Waspada, Cuaca Esktrem Sampai Tahun Baru

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 27 Des 2022 20:58 WIB

Waspada, Cuaca Esktrem Sampai Tahun Baru

BMKG Sebut Ada 4 Fenomena Alam yang Membuat Curah Hujan Tinggi, Banjir Rob, Hingga Gelombang Laut Tinggi di Kawasan Pesisir Jawa Timur dan Daerah Pulau Jawa Lainnya

 

Baca Juga: Cuaca Buruk, Ratusan Nelayan di Tulungagung Enggan Melaut

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Beberapa hari menjelang pergantian tahun, kondisi cuaca di Jawa Timur, dan beberapa daerah Indonesia mengalami cuaca ekstrem. Bahkan, hingga akhir tahun 2022 dan awal pergantian tahun 2023, cuaca ekstrem diantaranya hujan deras disertai angin kencang, serta gelombang laut tinggi terutama di kawasan pesisir. Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprediksi ada empat fenomena cuaca esktrem yang menerjang Pulau Jawa dan Bali hingga 5 Januari 2023 mendatang.

"Perlu kami sampaikan sejak 22 Desember lalu BMKG telah keluarkan rilis potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi dalam sepekan sejak 21 Desember hingga 1 Januari 2023, kenapa perlu kami keluarkan rilis karena sejak saat itu tanggal 21 Desember yang lalu terdeteksi minimal ada 4 fenomena di atmosfer atau fenomena yang menunjukkan sinyal menuju ke ekstrem yang terjadi bersamaan, saling menguatkan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers, Selasa (27/12/2022).

Dwikorita mengatakan, karena empat fenomena itu muncul, BMKG akhirnya membuat peringatan dini cuaca ekstrem selama Natal dan tahun baru. Menurutnya, prediksi itu saat ini benar terjadi.

"Untuk itu, kami sampaikan peringatan dini yang pertama 21 Desember yang lalu potensi cuaca ekstrem selama Nataru, hari ini 27 Desember kami evaluasi ternyata prediksi atau prakiraan tersebut konsisten atau sesuai dengan kejadian yang ada," katanya.

 

Fenomena Monsun Asia

Adapun 4 fenomena yang dimaksud Dwikorita adalah Monsun Asia, Seruak Udara Dingin yang berasal dari Dataran Tinggi Tibet, serta adanya Aliran Lintas Ekuator. Fenomena terakhir adalah adanya aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscilation (MJO).

Fenomena aliran lintas ekuator (cross equatorial flow) merupakan aliran udara dari belahan bumi bagian utara dan melintasi equator, menurut jurnal yang diterbitkan BPPT dengan judul 'Dinamika Atmosfer di Indonesia Bagian Barat'.

Jurnal yang ditulis oleh Tyas Tri Pujiastuti menjelaskan, cross equatorial flow ini ditandai dengan arah angin dominan dari utara di wilayah equator, sehingga seringkali disebut juga sebagai Cross Equatorial Northerly Surge (CENS). Dwikorita melanjutkan tiga fenomena itu "dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara lebih intensif di wilayah Indonesia bagian barat tengah dan selatan."

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Pelabuhan Jangkar Situbondo Ditutup Sementara

"Dan yang (fenomena) terakhir masih juga berlangsung, aktivitas Madden Julian Oscilation (MJO) yaitu pergerakan awan-awan hujan di Samudera Hindia melintasi ekuator Samudera Hindia dari arah timur Afrika menuju ke Samudera Pasifik menyeberangi Kepulauan Indonesia, dari arah barat bergerak ke tengah ke timur sehingga berdampak ke bertambahnya awan-awan hujan," paparnya.

"Kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain masih sama dengan 21 Desember, namun intensitasnya semakin menguat, yaitu monsun Asia yang beberapa hari terakhir. Jadi monsun Asia ini disertai dengan adanya seruakan udara dingin yang berasal dari dataran tinggi Tibet di Asia, dan juga fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara lebih intensif karena tadi ada tiga fenomena ya, monsun Asia, seruak udara dingin, dan aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara lebih intensif di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan," sambungnya.

 

Curah Hujan Tinggi

Dwikorita menjelaskan dampak dari munculnya seruakan udara dingin dapat meningkatkan curah hujan di wilayah barat Indonesia apabila disertai dengan arus lintas ekuatorial.

"Mengindikasikan bahwa aliran masa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia melintasi ekuator, dampak seruakan udara dingin dari Asia yang disertai arus ekuatorial dapat berdampak secara langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di bagian selatan ekuator," jelasnya.

Baca Juga: Imbas Banjir Semarang, KA Jakarta-Pasar Turi Surabaya Alami Keterlambatan

Menurutnya, prediksi cuaca yang dirilis 21 Desember 2022 sesuai dengan kejadian saat ini. Hal ini dibuktikan dengan kecepatan angin tinggi yang sudah terjadi dan mencapai lebih dari 40 knots.

Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita juga mengungkapkan beberapa wilayah yang perlu bersiaga menghadapi hujan pada 27-28 Desember 2022. Beberapa di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Papua.

"Oleh karena itu, potensi cuaca yang perlu disiapkan disiagakan, kita perlu siaga untuk hari ini hingga besok 28 Desember adalah di Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua dan Papua Barat," tuturnya.

Selain itu potensi hujan sangat lebat hingga ekstrem perlu diwaspadai di sejumlah wilayah pada periode 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023. Potensi hujan sangat lebat ini terjadi di wilayah, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

"Untuk potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode tanggal 27 Desember hingga 2 Januari, yang perlu di waspadai potensi hujan lebat hingga sangat lebat, bahkan bisa berkembang ekstrem sampai 2 Januari," katanya. erk/ana/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU