SURABAYAPAGI.COM, Sidoarjo – Wayang Kulit Gagrak Porongan babak ke 9 dengan lakon Wahyu Nugraha yang dibawakan Dalang Ki Surono Gondo Taruno, yang di titel oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Sidoarjo di gelar sebagai rangkaian puncak acara pesta rakyat dan sedekah bumi di Desa Pabean Kecamatan Sedati,bertempat di gedung serba guna Dusun Alas Tipis sangat di minati warga. Sabtu (24/8).
Pj Kades Tri Laksono Budi SH berserta segenap jajaran Pemdes Pabean dan Forkopimka hadir pula menyaksikan kegiatan uri uri budaya ini.
Pagelaran wayang khas Sidoarjo ini dibuka langsung oleh Camat Sedati Drs. Abu Dardak S.Sos, "Dengan bacaan Bismillahirrohmanirohim, Pagelaran Wayang Kulit Gagrak Porongan episode ke 9 ini dengan lakon Wahyu Nugraha di Desa Pabean dibuka." Tandas Abu Dardak.
Baca Juga: Ruah Desa Waru Dihibur Wayang Gagrak Porongan
Saat membuka Pagelaran Wayang Gagrak Porongan, Camat Sedati Abu Dardak di dampingi PJ Kades Pabean Tri Laksono Budu menyerahkan gunungan kepada Dalang Ki Surono Surono Gondo Taruno dengan lakon “Wahyu Nugraha agar Desa Pabean senantiasa mendapat Wahyu Kedamaian dari Allah SWT " ujar Abu Dardak.
Baca Juga: Semarak Jalan Sehat, Pemdes Boro Bagi Doorprize
Selanjutnya menurut Abu Dardak, Wayang kulit Gagrak Porongan sebagai salah satu Warisan Budaya tradisional kab. sidoarjo.
Acara ini di gelar untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa Wayang kulit Gagrak Porongan itu sebagai kesenian tradisional asli Kabupaten Sidoarjo, yang perlu untuk dilestarikan sebagai budaya lokal.
Sementara itu dalam sambutannya PJ Kades Pabean, Tri Laksono Budi SH, mengatakan,Pemdes Pabean Kecamatan Sedati mengucapkan banyak terima kasih kepada Dikbud Sidoarjo, pasalnya pagelaran wayang kulit episode ke 9 ini ditempatkan di Desa Pabean dimana saat ini bertepatan dengan pesta rakyat dan sedekah bumi yang rangkaianya sejak tanggal 17 Agustus kemarin" ujar Tri Laksono Budi.
Baca Juga: Rehab Berat SDN 1 Wage, Siswa Tetap Semangat Belajar Meski Ngungsi di Rumah Warga
Wahyu Nugraha lakon yang mengedukasi warga masyarakat ini syarat tutur tinular terkait Kedamaian, dikisahkan saat Prabu Krisna kehilangan pusaka utamanya yakni Bunga Wijaya Kusuma datanglah Patih Astina Sengkuni untuk meminjam pusaka Prabu Krisna, alasannya untuk menanggulangi bencana pagebluk di Astina.
Disaat yang sama Bagong suruhan Semar juga datang untuk meminjam pusaka yang sama milik Prabu Krisna tersebut dengan tujuan sebagai syarat mengambil Wahyu Nugraha, hingga kemudian terjadi percekcokan antara Patih Sengkuni dan Bagong.
Hingga kemudian terbukti Patih Sengkuni meminjam pusaka Wijaya Kusuma sebagai siasat busuk keluarga Kurawa untuk membunuh Pandawa. Hdk/hik
Editor : Moch Ilham