Dokter: Self Harm, Tanda Penderita Depresi Berat Minta Tolong

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 27 Okt 2022 20:27 WIB

Dokter: Self Harm, Tanda Penderita Depresi Berat Minta Tolong

SURABAYAPAGI, Surabaya - Dokter spesialis psikiatri dr Lahargo Kembaren, Sp.KJ mengatakan, tindakan melukai diri sendiri (self harm) merupakan tanda darurat penderita depresi berat yang sesungguhnya meminta dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut.

"Self harm itu adalah suatu crying for help," kata Lahargo yang merupakan anggota pengurus pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI).

Baca Juga: 217 Pos Kesehatan Tersebar di 35 Kabupaten/Kota Jatim Selama Musim Mudik Lebaran

"Ketika orang berusaha melukai dirinya atau sampai dia melakukan tindakan bunuh diri, mereka sebenarnya sedang menangis minta tolong, di mana bantuan, di mana pertolongan, di mana pendampingan yang seharusnya bisa mereka dapatkan dalam hidup mereka,"imbuhnya.

Lebih lanjut, Lahargo menjelaskan depresi yang berat bisa memicu seseorang untuk memiliki pikiran dan perilaku melukai dirinya sendiri (self harm) serta keinginan untuk mengakhiri hidup atau pikiran tentang kematian (suicide).

Depresi, self harm, serta suicide saling berkaitan dan membentuk siklus yang seolah-olah tanpa ujung apabila seseorang tidak segera mendapatkan pertolongan dari profesional.

Lahargo mengatakan siklus bermula saat seseorang mengalami penderitaan emosional (emotional suffering) seperti stres hingga depresi. Jika seseorang tidak memiliki cara untuk mengatasi hal tersebut, maka beban mental emosional semakin bertumpuk hingga menyebabkan suatu kepanikan.

Ketika seseorang melukai dirinya sendiri, menurut Lahargo, maka akan timbul temporary relief atau perasaan ketenangan dan kenyamanan sesaat tetapi sesungguhnya tidak menjawab masalah yang sebenarnya sedang dihadapi.

Baca Juga: RSUD Grati Raih TOP BUMD Awards 2024 Bintang 4

"Ada zat kimia atau neurotransmitter yang kita sebut dopamin, di otak itu dia keluar. Dan itu menimbulkan ketenangan yang sesaat atau kita sebut temporary relief,"ujarnya.

Siklus kemudian berlanjut dengan munculnya perasaan malu, bersalah, berdosa, bahkan kecewa. Hal ini, kata Lahargo, akan memperberat emotional suffering atau beban pikiran yang dirasakan.

"Dan siklus ini akan terus berputar apabila tidak ada pertolongan yang mereka kemudian dapatkan,? ujar Lahargo.

Selain menyakiti diri sendiri, depresi juga berisiko menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup pada penderita. Lahargo mengatakan keinginan bunuh diri terjadi karena tidak ada bantuan yang selama ini penderita harapkan.

Baca Juga: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan Atasi PMK

Ia menggarisbawahi pentingnya penderita mendapatkan terapi untuk depresi dan pikiran bunuh diri melalui bantuan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, serta pekerja sosial.

Sejumlah terapi yang dapat diberikan di antaranya termasuk mengatur pola hidup sehat, manajemen stres yang baik, serta support system atau dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas.

Apabila diperlukan, terapi dapat pula berupa psikofarmaka seperti obat anti-depresan, psikoterapi, terapi stimulasi seperti penggunaan alat electro convulsive theraphy (ECT) dan transcranial magnetic stimulation (TMS), rehabilitasi psikososial, serta treatment-resistant depression.

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU