Ketua PWI Jatim: Pers Harus Selektif Memuat Hasil Survei Politik

surabayapagi.com
Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kalangan media massa hendaknya mencermati survei politik yang hasilnya banyak berbeda – beda antara satu survei dengan hasil survei lainnya. Terkadang perbedaan angkanya sangat mencolok, sehingga secara umum terbangun kesan bahwa akurasi survei politik jauh dari fakta dan presisi data secara ideal. 

Demikian dikatakan Lutfil Hakim, Ketua PWI Jatim, saat dimintai pendapat tentang banyaknya survei politik yang berbeda – beda hasilnya secara mencolok.

Baca juga: Mayjen TNI Rafael Terima Penghargaan Prapanca Award dari PWI Jatim

“Capres X, misalnya, hasil surveinya oleh lembaga tertentu angkanya sangat tinggi. Tapi oleh lembaga survei lainnya hasilnya jauh di bawah. Ini bisa menimbulkan kegaduhan di ruang publik dan berpotensi kerawanan keamanan,” kata Lutfil.

Oleh karena itu, Ketua PWI Jatim ini meminta kepada teman – teman pers untuk lebih selektif memuat hasil survei dengan tetap mengedepankan prinsip – prinsip jurnalistik secara kaffah.

“Bukan asal muat rilis hasil survei. Tapi wajib dilakukan cek & ricek, memastikan bahwa lembaga pelaksana survei benar – benar bekerja secara independen. Bukan pesanan untuk pemenangan salah satu capres. Pers wajib netral, cover-both side, profesional dan proporsional,” tegasnya.

Baca juga: Cak Hasan Terima Penghargaan sebagai Change Leader dari PWI Jatim

Pers nasional, lanjut Lutfil, memiliki tanggung jawab moral untuk suksesnya pelaksanaan Pesta Demokrasi 2024 dengan harapan bisa melahirkan kepemimpinan nasional yang berkualitas. Fungsi pers yang harus dikedepankan di musim politik adalah fungsi kontrol (watchdog) agar semua proses pemilu berjalan secara benar dan baik. 

“Pers wajib melakukan kontrol melalui berita, opini, atau laporan indepth  terhadap proses pemilu, baik atas kerja KPU, Bawaslu, maupun terhadap peserta pemilu, serta memberikan edukasi cerdas kepada publik. Pers bertanggung jawab agar pemilu  terlaksana secara demokratis, luber, jurdil dan terbebas dari kecurangan kepentingan para pihak,” katanya.

Lutfil juga berpesan agar pers nasional bisa menjaga ‘Pagar Api’ (fire-wall) yakni membedakan secara profesional dan proporsional antara konten berita dan konten promosi politik.

Baca juga: Angkat Jelajah Peradaban Leluhur, PWI Jatim Gelar Pameran Lukisan Karya 'Jansen Jasien'

“Pada konten berita terdapat hak publik untuk mendapatkan info yang benar dan jujur terkait pemilu. Jangan hanya karena mendapat iklan lantas pers menjadi tendensius dan tidak proporsional, itu jelas–jelas melanggar Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers, serta menabrak UU Pemilu,” kata Lutfil. 

 

Editor : Moch Ilham

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru