Minim Tenaga Pengajar, 116 SD di Probolinggo Terapkan Multigrade

surabayapagi.com
Kegiatan KBM tatap muka di salah satu SD di Probolinggo

SURABAYAPAGI.COM, Probolinggo - Dinas pendidikan (Dispendik) Probolinggo menerapkan kelas rangkap atau multigrade. Hal tersebut dilakukan guna menyiasati minimnya tenaga pendidik atau guru di sejumlag sekolah dasar (SD) di kabupaten Probolinggo.

Dari data yang didapat, sebanyak 116 lembaga SD menerapkan multigrade dari total 534 lembaga SD yang ada di kabupaten Probolinggo.

“Lembaga yang menerapkan pembelajaran mutligrade karena kekurangan guru di sekolah itu. Juga karena jumlah siswa kurang dari 60 anak didik. Yang menerapkan multigrade, contohnya siswa kelas I dan II digabung jadi satu kelas dan diajar oleh satu guru,” sebut Kabid Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo, Sri Agus pada Rabu, 2 Juni 2021.

Pengabungan dua kelas menjadi satu kelas itu, keputusan strategis dan terbaik untuk mengatasi kekurangan tenaga guru. Terobosan itu, kata Sri Agus, tidak menyalahi aturan. Sesuai petunjuk dari pemerintah pusat, lembaga sekolah yang jumlah siswa kurang dari 60 anak dapat menerapkan pembelajaran sistem multigrade.

Ia mengatakan idealnya setiap SD, mempunyai 9 tenaga pendidik. Faktanya, di Kabupaten Probolinggo masih banyak ditemukan lembaga yang kekurangan guru. Bahkan ada yang hanya mempunyai 4 guru. Fakta itulah yang mendorong Dispendik untuk menerapkan sistem multigrade.

“Sehingga sistem multigrade adalah terobosan terbaik. Selain itu, pembelajaran sistem multigrade juga dirasakan manafaatnya bagi para siswa. Anak didik dapat saling belajar bersama,” ujar Sri.

Selain multigrade, ada juga sekolah dasar yang digabung (merger). Sebab, kekurangan siswa dan jaraknya berdekatan. Ada 14 sekolah dimerger jadi 7 sekolah. “Tidak banyak, karena jika jarak kedua sekolah yang dimerger cukup jauh, membuat para siswa tidak nyaman,” tandasnya.

 

 

Editor : Moch Ilham

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru