Sri Mulyani Khawatirkan Bankir Milenial: Belum Pernah Hadapi Inflasi Terburuk

surabayapagi.com
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: instagram (@smindrawati).

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa pihaknya mengkhawatirkan para bankir milenial yang baru kali ini menghadapi inflasi terburuk dalam 40 tahun terakhir.

Selain itu, ia mengkhawatirkan para bankir milenial yang memiliki persepsi bahwa inflasi di negara maju tidak akan pernah terjadi. Padahal bankir milenial ini masih berusia muda dan minim pengalaman.

Baca juga: Inflasi April 2024 Lebih Rendah, Dibanding Lebaran 3 Tahun Sebelumnya

"Mungkin bagi para bankers, belum pernah dalam 40 tahun terakhir inflasi di negara-negara maju yang saya khawatir para banker milenial itu karirnya dibangun, karena milenial itu masih early 30s, dalam 30 tahun terakhir punya persepsi bahwa inflasi di negara maju itu tidak akan pernah terjadi," kata Sri dalam CEO Banking Forum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Menurut Sri, kebanyakan waktu karier para bankir dibesarkan dalam situasi suku bunga rendah di negara maju, bahkan terkadang terjadi suku bunga negatif. Sehingga, fenomena yang terjadi pada tahun 2022 ketika inflasi tiba-tiba melonjak dan terburuk dalam 40 tahun terakhir di Amerika Serikat (AS), bahkan sempat menyentuh hingga di atas 9%, membuat para bankir milenial menjadi bertanya-tanya.

Baca juga: Pemkab Malang Sukses Tekan Inflasi Selama Ramadan

"Sementara itu di Eropa dan di Inggris, yang tahun 2021-2022, mereka mengalami deflasi dan interest rate-nya bahkan sempat menyentuh minus 0,25%. Suddenly sekarang double digit inflation, di atas 10 dan 11%," jelasnya.

Di samping itu, bendahara negara berujar, para bankir milenial juga melihat Inggris yang selama ini menjadi salah satu kiblatnya mengalami pergolakan politik, seperti mengganti menteri keuangannya, salah membuat budget, hingga ekonominya koplabs. Politik Inggris berganti sampai tiga kali berganti perdana menteri dari partai yang sama.

Baca juga: Pemkab Probolinggo Alokasikan Rp 2 M untuk Tekan Inflasi

"So 2022 was not an ordinary time. Itu adalah waktu di mana sesudah tahun ketiga dunia dihadapkan pada pandemi, which is not yet over, dunia tadinya berharap tahun ketiga menunjukkan smooth and strong recovery, mungkin tidak across the board tapi smooth and strong recovery, tapi ternyata gejolaknya bertambah dari sisi geopolitik," pungkasnya. jk

Editor : Redaksi

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru