Dinilai Los Kemahalan, Pedagang Enggan Menempati

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 09 Nov 2020 16:44 WIB

Dinilai Los Kemahalan, Pedagang Enggan Menempati

i

Foto : Khairudin pedagang di los pasar Ganding sebelum di renovasi, kini tidak memiliki tempat berjualan setelah pasar selesai di renovasi.(ft. Ainur Rahman/ SP)

SURABAYA PAGI, Sumenep - Kepala Pasar Ganding Kabupaten Sumenep, Tohawi mengatakan masing -masing pedagang memiliki koordinator Pasar, kalau pedagang bagian timur itu H. Fauzi, sementara koordinator bagian Batu Ampar itu Abu Yazid. Sebelum perencanaan untuk menempati los semua koordinator diajak musyawarah, dengan tujuan agar semua pedagang dapat tertampung.

"Pada awalnya semua pedagang bersepakat untuk menempati los pasar itu di belakang, sehingga dibikin los pasar tersebut. Namun setelah dibikin pihak dari Abu Yazid kurang berkenan dan meminta untuk bikin didepan. Sementara di depannya hanya cukup tujuh belas jadi gak cukup" katanya kepada Surabaya pagi, Senin (9/11).

Baca Juga: Pelapor Tanah Kas Desa di Sumenep, Janji Ungkap Kasus Lebih Besar dengan Pelaku Sama

Kata Tohawi, los yang dibikin tersebut, hanya cukup tujuh belas orang, Ia lupa namanya, “Untuk mengatasi kekurangan tersebut ada seseorang yang ingin meminta langsung ke Kadisperindag, namun tanah yang di depan itu tidak diperkenankan ditempati oleh pak Kadis, jadi sisanya itu tidak memiliki tempat lagi, karena los yang dibelakang sudah ditempati oleh orang lain” tegasnya.

 Di soal, mengenai transaksi jual beli los pasar tersebut, Tohawi mengaku, secara pribadi dirinya kurang banyak tahu sebab bukan ranahnya.

"Saya kurang paham mengenai hal itu, sebab itu bukan ranah saya, jadi saya hanya melakukan kontrol agar semua pedagang itu memiliki tempat berjualan” pungkasnya.

Baca Juga: Pemkab Sumenep Gelar Festival Led Lebaran Hari Ketupat 2024 di Pantai Lombang Sumenep

Secara terpisah, Khairudin warga asal Batu Ampar, seorang pedagang yang tidak memiliki los mengakui kalau awalnya berjualan di los Pasar Ganding. “Namun setelah pasar direnovasi keberadaan los dipindah ke belakang, para pedagang pada awalnya mau di belakang, hanya saja oknum pasar yang dipercaya membikin los tersebut memungut tarif Rp. 3 Juta per kavling los ” ujarnya pada wartawan Surabaya pagi ( 9/11) 

Padahal kata dia, untuk bikin kavling sebesar itu kemungkinan 800 ribu maksimal 1 juta, karena dianggap tidak wajar maka kelompok yang H. Fathor memilih untuk tidak bergabung dan meminta agar dibuatkan los lain. "Saya rasa wajar, jika pedagang menolak karena sangat tidak masuk akal, jika los pasar itu dijual belikan oleh oknum pasar, sekalipun alasannya sebatas mengganti biaya pembuatan, jadi teman-teman akan bikin los sendiri, namun saat hendak bikin ternyata ada instruksi dari dinas agar dihentikan dan tidak boleh digarap, jadi pedagang terlantar dan tempat los di belakang itu sudah  ditempati pedagang baru” pungkasnya. Ar 

 

Baca Juga: Pertengahan Ramadhan, Harga Sembako di Pasar Tradisional Mulai Berangsur Landai

 

 

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU