Home / Peristiwa : Dua Minggu Kasus Brigadir J

Polri Masih Bingungkan Jenderal dan Masyarakat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 26 Jul 2022 20:19 WIB

Polri Masih Bingungkan Jenderal dan Masyarakat

i

Komnas HAM selesai memeriksa Bharada E terkait kematian Brigadir Yoshua atau Brigadir J. Bharada E keluar dengan pengawalan dan langsung tinggalkan Komnas HAM.

Samuel Hutabarat, Ayah Brigadir J, Rabu ini Ngotot Bisa Ikut Melihat Proses Autopsi Ulang dan Penggalian Mayat

 

Baca Juga: Satreskrim Polres Blitar Kota Terus Gelar Penyelidikan Tewasnya Siswa MTS di Ponpes Ponggok

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta- Publik menilai banyak kejanggalan dalam kasus Brigadir J atau Joshua, dipercaya Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik dan mantan Kadiv Humas Polri, Irjen (Purn) Aryanto Sutadi . Itu lantaran keterangan kepolisian selama ini yang memang dinilai cukup tak masuk akal. Terutama sejak awak kasus ini mencuat. Akhirnya, publik tak percaya semua omongan yang dikeluarkan Polri terkait kasus Brigadir Joshua.

Kpu jatim dalam

Hal itu diamini Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, dan mantan Kadiv Humas Polri, Irjen (Purn) Aryanto Sutadi, Selasa (26/7/2022).

Mantan Kadiv Humas Polri, Irjen (Purn) Aryanto Sutadi mengaku bingung dengan perkembangan kasus tewasnya Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Meski sudah lebih dari dua minggu, tetapi polisi masih belum kunjung menetapkan tersangka yang membunuh Brigadir J.

Dengan begitu, Aryanto mengatakan bahwa saat ini polisi sudah berhasil membuat masyarakat dan juga dirinya sendiri kebingungan.

"Sekarang ini kondisinya, masyarakat bingung protes, polisi bingung, purnawirawan pun bingung. Kira-kira apa saran Mas Aryanto untuk kasus ini?," tanya Eks Kadensus 88 Irjen Pol. (Purn) Bekto Suprapto kepada Aryanto Sutadi, dikutip dari kanal YouTube Polisi Ooh Polisi pada Selasa, (26/7/2022).

Jadi gimana, polisi sudah berhasil membuat bingung masyarakat, tapi saya bener, saya juga bingung, yang mengikuti saja bingung apalagi masyarakat yang cuma ngikutin dari medsos, bingung lah," jawabnya.

Aryanto Sutadi memberi saran agar polisi bisa segera mengungkap kasus tewasnya Brigadir J seterang-terangnya tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Ia menganggap polisi tidak boleh sampai bertindak konyol dengan bekerja secara tidak transparan dalam kasus ini.

 

Komunikasi yang Buruk

Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik mengebut ada komunikasi yang buruk dari pejabat kepolisian. Ini yang jadi tantangan bagi timsus bentukan Kapolri untuk mengungkap fakta yang sebenarnya terjadi dalam kasus itu.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa ini (polemik) dimulai dari komunikasi publik Polri yang kemudian menimbulkan spekulasi di masyarakat dan ujungnya ketidakpercayaan,” tegas Taufan.

Taufan menyatakan, soal kebenaran dari apa yang telah disampaikan pihak Polri termasuk keluarga Brigadir Joshua telah diterima dengan baik.

Institusi Polri telah menjelaskan, termasuk memberikan gambaran umum dari foto dan rekaman saat Brigadir Joshua diotopsi.

Baca Juga: Porles Sumenep Tangkap Pembunuh Pria di Areal Persawahan

Demikian pula keterangan yang disampaikan keluarga Brigadir Joshua dan tim forensik. “Benar, Komnas HAM telah mendapatkan keterangan. Tapi ini belum final. Kami akan minta satu lagi pendapat ahli yang cukup senior,” jelas dia.

Penjelasan dari para dokter khususnya tim forensik tentu memiliki etika dan batasan sebagai anggota Polri.

“Sebagai dokter, misalnya, hanya sampai upaya memberikan data dan menjelaskan apa yang mereka teliti dan dapatkan. Selanjutnya Komnas HAM akan bandingkan dengan informasi dan data lain,” terang dia.

Selain itu, Komnas HAM juga telah menerima video dan foto serta berbagai bukti lain yang diberikan pihak keluarga.

“Maka kami, sekali lagi belum pada kesimpulan. Karena harus kami konfirmasikan kembali dengan ahli lain setelah dokter forensik kami mintai penjelasan,” jelas Taufan.

Soal dugaan penganiayaan yang dilaporkan pengacara keluarga Brigadir Joshua, ditanggapi dingin.

Terlebih terkait dengan kondisi luka dan akibat tembakan. Menurutnya, yang tidak kalah penting adalah menemukan jejak dari peluru yang bersarang di tubuh korban, dalam hal ini Brigadir Joshua. “Karena dari itu, penyidik bisa menemukan jenis peluru yang digunakan, mereknya apa jenisnya apa,” terangnya.

Jika proyektil, peluru, maupun senjata sudah diketahui jenisnya, maka akan mudah melakukan pelacakan dan pengungkapan kebenaran peristiwa berdarah di rumah dinas Ferdy Sambo itu.

Baca Juga: Idap Sakit Jiwa, Ayah Kandung Dibunuh

“Maka sementara ini kami belum mau simpulan mengenai apa sebetulnya yang terjadi, karena memang belum final,” tandasnya.

 

Tekad Ayah Brigadir J

Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat bertekad bisa melihat autopsi ulang jasad anaknya kepada dokter forensik. "Maunya kami nanti pas proses autopsi ada pihak keluarga yang melihat langsung. Itu juga yang menjadi harapan kami," ujarnya kepada wartawan di Jambi, Selasa (26/7/2022).

Bukan hanya bisa melihat proses autopsi, Samuel pun berharap agar keluarga besarnya terlibat saat penggalian makam anaknya itu. "Memang awalnya sudah disampaikan pada kami jika penggali makamnya itu sudah disiapkan. Tetapi, kami mengusulkan agar nanti ketika yang menggali ada pihak dari kita, yakni keluarga dan anggota persatuan batak kan, ini biar bisa dilakukan," ucapnya.

Sebagai ayah yang membesarkan Yoshua Hutabarat, Samuel berharap agar kasus kematian anaknya ini dapat terungkap secepatnya. Dia hanya menginginkan agar saat proses autopsi, dokter bekerja transparan karena sudah disumpah.

"Kita ingin autopsi dapat berjalan lancar, kami percayakan tim dokter yang akan lakukan autopsi ini, supaya transparan dan terbuka agar terjawab sudah yang sebenarnya," terang Samuel. n jk/jmb/erc/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU