Genjot Bibit Sapi Unggul, DKPH Lamongan Optimalkan Inseminasi Buatan

surabayapagi.com
Dinkes Kesehatan Pemkab Lamongan saat memberikan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan guna meningkatkan kualitas ternak sapi. SP/ LMG

SURABAYAPAGI.com, Lamongan - Dalam rangka meminimalisir risiko yang terjadi saat proses pengawinan silang serta menghadirkan kualitas dan kuantitas bibit sapi yang unggul, Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas Kesehatan dan Peternakan Hewan (DKPH) mengoptimalkan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan pada ternak. 

Menurut, drh. Rahendra Prasetya Eko S, Sekretaris Dinas Kesehatan dan Peternakan Hewan (DKPH) Kabupaten Lamongan, inseminasi buatan tersebut merupakan proses memasukkan semen beku (spermatozoa) yang telah dicairkan dari jantan unggul, ke dalam saluran reproduksi betina (sapi lokal). Sehingga, metode ini mampu meminimalisir risiko yang terjadi saat proses pengawinan silang untuk menghadirkan bibit sapi yang unggul.

Baca juga: Jelang Idul Adha, Ketersediaan dan Hewan di Lamongan Aman

“Dengan inseminasi buatan, akan ada peningkatan genetik. Jadi performanya bisa menjadi besar dan menghasilkan pejantan yang lebih baik, karena dari sapi-sapi pejantan pilihan, sehingga peningkatan beratnya bisa sampai satu ton, sedangkan sapi lokal betina ini awalnya kan kecil,” jelasnya, Minggu (28/01/2024).

Sementara itu, persediaan semen beku itu diperoleh dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari melalui Pemprov Jatim, yang kemudian akan ditampung di bank semen DPKH Kabupaten Lamongan. Lalu, petugas inseminasi buatan akan mengambil dan mendistribusikannya ke desa-desa dua minggu sekali yang diambil pada hari Rabu dan Minggu.

Baca juga: Kemendag Dihimbau Tak Gegabah Terbitkan Izin Impor Sapi, Berakibat Harga Anjlok

Sehingga, melalui kegiatan ini, Pemkab Lamongan akan menargetkan ada 40 ribu ekor sapi yang dapat lahir dari hasil inseminasi buatan selama kurung waktu satu tahun.

“Dulu pedet (anak sapi) yang baru lahir harganya hanya kisaran 1 juta. Kalau sekarang bisa Rp2-3 juta, dan kenaikan beratnya juga cukup signifikan yang awalnya 300 kg di awal kelahiran, sehari ini bisa 1-1,5 kg kenaikannya. Sedangkan kalau sapi lokal masih di bawah 1 kg,” katanya.

Meninjau progres tersebut, saat ini di Lamongan telah ada sekitar 96 ribu populasi sapi hasil crossing antara sapi limosin, sapi simental, sapi peranakan onggole (PO), sapi angus, maupun sapi lokal. Bahkan, tutur Rahendra, DKPH sedang mengembangkan jenis sapi baru yakni wagyu dan belgian blue yang saat ini telah tersedia 30 ekor.

Baca juga: Peternak Sapi di Pasuruan Disarankan Manfaatkan KUR

“Proses buntingnya (pun juga sama, seperti sapi-sapi yang lain 9 bulan 10 hari seperti biasanya. Cuma nanti hasilnya ini fifty-fifty karena 50 persen dari genetik pejantan 50 persen dari genetik sapi lokal. Sehingga nanti diharapkan perpaduannya ada peningkatan performa menjadi 75 persen yang dihasilkan dari pejantan,” jelasnya.

“Kita juga terus mengembangkan inovasi seperti Olahan Limbah untuk Usaha Ternak dan Asuransi Sapi Peternak Sejahtera (Ombak Si Petra) bentuk integrasi Pertanian dan Peternakan. Serta terus memberdayakan alumni-alumni sekolah peternakan rakyat (SPR) yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sambeng, Ngimbang, dan Sukorame,” pungkasnya. lmg-01/dsy

Editor : Desy Ayu

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru