Risma Keberatan RS di Surabaya Penuh Pasien dari Luar Daerah

surabayapagi.com
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. SP. MN

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini keberatan atas banyaknya pasien positif virus corona (Covid-19) dari luar daerah yang dirawat di kotanya. Sehingga warga Surabaya justru tak kebagian ruang perawatan.

"Masa di kota sendiri (Surabaya), kita enggak dapat tempat perawatan. Contohnya, di RS Soewandhie dipenuhi pasien dari luar kota, semuanya dirujuk ke Surabaya. Sementara, pasien asal Surabaya malah tidak dapat tempat," kata Risma, dalam pertemuan bersama IDI Kota Surabaya dan Persi Jawa Timur, di halaman Balai Kota Surabaya, dilansir dari cnnindonesia.com, Selasa (12/5).

Baca juga: Usai Nyoblos, Risma, Ingatkan Perekonomian Rakyat Sulit

Berdasarkan data yang diperoleh, Risma mengatakan pasien Covid-19 yang terdiri dari warga luar Surabaya sebanyak 50 persen.

Baca juga: Rayakan HUT ke-16, DPC Partai Gerindra Kian Intensif Perjuangkan Aspirasi Rakyat Dari Jalur Parlemen

Sebagian pasien warga Surabaya terpaksa harus menjalani isolasi mandiri karena rumah sakit mengalami overload atau kelebihan kapasitas.

"Kalau hitungan saya, pasien [luar Surabaya] itu ada sebanyak 50 persen. Jadi kadang mereka datangnya ke UGD, di RS Soewandie, di RS BDH, itu ada pasien luar Surabaya," katanya.

"Kenapa kok diterima terus dari luar? Padahal sudah ada rumah sakit rujukan di Jawa Timur yang sudah ditunjuk. Kan tidak fair kalau kemudian semua dibawa ke Surabaya," ujarnya.

Risma memahami mungkin warga luar Surabaya tersebut tidak percaya dengan fasilitas rumah sakit di daerahnya asalnya, sehingga memilih dirujuk di Surabaya. Namun, ia juga keberatan bila semua pasien dari daerah lain dirawat di Surabaya.

"Itu membuat suasana di Surabaya juga semakin berat. Daya dukung Surabaya terbatas, sementara tekanan dari luar besar. Saya juga enggak mau," ucapnya.

Tak sampai di situ, Risma pun khawatir jika pasien luar daerah tersebut datang ke rumah sakit Surabaya, bersama rombongan keluarga mereka. Sebab bisa saja keluarga yang ikut mengantar itu turut berstatus orang dalam risiko (ODR) atau bahkan orang tanpa gejala (OTG) dan positif Covid-19.

"Kalau dia OTG lalu pergi ke mana-mana di Surabaya, misalnya ke warung makan dan tempat lain, tentu ini yang membuat berat kepada kami di Surabaya," kata Risma.

Baca juga: Pemkot Surabaya Terima Program TJSL dari PT SIER Senilai Rp 715,2 Juta

Ia merasa perjuangannya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 di kotanya ini sia-sia, jika tidak ada ketegasan dari rumah sakit, termasuk ketika mendapat tekanan dari luar. (cnn/jn/cr-02/dsy)

Editor : Redaksi

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru