Studi: Covid-19 Bisa Picu Kerusakan Jantung

surabayapagi.com
Infeksi SARS-CoV-2 bisa memicu terjadinya masalah kardiovaskular, khususnya pada jantung.

SURABAYAPAGI, Surabaya - Peningkatan kasus penyakit kardiovaskular di antara para penyintas Covid-19 telah lama memicu kekhawatiran para peneliti. Studi terbaru semakin memperkuat bukti bahwa infeksi SARS-CoV-2 bisa memicu terjadinya masalah kardiovaskular, khususnya pada jantung.

Studi terbaru dalam jurnal Immunology ini menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa memberikan efek yang lebih merusak bila dibandingkan dengan virus influenza penyebab flu babi yaitu H1N1. Seperti diketahui, H1N1 juga pernah menyebabkan terjadinya pandemi pada 2009 lalu.

Baca juga: 217 Pos Kesehatan Tersebar di 35 Kabupaten/Kota Jatim Selama Musim Mudik Lebaran

Studi ini dilakukan dengan menggunakan sampel jaringan jantung dari pasien yang meninggal akibat Covid-19 dan flu babi, serta jaringan jantung dari pasien lain sebagai kontrol. Selama studi berlangsung, tim peneliti memeriksa dan juga membandingkan seluruh sampel yang mereka miliki.

Tim peneliti menggunakan teknik spatial transcriptomics yang memungkinkan mereka untuk memetakan secara langsung bagaimana kondisi gen-gen pada jaringan jantung yang mereka teliti. Melalui teknik ini, tim peneliti berupaya untuk menemukan efek yang mungkin diberikan oleh virus SARS-CoV-2 terhadap jantung.

Baca juga: RSUD Grati Raih TOP BUMD Awards 2024 Bintang 4

Dari penelitian ini, tim peneliti menemukan bahwa keberadaan virus SARS-CoV-2 tidak terlihat pada jaringan jantung pasien Covid-19. Akan tetapi, otot jantung menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan DNA yang unik. Berbeda dengan pasien flu babi, tim peneliti menemukan bahwa 19 pasien Covid-19 menunjukkan adanya sinyal peradangan yang ditekan.

"Kedua virus pernapasan (Covid-19 dan flu) terlihat sangat berbeda pada jantung pasien-pasien ini," jelas peneliti Dr Arutha Kulasinghe dari University of Queensland.

Baca juga: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan Atasi PMK

Dr Kulasinghe mengatakan kerusakan DNA merupakan penanda ketidakstabilan genom. Kondisi seperti ini biasanya ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis atau jangka panjang seperti kanker, penyakit neurodegeneratif, dan diabetes. "Implikasi klinis dari kondisi ini belum benar-benar jelas untuk saat ini," lanjut Dr Kulasinghe.

Temuan dalam studi terbaru ini dinilai dapat memberikan gambaran bahwa Covid-19 dan influenza bisa mempengaruhi jantung manusia secara berbeda. Namun, temuan ini perlu dikonfirmasi melalui studi dengan skala yang lebih luas.hlt/jnt

Editor : Mariana Setiawati

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru