Gubernur Khofifah Apresiasi Inovasi Petani di Jatim

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 22 Jun 2023 07:04 WIB

Gubernur Khofifah Apresiasi Inovasi Petani di Jatim

i

Gubernur Khofifah saat panen raya padi di Kabupaten Blitar beberapa waktu lalu. Foto: Pemprov Jatim.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasinya kepada seluruh masyarakat yang bergerak di bidang pertanian terutama pada para petani di Jatim. Inovasi yang dilakukan petani dinilai mampu meningkatkan produktifitas pertanian di wilayah Jatim

Hal itu ia sampaikan bertepatan dengan peringatan Hari Krida Pertanian yang jatuh pada Rabu (21/6/2023).

Baca Juga: Terima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha Presiden RI, Khofifah: Penghargaan Ini di Persembahkan Untuk Warga Jatim

Sebagaimana diketahui, Pemprov Jatim mendapat predikat sebagai lumbung pangan nasional selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini dikarenakan produksi pertanian Jatim, terutama padi menempati peringkat pertama di Indonesia.

"Di saat dunia tengah menghadapi isu krisis pangan. Alhamdulillah, Jatim menjadi lumbung pangan nasional," kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (21/6/2023).

Mantan Menteri Sosial RI ini menyebut, kedudukan posisi Jatim sebagai lumbung pangan ini bisa dilihat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data BPS, produksi padi di Jatim pada tahun 2020 tercatat sebanyak 9,94 juta ton, tahun 2021 tercatat sebesar 9,789 juta ton dan tahun 2022 tercatat sebesar 9,526 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Sedangkan, kontribusi produksi padi Jawa Timur terhadap nasional pada 2022 mencapai 17 persen.

Selain itu, capaian produksi luar biasa ini juga terjadi pada komoditas jagung yang pada tahun 2022 mencapai 7,385 juta ton pipilan kering. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 371 ribu ton dibanding tahun 2021. Sedangkan untuk produksi kedelai di tahun 2022 mencapai 69.223 ton.

Menurutnya, predikat Jatim sebagai lumbung pangan nasional tidak terlepas dari peran penting para petani yang terus bekerja keras dan berinovasi sehingga produktifitas pertaniannya semakin meningkat.

Salah satu inovasi yang dinilai telah membuahkan hasil yakni pengembangan bibit unggul padi BK 01 dan BK 02 asal Situbondo. Hasil uji coba yang telah dilakukan, jumlah produksi padi varietas BK 01 dan BK 02 meningkat dua kali lipat dari jenis padi yang biasanya ditanam oleh petani.

"Kedua bibit unggul ini memiliki banyak keunggulan, mulai batang yang kuat, daun bendera dan per malai padi lebih banyak dibandingkan padi biasanya," ujarnya.

Baca Juga: Mentan Amran Sulaiman Salurkan Bantuan Alsintan Lebih dari Rp200 Miliar untuk Petani Jatim

Di samping itu, Gubernur perempuan pertama di Jatim itu mengapresiasi inovasi yang dilakukan oleh kelompok tani di Blitar yang mengembangkan pupuk organik Biosaka.

"Pupuk ini tidak hanya efektif menyuburkan tanaman padi namun juga bisa memangkas biaya pengeluaran pupuk para petani," ucapnya.

Ia menjelaskan, penggunaan pupuk Biosaka bisa menekan pupuk kimia menjadi hanya 200 kg/ha Urea, dan 100 kg/ha Phonska. Sebelumnya tanpa Biosaka, digunakan Urea sebanyak 500 kg/ha dan Phonska sebanyak 200 kg/ha.

Adapun sebelumnya, biaya produksi menggunakan pupuk kimia per hektar dapat mencapai Rp10.410.000,- sedangkan dengan Biosaka hanya Rp7.000.000 - Rp8.200.000,- per hektar.

"Inovasi-inovasi inilah yang terus kita dorong. Sehingga produktifitas pertanian kita semakin meningkat. Apalagi produksi pertanian Jatim juga diandalkan oleh provinsi-provinsi lainnya," tegasnya.

Baca Juga: Pemkab Madiun Fokus Kembangkan IKM Sektor Pertanian

Guna mendukung para petani, Pemerintah Provinsi Jatim telah menyiapkan beberapa program menuju pertanian presisi, diantaranya penggunaan varietas unggul (produksi tinggi dan tahan kekeringan/banjir) bermutu yang dengan masa tanam lebih cepat, penggunaan pupuk secara berimbang dengan ‘7 Tepat' yaitu tepat tempat, harga, jumlah, mutu, jenis, waktu dan sasaran.

Berikutnya, optimalisasi infrastruktur pertanian, utamanya yang berkaitan dengan produksi padi yakni jaringan irigasi, penyesuaian pola tanam/pengelolaan tanaman pangan, penekanan susut hasil panen padi dengan optimalisasi alsintan pascapanen yang telah terfasilitasi ke kelompok tani, dan tersebar di Jawa Timur.

"Dan yang paling penting adalah kesejahteraan petani juga harus meningkat seiring dengan peningkatan produktifitas pertanian kita. Untuk itu saat panen raya kemarin, kami terus berkoordinasi dari hulu ke hilir agar jangan sampai harga jual petani turun," terangnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, NTP Jatim bulan Maret 2023 tercatat sebesar 106,82. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen dibandingkan bulan Februari 2023. Dengan Indeks yang diterima Petani (It) sebesar 124,92 persen dan Indeks yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 116,95 persen.

"Mari jadikan Hari Krida Pertanian ini sebagai momentum untuk membangkitkan semangat produktifitas pertanian. Sehingga Jatim bisa swasembada pangan di saat dunia tengah menghadapi isu krisis pangan," pungkasnya. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU