Orang yang Sering Main Medsos Justru Merasa Kesepian

surabayapagi.com

SURABAYAPAGI, Surabaya - Banyak orang merasa perlu menjalani terapi ketika sedang berjuang "melawan" kesepian. Banyak orang kini merasa lebih kesepian dibandingkan sebelumnya, meskipun lebih terhubung secara daring.

Hal tersebut menjadi fenomena yang semakin umum yang didokumentasikan dengan baik dalam penelitian ilmiah. Misalnya, satu studi yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa remaja saat ini menghabiskan sekitar satu jam lebih sedikit per hari untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya dibandingkan dengan remaja yang tumbuh pada 1980-an dan 1990-an.

Baca juga: Cegah Stunting, Satgas TMMD ke-120 Kodim 0816/Sidoarjo Gencarkan Generasi Sehat

Selain itu, menurut penelitian, remaja yang melaporkan lebih sedikit interaksi sosial secara langsung dan lebih banyak interaksi daring, merasa paling kesepian dan terisolasi. Media sosial dapat menciptakan rasa koneksi dan memiliki yang salah. Interaksi daring menimbulkan kekurangan isyarat nonverbal, kehadiran fisik, dan keintiman emosional. Padahal itu sangat penting untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang bermakna.

Media sosial juga dapat menimbulkan persaingan dan ketidakmampuan sosial, serta perasaan terisolasi karena FOMO (takut ketinggalan tren) yang terus-menerus. Meski begitu, masih ada harapan.

Berikut adalah beberapa cara yang didukung sains untuk membantu mengatasi perasaan kesepian yang berasal dari terlalu banyak berselancar di media sosial, dikutip dari Forbes.

Batasi penggunaan media social. Sekilas, ini tampak lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Namun percayalah, manfaat pengaturan waktu dan pembatasan penggunaan media sosial bisa sangat besar.

Baca juga: TMMD ke 120 Kodim 0816/Sidoarjo, Rasa Kemanusiaan TNI, Ibu Sutinah Dapat Bantuan Kesehatan di Posko TMMD

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Clinical Psychology menemukan bahwa membatasi waktu seseorang di aplikasi sosial seperti Facebook dan Snapchat hingga 10 menit per hari secara signifikan dapat mengurangi perasaan kesepian dan depresi.

Dengan menetapkan batasan dengan teknologi, Anda dapat berfokus pada pengembangan interaksi tatap muka dan membangun koneksi nyata. Media sosial dirancang untuk membuat ketagihan, jadi tidak ada salahnya mencari bantuan praktisi kesehatan mental untuk mengurangi ketergantungan.

Pilih keaslian daripada validasi social.Kebutuhan terus-menerus untuk menyajikan gambar yang sempurna di media sosial dapat mengarah pada fenomena yang dikenal sebagai "pengawasan sosial". Artinya, pengguna tidak hanya dengan hati-hati menyusun unggahan mereka, tetapi juga memantau dengan cermat atas konten yang diunggah oleh orang lain di profil dan halaman mereka.

Baca juga: BKKK Surabaya Siagakan 75 Nakes dan 6 Ambulans untuk Pantau Kesehatan Jamaah Haji

Hal itu dapat merusak kesehatan mental seseorang, karena mendorong individu untuk mengejar norma dan popularitas masyarakat daripada jujur dengan diri sendiri. Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Journal of Psychology menemukan bahwa dinamika ini dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan keraguan diri. Pasalnya, pengguna sering mempertanyakan apakah tindakan mereka akan diterima atau ditolak oleh teman-teman sebelum mengunggah sesuatu di media sosial?

Penting disadari bahwa validasi apa pun yang Anda terima pada versi diri yang tidak autentik akan terasa hampa dan palsu. Ingat, media sosial hanyalah alat untuk menghubungkan Anda dengan orang lain.hlt/som

Editor : Mariana Setiawati

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru