Ukraina Buka Pintu Bagi Perusahaan Senjata Untuk Memproduksi Senjata Untuk Negaranya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 04 Okt 2023 16:01 WIB

Ukraina Buka Pintu Bagi Perusahaan Senjata Untuk Memproduksi Senjata Untuk Negaranya

i

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta  - Ditengah upaya dalam mengusir pasukan Rusia yang menduduki wilayah Timur Ukraina. Pemimpin Ukraina kumpulkan ratusan pejabat industri pertahanan dan pembuat kebijakan dari negara sekutu. Adapun dalam pertemuan ini Kyiv membuka pintu untuk para perusahaan memproduksi senjata bagi Ukraina.

Dalam hal ini Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa kesepakatan produksi bersama "sudah dinegosiasikan dengan mitra kami" dan bahwa ia telah menyiapkan pendanaan dalam anggaran nasional untuk membantu membiayai kolaborasi tersebut.

Sebagai informasi, Ukraina sendiri telah lama menjadi raksasa industri yang memproduksi mesin-mesin berat dan mesin untuk kapal angkatan laut Rusia dan helikopter militer, serta kendaraan lapis baja, pesawat terbang, dan senjata ringan. Akibat peran negara ini dengan Rusia saat ini banyak dari fasilitas produksi tersebut rusak akibat perang.

Saat ini pun para pejabat Ukraina masih mencari komitmen dari perusahaan-perusahaan pertahanan Barat yang bersedia mereka investasikan dan bangun di Ukraina bahkan sebelum pertempuran berhenti.

Dua kontraktor pertahanan Eropa telah mengatakan bahwa mereka ikut serta. Rheinmetall, raksasa senjata Jerman, mengatakan akan bekerja sama dengan perusahaan senjata negara Ukraina, Ukroboronprom, untuk membangun tank dan kendaraan lapis baja. BAE yang berbasis di Inggris juga mengumumkan pembukaan kantor di Kyiv dan berencana membuat senjata 105mm di Ukraina.

Prancis adalah salah satu negara yang mendukung gagasan produksi bersama. Sekitar 20 pemimpin bisnis Prancis menemani menteri angkatan bersenjata, Sébastien Lecornu, ke Kyiv, bergabung dengan perwakilan lebih dari 250 perusahaan yang tersebar di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia.

Republik Ceko juga membanjiri acara tersebut dengan delegasi dalam jumlah besar. Ini mencerminkan pendekatan menyeluruh negara tersebut dalam membantu Kyiv memukul mundur serangan Rusia.

"Kita harus menjadi Israel di Eropa, mandiri namun dengan bantuan dari negara lain," kata Daniel Vajdich, presiden Yorktown Solutions, yang melakukan advokasi atas nama Israel.

"Upaya tersebut akan bergantung pada kesepakatan produksi bersama yang pada awalnya akan mengembangkan kemampuan di kawasan dan kemudian di dalam negeri jika memungkinkan."

Dukungan dan langkah ini sendiri dilakukan setelah sokongan dari aliansi NATO melemah. Pada hari Sabtu, Kongres AS meloloskan rancangan undang-undang belanja jangka pendek selama 45 hari, tanpa memasukan pendanaan tambahan untuk Ukraina.

Presiden Joe Biden, sebagai pendukung Ukraina, meminta US$ 300 juta untuk menambah senjata bagi Kyiv dan untuk melatih tentaranya. Namun dana tersebut tidak dimasukkan dalam rancangan undang-undang tersebut, karena bantuan untuk Kyiv telah dipandang kaum konservatif di DPR seharusnya dibelanjakan untuk kepentingan di dalam negeri.

Di samping itu, berdasarkan survei Eurobarometer yang dilakukan pada bulan Agustus menemukan penurunan jumlah warga Eropa yang mendukung bantuan Ukraina.

Survei tersebut menemukan bahwa 24% warga Uni Eropa mengatakan mereka "sepenuhnya setuju" dengan "pembiayaan pembelian dan pasokan peralatan militer dan pelatihan ke Ukraina," dibandingkan dengan 33% pada bulan April 2022.

Adapun jumlah dukungan terhadap pemberian dana militer kepada Ukraina turun dari 67% menjadi 48% pada periode yang sama, dan persentase mereka yang menentang bantuan meningkat dari 26% menjadi 34%. ac

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU