Produksi Beras Jatim per Juni 2023 Tercatat 650 Ribu Ton

surabayapagi.com
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat panen raya padi di Kabupaten Tuban beberapa waktu lalu. Foto: Pemprov Jatim.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) mengungkapkan bahwa jumlah produksi beras Jatim pada bulan Juni mencapai 650.751 ton dengan luas panen 183.771 hektar.

Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan bulan Mei yang mencapai 323.243 ton dengan luas panen 89.767 hektar.

Baca juga: UNICEF, Unusa, dan Pemprov Jatim Kompak Perangi Wasting hingga Stunting

Kepala DPKP Jatim Dydik Rudy Prasetya menyampaikan bahwa jumlah produksi Gabah Kering Giling (GKG) bulan Juni mencapai 1.015.212 ton. Sedangkan bulan Mei 504.279 ton.

“Untuk konsumsi bulan Juni mencapai 261.338 ton sehingga surplus 389.413 ton,” kata Rudy, Minggu (16/7/2023).

Lebih lanjut, Rudy menuturkan jika banjir lahar dingin di Kabupaten Lumajang tidak berdampak signifikan terhadap produksi padi di Jatim. Ia menyebut,yang terdampak banjir di Lumajang seluas 196 hektar dan puso (gagal panen) 183 hektar.

“Dampaknya tidak terlalu signifikan sasaran luas tanam Jatim kurang lebih 1,9 juta hektar,” ucapnya.

Selain itu, mengenai kekeringan, ia menyebut bahwa sebanyak 732 hektar sawah di Jatim mengalami kekeringan akibar musim kemarau. Dari jumlah tersebut, seluas 15 hektar tanaman padi di Lamongan dan Jombang mengalami gagal panen atau puso.

“Lamongan paling banyak mengalami puso yakni 13 hektar. Sedangkan Jombang hanya 2 hektar. Puso ini disebabkan terlambatnya pemberian air pada irigasi karena sulitnya mendapatkan air,” terangnya.

Baca juga: Pemprov Jatim Melalui Dishut Jatim Siap Dukung FOLU Net Sink 2030

Ia menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan early warning (peringatan awal untuk kekeringan) sejak bulan April agar petani benar-benar siap melakukan penanaman pada musim kemarau dengan fase El Nino, yakni dengan bibit benih yang tahan kekeringan.

“Kami juga meminta daerah mengoptimalkan pompa air yanh ada. Baik di kelompok tani maupun yang ada di brigade alat dan mesin pertanian (alsintan) kabupaten. Tujuannya untuk menyelamatkan padi agar tetap bisa dipanen dan tak sampai puso. Meski hasil panennya bakal kurang maksimal,” paparnya.

Menurutnya, upaya ini penting agar petani tidak terlalu merugi daripada tidak panen sama sekali.

“Seperti di Pamekasan misalnya, di sana ada 23 hektar area persawahan yang terdampak kekeringan. Namun setelah mendapatkan pompa air, kondisinya kembali pulih dan padi tidak sampai puso,” ungkapnya.

Baca juga: Perkuat Ekspansi Bisnis, Bank Jatim Tanda Tangani MoU dengan Pengelola JIIPE

Di samping itu, Rudy juga mendorong agar petani mengikuti asuransi usaha tani padi. Hal tersebut bertujuan agar ketika terjadi bencana kekeringan mereka bisa melakukan klaim. Sehingga nantinya bisa menjadi tambahan untuk ongkos produksi pada masa tanam selanjutnya.

Saat disinggung mengenai musim puncak kemarau pada Agustus nanti, ia menyatakan bahwa para petani sudah paham mengenai hal tersebut. Sehingga menurutnya, petani akan melakukan jeda tanam padi.

“Ada pula yang mulai mengganti penanaman palawija yang lebih membutuhkan sedikit air dalam proses tanamnya,” tutupnya. sb

Editor : Redaksi

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru