Jelang Pilbup Gresik
Baca Juga: Pilbup Semakin Dekat, KPU Gresik Gencar Sosialisasi Pencoblosan ke Warga Perumahan
SURABAYAPAGI.COM, Gresik - Dua kader terbaik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bakal bertarung habis-habisan untuk merebut kursi Gresik-1 pada Pilkada serentak 9 Desember mendatang.
Keduanya adalah Mohammad Qosim dan Fandi Akhmad Yani. Cabup Qosim saat ini masih mendampingi Bupati Sambari Halim Radianto sebagai wakil bupati dua periode (2011-2021). Selain itu, Qosim juga memegang posisi strategis di partai, yakni sebagai Ketua DPC PKB Kabupaten Gresik.
Cabup Fandi Akhmad Yani yang akrab disapa Gus Yani juga tidak kalah tenarnya. Sebagai kader PKB yang terpilih sebagai anggota legislatif pada pileg 2019 lalu, namanya lantas meroket karena dia didaulat oleh partainya untuk menduduki jabatan penting sebagai Ketua DPRD Gresik 2019-2024.
Kendati Cabup Qosim memiliki pengalaman panjang sebagai birokrat, bukan berarti dia akan dengan mudah 'naik kelas'. Selama 10 tahun menjadi orang nomor 2 di Gresik, Qosim tentu memiliki jaringan dan kekuatan massa besar. Dia dikenal sebagai pendakwah tenar di kalangan atas maupun akar rumput.
Popularitas Qosim di mata para pendidik atau guru juga tidak diragukan karena sebelum menjadi wabup dua periode, dia mengemban jabatan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di era Bupati KH Robbach Ma'sum (almarhum).
Dukungan bagi Qosim juga akan datang dari kalangan wanita NU, baik yang menjadi anggota ormas Muslimat maupun Fatayat. Terbilang kedua kepengurusan organisasi wanita NU ini sangat dekat dengan Qosim.
Baca Juga: Baby Boomers sampai Gen Z Kebomas Siap Menangkan Paslon Yani-Alif 90 Persen
Keunggulan massa Qosim tidak serta merta bakal melampaui massa Cabup Fandi Akhmad Yani atau Gus Yani. Karena sokongan suara bagi Gus Yani diprediksi akan besar dari kalangan yang menginginkan perubahan kepemimpinan Kota Santri. Terutama warga Gresik Selatan yang mengalami banjir luapan Kali Lamong di musim hujan.
Secara matematis, Gus Yani memang sudah unggul dari dukungan partai pengusung. Ada enam parpol yang mengusung paslon nomor urut 2 ini. Yaitu, Golkar, PDIP, Nasdem, Demokrat, PPP dan PAN.
Enam parpol tersebut memiliki kursi mayoritas di parlemen lokal, yakni sebanyak 29 kursi. Sementara dua partai pengusung paslon nomor urut 1 (Qosim-Alif/QA), yakni PKB dan Gerindra hanya memiliki 21 kursi.
Bila saja masing-masing mesin politik partai pengusung bekerja semestinya, maka Gus Yani akan menjadi pemimpin baru di Gresik.
Sementara dukungan di luar partai politik pengusung, Gus Yani mengantungi sokongan kuat dari para kiai top dan pemangku pondok pesantren besar di Gresik. Selain Gus Yani sendiri adalah anak menantu dari kiai besar NU, KH Ali Masyhuri atau Gus Ali asal Tulangan, Sidoarjo.
Baca Juga: Jadi Calon Tunggal, Pasangan Yani-Alif Dapat Nomor Urut 1 di Pilbup Gresik
Sebut saja kiai besar yang berada di barisan Gus Yani, pemangku Ponpes Mambaus Sholihin di Desa Suci, KH Masbuchin Faqiih; dua bersaudara KH Machfud Ma'sum dan Almarhum KH Robbach Ma'sum yang juga mantan Bupati Gresik dua periode (2001-2011). Keduanya adalah pemangku Ponpes Ihya Ulum di Kecamatan Dukun.
Dua pengasuh ponpes besar lainnya, yakni Pondok Qomaruddin, Bungah dan Darut Taqwa, Suci juga menyatakan dukungan kepada paslon nomor 1, Gus Yani - Aminatun Habibah (Niat). Nama belakang ini adalah putri mendiang KH Ahmad Muhammad Al-Hamad, pendiri Ponpes Qomariddin.
Pertarungan dua paslon Pilbup Gresik kali ini benar-benar akan menguras tenaga dan kepiawaian para tim sukses. Karena kantung-kantung suara besar yang akan direbut berada di wilayah yang sama, kaum Nahdliyin.
Tinggal sebulan lagi masa pencoblosan tiba, masing-masing tim sukses sudah mengklaim kemenangan jagonya melalui hasil survei. Konon, tim paslon nomor 1 Qosim - Alif menggunakan lembaga survei Pusdeham, Surabaya. Sementara tim paslon nomor 2 Gus Yani - Bu Min memakai jasa survei Poltracking, Jakarta.
Klaim kemenangan sebelum hari H pencoblosan adalah sah-sah saja, sehingga tidak perlu disoal. Terpenting adalah hak suara masyarakat Gresik yang berhak memilih tersalurkan dengan baik secara jurdil. Karena pada hakekatnya suara rakyatlah yang paling berhak menentukan dan memilih pemimpin di era demokrasi ini. did/cr5/ril
Editor : Moch Ilham