Ghana Bangkrut, Pemerintahnya Punya Hutang Milyaran Kepada Kontraktor

surabayapagi.com
Ghana bangkrut, massa melakukan demo berhari-hari.

 

SURABAYAPAGI.COM, Ghana - Ghana menyetujui pinjaman sebesar US$3 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF). Adapun Ghana menjadi negara bangkrut karena tak mampu melunasi hutang kepada kreditor asing pada Desember tahun lalu.

Baca juga: Tupperware, Diambang Bangkrut!

Adapun dilansir dari sebuah laporan pada gazettengr, Ghana terpaksa meminta bantuan dana. Adapun krisis terbaru ini disebabkan oleh pandemi virus corona, perang Rusia dan Ukraina serta adanya kenaikan harga pangan dan bahan bakar.

“Ini adalah kali ke-17 Ghana terpaksa meminta bantuan dana tersebut sejak negara tersebut memperoleh kemerdekaan pada tahun 1957. Krisis terbaru ini sebagian disebabkan oleh pandemi virus corona, invasi Rusia ke Ukraina, dan harga pangan dan bahan bakar yang lebih tinggi,” kata laporan tersebut, Selasa (26//9/2023).

Bangkrutnya Ghana pun diperparah dengan hutang pemerintah kepada kontraktor yang berjumlah milyaran.

Baca juga: Krakatau Steel Terancam Bangkrut Tahun Ini, Ekonom Unair: Jual Saja ke Perusahaan Swasta Sejenis

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Asosiasi Perusahaan Konstruksi Ghana, Emmanuel Cherry bahwa pembayaran pemerintah kepada kontraktor berjumlah 15 miliar cedi atau sekitar US$ 1,3 miliar sebelum bunga.

Hal ini pun berdampak luas karena banyak kontraktor yang memberhentikan pekerja. Sehingga menjadi masalah baru karena meningkatnya pengangguran di negara tersebut.

Selain itu, pemerintah Ghana juga berhutang kepada produsen listrik independen sebesar US$ 1,58 miliar dan menghadapi ancaman pemadaman listrik secara nasional.

Baca juga: Garuda sudah Bangkrut!!

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan, meningkatnya beban utang negara-negara berkembang, yang diperkirakan melebihi US$200 miliar, akan menjadi topik diskusi yang penting ketika IMF menyajikan rencana penyelamatan komprehensif untuk mengatasi utang Ghana, mengekang pengeluaran, meningkatkan pendapatan, dan melindungi negara-negara berkembang. 

Adapun menurut laporan tersebut, pinjaman IMF baru-baru ini dapat membantu menstabilkan perekonomian dengan membatasi fluktuasi mata uang dan memulihkan kepercayaan. Meskipun inflasi masih di atas 40 persen, inflasi telah menurun dari puncaknya sebesar 54 persen pada bulan Januari. gh-1/Ac

Editor : Redaksi

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru