Perekonomian Global Tidak Stabil, Konflik Geopolitik Menjadi Ancaman Terbesar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 25 Okt 2023 15:54 WIB

Perekonomian Global Tidak Stabil, Konflik Geopolitik Menjadi Ancaman Terbesar

i

Presiden Bank Dunia Ajay Banga

 

SURABAYAPAGI.COM, Riyadh - Ketegangan geopolitik yang meningkat akibat konflik Timur Tengah mengancam perekonomian global. Namun, menurut Presiden Bank Dunia Ajay Banga, ia berpendapat bahwa risiko-risiko lain juga turut berperan dalam ketidakstabilan perekonomian global.

Baca Juga: Viral, Menlu Retno Walk Out saat Dubes Israel Pidato di DK PBB

Adapun contoh yang terjadi adala kenaikan benchmark obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), yang mana menurut Banga biaya pinjaman di seluruh dunia yang selanjutnya mengancam perlambatan ekonomi.

"(Imbal hasil) Treasury AS bertenor 10-tahun baru saja melampaui 5 persen kemarin, ini adalah area yang belum kita lihat. Jadi ya, itu masih tersembunyi di balik bayang-bayang," ujar Banga dalam acara tahunan Future Investment Initiative (FII) di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (25/10/2023). 

"Lalu, berapa lama lagi pandemi berikutnya akan terjadi?" tuturnya.

Baca Juga: Dituding Jadi Buzzer Israel, Maia Estianty: 'Kalau Kita Difitnah Artinya Dosa Kita Diambil'

Adapun banyak hal yang terjadi di dunia dan geopolitik dalam perang Israel-Hamas di Gaza, menurutnya pada akhirnya berdampak terhadap perekonomian. 

“Ada begitu banyak hal yang terjadi di dunia dan geopolitik dalam peperangan yang Anda lihat dan apa yang baru saja terjadi di Israel dan Gaza. Pada akhirnya, ketika Anda menggabungkan semua ini, saya pikir dampaknya terhadap perekonomian pembangunannya bahkan lebih serius lagi,” ujar Banga.

Presiden Bank Dunia tersebut mengatakan, meskipun segala sesuatu di negara maju terlihat lebih baik dari yang diperkirakan beberapa waktu lalu, dia berpendapat bahwa dunia saat ini berada pada titik yang sangat berbahaya. 

Baca Juga: Serbuan Israel Membabi Buta, 67 Jurnalis Meninggal Dunia per 7 Oktober di Gaza

Dia mengatakan, investasi sektor swasta diperlukan di negara-negara berkembang, namun risiko politik di beberapa negara tersebut masih menjadi hambatan. 

"Jadi saya akan sangat berhati-hati untuk terpaku pada satu hal dan mengabaikan yang lain saat ini," katanya. 
“Satu triliun dolar diperlukan hanya untuk energi terbarukan di pasar negara berkembang. Uang di kas pemerintah atau bahkan di bank pembangunan multilateral tidak cukup, kita perlu melibatkan sektor swasta dengan modal mereka. Itu adalah tugas terbesar yang ada di depan kita," jelasnya. ac

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU