Warga Gubeng Kertajaya Surabaya Cemas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 07 Jun 2020 21:14 WIB

Warga Gubeng Kertajaya Surabaya Cemas

i

Suasana terlihat tidak ada aktivitas di perkampungan Gubeng Kertajaya IX G, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (7/6). SP/Patrik Cahyo

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Satu keluarga di Surabaya meninggal diduga karena positif COVID-19. Bahkan ada janin 8 bulan yang dikandung salah satu anggota keluarga juga turut meninggal dunia. Kabar tragis dan sangat menyedikan ini kemudian viral dan mengundang keprihatinan masyarakata se-Tanah Air.

Keluarga yang meninggal terdiri dari suami, istri, dan anak. Janin yang di kandung sang anakpun ikut meninggal. Satu keluarga tersebut adalah warga Jalan Gubeng Kertajaya IX G Surabaya.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Resmikan Gedung Baru PMI

Warga sekitar Gubeng Kertajaya pun khawatir jika tertular.  Seperti  yang dirasakan Ditto saat ini. Pria 24 tahun ini menceritakan apa yang ia rasakan setelah mendengar tetangganya meninggal karena terjangkit covid-19. “Saya secara pribadi khawatir jika ikut tertular, lha emang dekat,” ucap Ditto.

Menurutnya ketidak sadaran diri akan bahayanya virus ini bisa merugikan banyak orang. "Saya rasa warga kota Surabaya ini sedikit mempunyai kesadaran diri, himbauan dan larangan pemerintah seakan tidak dihiraukan sama sekali," ujarnya saat di temui Surabaya pagi di kawasan Gubeng Kertajaya IX, kemarin.

Ditto juga menambahkan, pemerintahan Kota Surabaya sendiri kurang tegas dalam menangani hal seperti ini. Kerumunan masyarakat di berbagai tempat-tempat tongkrongan juga masih sering ia jumpai, seharusnya tindakan tegas yang diberikan oleh beberapa instansi pemerintahan bagi paraq pelanggar.

Hal senada dilontarkan oleh Fanny (27). Wanita berwajah manis ini menyampaikan pesan kepada tim Surabaya pagi untuk ditujukan kepada warga kota Surabaya dan instansi pemerintahan kota Surabaya.

"Saya ingin melihat kesadaran diri warga surabaya untuk memutus mata rantai virus covid-19 ini. Sudah terlalu banyak himbauan, sosialisasi dan sampai ada yang namanya kampung tangguh. Tetapi banyak juga yang kurang sadar diri," kata Fanny kepada Surabaya pagi.

Fanny juga menambahkan akan pentingnya menjaga kebersihan diri dari mulai mencuci tangan dengan sabun, menggunakan handsanitizer, memakai masker, dan yang paling penting hindarin kerumunan.

"Kasihan kan kalau dampaknya sampai ke keluarga kita sendiri, buktinya sudah ada kan. Permpuan mengandung positif covid, anak dalam kandungannya juga otomatis ikut meninggal. Yang saya tahu di Surabaya sudah ada 2 wanita hamil meninggal gegara positif, perawat RS Royal dan tetangga kampung sebelah," tutup Fanny kepada tim Surabaya pagi.

 

 Meninggal Beruntun

DW, anak bungsu dari keluargadi Gubeng Kertajaya ini, menceritakan kronologi meninggalnya keluarganya hanya dalam kurun waktu 6 hari.

"Awalnya dari gejala demam, batuk, dan flu yang dialami kakak perempuan. Kebetulan kakak sedang hamil 8 bulan. Sebelumnya sudah pernah periksa ke RS PHC dan rapid test di Pura Raharja, tapi hasilnya negatif. Akhirnya pulang dan menjalani perawatan di rumah," kata DW, Kamis (4/6/2020) lalu.

Saat menjalani perawatan di rumah, lanjut DW, kondisi kakaknya memburuk hingga kemudian dirujuk kembali ke di Rumah Sakit PHC Surabaya pada Selasa (26/5).

Saat di rumah sakit, kondisi kakak pertama DW tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Menurut DW saat dirawat di RS PHC, kakaknya mengalami gagal nafas dan sempat dipasang ventilator. "Setelah dicek, ternyata detak jantung bayi di kandungan kakak saya sudah gak ada," ujarnya.

Pada Jumat (29/5), ke-2 orang tua DW dibawa ke Rumah Sakit Islam Jemursari. Saat itu, ayah DW tiba-tiba kehilangan kesadarannya dan mengalami diare. Sementara mama DW mengalami meriang, batuk, dan sesak nafas.

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

Setelah sehari menjalani perawatan di rumah sakit tersebut, DW harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya meninggal dunia pada Sabtu (30/5).

"Sempat dirapid test hasilnya reaktif, tapi belum diswab, sehingga meninggalnya dengan status PDP. Gak lama, kakak saya yang meninggal pada Minggu (31/5) dini hari," jelasnya.

"Meninggalnya pukul 02.00 WIB. Tapi kakak saya sudah sempat menjalani tes swab. Swab kakak saya tanpa sepengetahuan keluarga. Tiba-tiba beberapa hari kemudian mendapat telepon dari puskesmas, kalau hasil swab kakak saya positif," lanjut DW.

DW sendiri dikabari oleh pihak Puskesmas Mojo bahwa kakaknya positif. Kemudian petugas mendata semua anggota keluarga yang ada di dalam 1 KK di rumah Jalan Gubeng Kertajaya.

Pada Selasa (2/6), giliran ibu DW yang meninggal. Sama seperti ayahnya, ibu DW juga belum sempat diswab, meski sempat menjalani rapid test dengan hasil reaktif.

"Jadwal swab dari pihak rumah sakit sebenarnya tanggal 2, tapi sampai mama meninggal sore hari belum sempat dilakukan swab. Harusnya pada hari itu jadwal swabnya, sudah bayar administrasi juga," ujarnya.

 

Tunggu Hasil Swab

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

Terpisah, Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Provinsi Jawa Timur belum bisa memastikan penyebab meninggalnya satu keluarga di  Gubeng Kertajaya IX Surabaya ini karena masih menunggu hasil tes swab.

"Hasil pemeriksaan swab masih belum keluar, jadi belum dipastikan akibat COVID-19 atau tidak," ujar anggota Gugus Tugas Rumpun Kuratif COVID-19 Jatim dr Makhyan Jibril Al Farabi, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, akhir pekan lalu.

Pihaknya membenarkan, di Surabaya terdapat satu keluarga, yang terdiri atas pasangan suami istri dan anak beserta janinnya yang diperkirakan berusia delapan bulan di kandungan meninggal dunia hanya dalam kurun waktu sepekan.

"Yang meninggal ada bapak dan ibu, lalu anaknya beserta janinnya. Untuk hasil swab bapak dan ibunya belum keluar," ucap dr Jibril.

Sementara itu, di keluarga tersebut masih terdapat anak pasangan suami istri itu berusia 28 tahun beserta keponakan berusia empat tahun yang sampai saat ini tetap tinggal di rumah.

Terhadap keduanya, kata dia, juga dilakukan tes swab pada Jumat (5/6) pagi di RSUD dr Soetomo yang hasilnya baru diketahui malam ini.

"Sampai sekarang saya belum dapat laporan hasilnya," katanya.adt/tyn/ptr

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU