SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kejadian Kongres Luar Biasa Partai Demokrat beberapa lalu menjadi bahan materi Disertasi Herzaky Mahendra Putra, S.Sos, M.M, . Tenaga Ahli Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Bidang Humas dan Komunikasi ini melangsungkan sidang doktor terbuka di kampus B Universitas Airlangga (Unair), Jumat, 11 Oktober 2024.
Politisi yang juga Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat tersebut berhasil menyelesaikan program studi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) di Sekolah Pascasarjana Unair. Herzaky merupakan teman satu kelas Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) AHY. Dalam disertasi yang berjudul 'Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Lingkungan Kerja, dan Komitmen terhadap Decision to Stay yang Dimediasi oleh Intention to Stay pada Partai Demokrat di Indonesia Pasca Penolakan Pengesahan KLB Ilegal oleh Kemenkumham', menjadi fokus utama dalam proses akademik panjang selama tiga tahun satu bulan lima hari.
Baca Juga: Ketua Fraksi Demokrat: Cawagub No 02 The Best
Melalui disertasi yang membahas mengenai kepemimpinan transformasional, Herzaky mengkaji pengaruh keberadaan Ketum Demokrat AHY terhadap eksistensi kader.
Terutama setelah terjadinya konflik internal di tubuh Demokrat sebagai salah satu partai besar di Indonesia. "Jadi ternyata kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh Mas AHY itu memiliki pengaruh yang signifikan dalam memastikan kader-kader pascakrisis yaitu setelah ditolaknya pengesahan KLB ilegal oleh Kemenkumham," paparnya, usai sidang Terbuka di Gedung Pascasarjana Unair Surabaya, Jumat (11/10/2024).
Meski ada KLB, namun mayoritas pengurus dan kader Demokrat di Seluruh Indonesia tetap setia ditengah konflik internal. Penolakan pengesahan Kongres Luar Biasa (KLB) ilegal oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menjadi momen krusial dalam sejarah Partai Demokrat yang berpotensi mengguncang kestabilan partai, namun berhasil dihadapi dengan soliditas kader. "Kader-kader rupanya masih bertahan. Padahal kalau biasanya ada konflik, intervensi, atau hal besar yang terjadi di sebuah organisasi partai politik, itu muncul kecenderungan banyak kader yang keluar," sambung dia.
Herzaky, yang telah lama berkiprah dalam Partai Demokrat, menuturkan bahwa kepemimpinan transformasional AHY berperan signifikan dalam menjaga keutuhan partai dan meningkatkan komitmen kader meskipun dihadapkan pada badai politik. “Disertasi saya berfokus pada pengaruh signifikan kepemimpinan AHY dalam mendorong kader untuk tetap bertahan setelah krisis penolakan KLB ilegal oleh Kemenkumham. Banyak partai lain mungkin akan kehilangan banyak kader dalam kondisi seperti ini, namun di Demokrat kami melihat sebaliknya. Kepemimpinan transformasional terbukti menjadi kunci utama yang membuat kader bertahan,” jelas Herzaky.
Lebih lanjut, Herzaky memaparkan bagaimana AHY sebagai pemimpin berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, yang ditandai dengan nilai-nilai luhur, visi yang jelas, dan komitmen terhadap tujuan jangka panjang partai. Herzaky menekankan bahwa di tengah dominasi politik transaksional di Indonesia, AHY membawa angin segar dengan memimpin melalui nilai-nilai yang berbasis pada integritas dan misi yang jelas. “Kepemimpinan AHY tidak hanya sebatas mengelola partai secara politik, tetapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan tujuan bersama di antara kader. Di saat banyak kader dari partai lain pindah ke partai lain karena iming-iming kepentingan jangka pendek, Demokrat justru tidak mengalami hal tersebut. Kepemimpinan berbasis nilai dan visi jangka panjang yang AHY tunjukkan membuat kader tetap solid,” ungkapnya.
Baca Juga: Lulus Gelar Doktor dengan Predikat Cumlaude, AHY Dipuji Seluruh Guru Besar Unair
Herzaky juga menyoroti bahwa salah satu tantangan besar dalam dunia politik Indonesia adalah kurangnya perhatian pada pengembangan sumber daya manusia di partai politik. Menurutnya, partai politik di Indonesia masih terlalu fokus pada aspek politik elektoral dan sering kali mengabaikan pentingnya pembinaan kader secara berkelanjutan.
“Kita sering mendengar tentang tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam berbagai bidang, tetapi sangat jarang sekali kita berbicara tentang bagaimana mengelola partai politik dengan baik sebagai tempat pembentukan pemimpin masa depan. Padahal, sebagian besar pemimpin besar di Indonesia lahir dari partai politik,” ujarnya.
Baca Juga: Anggota Fraksi Demokrat Miseri Effendy Beberkan Kinerja DPRD Jatim
Herzaky juga menegaskan bahwa partai politik memiliki peran strategis dalam membentuk pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia. Menurutnya, pengembangan sumber daya manusia dalam partai politik harus menjadi fokus utama untuk menciptakan pemimpin yang berkualitas, mulai dari tingkat lokal seperti anggota DPRD hingga pemimpin nasional.
“Untuk menjadi pemimpin besar, sebagian besar kader harus memulai dari partai politik. Oleh karena itu, pengelolaan partai politik harus dilakukan dengan serius, terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Kader-kader muda yang potensial harus mendapatkan kesempatan untuk berkembang, tidak hanya dalam hal politik elektoral, tetapi juga dalam hal kepemimpinan yang berbasis nilai,” pungkasnya. rko
Editor : Redaksi