WHO Selidiki COVID Varian 'Eris', Picu Kematian Secara Tiba-Tiba?

surabayapagi.com
Illustrasi Covid varian 'Eris' yang sedang di awasi pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). SP/ JKT

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Covid varian baru saat ini tengah diselidiki oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pihaknya mengklasifikasikan varian 'Eris' sebagai sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi.

Menteri Kesehatan (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa varian baru Covid-19, Omicron EG.5.1 alias 'Eris' sejak sekitar Juni 2023 lalu.

Baca juga: Bupati Ikfina Harap Pelayanan Kesehatan Di Bumi Majapahit Terus Meningkat

"Varian baru tersebut memang sudah ada di Indonesia. Sudah dari dua bulan lalu," ungkap Budi, Kamis (10/08/2023).

Budi mengimbau masyarakat Indonesia untuk tetap tenang dan tidak khawatir. "Iya, enggak perlu khawatir," kata Budi.

Sebelumnya, WHO sudah melacak keberadaan varian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus baru Covid-19.

"WHO tengah melacak beberapa varian Covid-19, termasuk EG.5, yang akan kami publikasikan evaluasi risikonya. Risiko tetap ada dari varian lebih berbahaya yang baru muncul yang dapat memicu peningkatan kasus dan kematian secara tiba-tiba," ungkap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.

Varian yang menyebar cepat, yang paling umum di Amerika Serikat dengan perkiraan lebih dari 17% kasus, berada di balik peningkatan virus di seluruh negeri. Varian ini juga telah terdeteksi di China, Korea Selatan, Jepang, hingga Kanada.

"Secara kolektif, bukti yang tersedia tidak menunjukkan bahwa EG.5 memiliki risiko kesehatan masyarakat tambahan dibandingkan dengan garis keturunan keturunan Omicron lainnya yang beredar saat ini," kata WHO dalam evaluasi risiko.

Baca juga: WHO dan Kemenkes Beri Isyarat, Status Pandemi Covid-19 Akan Dicabut Tahun Ini

"Diperlukan evaluasi yang lebih komprehensif terhadap risiko yang ditimbulkan oleh EG.5," sambung WHO yang dikutip dari Reuters, Kamis (10/8/2023).

Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove mengatakan varian EG.5 memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi. Tetapi, itu tidak lebih parah daripada varian Omicron lainnya.

"Kami tidak mendeteksi perubahan keparahan EG.5 dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021," katanya.

Sebelumnya, Covid-19 varian 'Eris' dilaporkan sudah mendominasi 20 persen dari sekuen yang ada di Asia, 10 persen sekuen di Eropa, dan 7 persen sekuen di Amerika Utara.

Baca juga: Pengurus IDI Demo, Kemenkes dan Wakil Rakyat Geleng-geleng

Covid-19 varian 'Eris' memiliki gejala yang tidak banyak berbeda dari subvarian Omicron lainnya. Berikut gejalanya:

  • Pilek
  • Sakit Kepala
  • Kelelahan ringan hingga berat
  • Bersin
  • Sakit tenggorokan

Salah satu negara yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat 'Eris' adalah Inggris. Melansir dari Daily Mail, salah satu faktornya adalah libur musim panas serta perilisan film Barbie dan Oppenheimer. Kedua film yang dirilis bersamaan pada akhir Juli tersebut menimbulkan banyak kerumunan, terutama di bioskop.

Sementara itu, Epidemiolog Dicky Budiman juga mengimbau agar masyarakat tetap menggunakan masker untuk mengurangi risiko adanya penyebaran Covid varian ‘Eris’ tersebut. dsy

Editor : Desy Ayu

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru