargaan.

Baca Juga: Banjir di Kelurahan Meri Terparah Sejak 5 Tahun Terakhir, Bantuan Mulai Datang, Banjir Mulai Surut

Yakni, lukisan foto diri asli pendongeng warga Kota Mojokerto dan patung mahkota Ratu Tribhuwana Tungga Dewi ke perwakilan keluarga pendongeng almarhum Ismaniasita, dan almarhum Trio F. Rony.

Tak hanya itu, empat pendongeng juga turut serta dalam mendongengkan kumpulan-kumpulan cerita rakyat. Yaitu, cerita Epos Ramayana oleh Aurelya Nabila Zahiyah, cerita Thak Uthak Ugel oleh Erny Mardiana, lalu Kisah si Kancil oleh Eko Bahtiar Rohman, dan Perjalanan si Nando oleh Lizmitrul Barara.

Sementara itu, Ketua Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kota Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo menjelaskan, peringatan hari dongeng sedunia menjadi salah satu agenda penting yang sudah direncanakan untuk digekar rutin tiap tahunnya dalam kegiatan DKD Kota Mojokerto.

"Ini menjadi salah satu rangkaian agenda DKD. Ke depan akan ada lebih banyak lagi agenda kita untuk melestarikan dan memajukan budaya khususnya Mojopahit," pungkasnya. Dwi

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU