Pasokan Sampah Stagnan, Performa PLTSa Benowo Tetap Bagus

surabayapagi.com
PLTSa Benowo Surabaya.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo Surabaya menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang terbesar dan pertama di Indonesia. PLTSa Benowo merupakan salah satu bentuk pengembangan pembangkit listrik energi baru terbaru (EBT) yang merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dengan PT Sumber Organik (SO).

PLTSa pertama di Indonesia yang menggunakan konsep Zero Waste ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Kinerja produksi listrik di PLTSa Benowo yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis, 6 Mei 2021 lalu itu hingga saat ini menunjukkan performa yang bagus meskipun pasokan sampah Surabaya cenderung stagnan dalam dua tahun terakhir ini.

Operasional PLTSa Benowo PT SO M. Ali Asyhar mengatakan, produksi listrik dari sampah Surabaya sejauh ini berjalan sesuai dengan rencana dan kontrak penyaluran listrik untuk PLN yakni dari pabrik unit 1 area landfill gas (FLG) power plant yang memproduksi 2 MW/jam kemudian sebesar 1,65 MW/jam untuk memasok PLN.

“Selanjutnya pada pabrik unit 2 dengan teknologi gasifikasi power plant yang telah diresmikan pada 2021 lalu telah memproduksi 12 MW, dan sebanyak 9MW di antaranya untuk memasok listrik PLN,” kata Ali, Selasa (7/3/2023).

Adapun keberadaan unit 1 FLG Power Plant telah mengurangi sampah Surabaya hingga 40 persen karena hanya memanfaatkan gas dari bau sampah, dan fisik sampahnya masih tetap ada, tetapi mudah terurai khusus sampah organik.

Sementara unit 2 gasifikasi power plant berpotensi menghasilkan listrik sekitar 12 MW. Teknologi gasifikasi ini memanfaatkan sampah organik maupun non-organik di TPA Benowo sekitar 1.000 ton/hari.

Unit 2 bekerja dengan cara mengurangi sampah Surabaya hingga 95 persen karena semua jenis sampah dapat diolah, tetapi pengelola masih tetap harus memilah sampah yang tidak bisa digunakan seperti sampah kaca dan besi agar tidak banyak menyebabkan penumpukan kotoran pada tungku pembakaran

Ali menuturkan, produksi sampah di Surabaya dalam 2 tahun terakhir ini cukup stagnan dengan rerata produksi 1.500 - 1.700 ton/hari.  Sebelumnya pada 2019, produksi sampah Surabaya mencapai 1.300 - 1.600 ton/tahun kemudian terus meningkat. Sebanyak 55 persen dari produksi sampah Surabaya ini merupakan sampah organik, dan sisanya non-organik. 

“Dari total produksi sampah Surabaya saat ini, rata-rata sekitar 1.000 ton masuk ke area gasifikasi power plant, dan 500 ton masuk di area LFG,” tutupnya. sb

Editor : Redaksi

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru