Home / Politik : ANALISA BERITA

Politik Identitas untuk Singkirkan Lawan Politik Tak Boleh Ada di Indonesia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Nov 2022 20:25 WIB

Politik Identitas untuk Singkirkan Lawan Politik Tak Boleh Ada di Indonesia

i

H Muhammad Zainul Majdi, Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia Tuan Guru Bajang (TGB)

SURABAYAPAGI, Surabaya - Politik identitas untuk menyingkirkan lawan politik tidak boleh ada di Indonesia. Orang berbeda kemudian dituduh munafik, antek-antek kafir dan bermacam-macam. Politik identitas dalam makna primordial untuk menyingkirkan lawan politik harus kita jauhkan, tidak boleh ada di Indonesia.

Mengenai politik identitas, semua individu lahir dengan sederet identitas yang bersifat given. Mulai jenis kelamin, ras, bahkan juga agama. Misalnya orang tua beragama A, kemudian anaknya mengikuti beragama A.

Baca Juga: Semua Butuh Koalisi

Dapat juga identitas lahir karena kerja sosial atau juga dari pendidikan sampai latar belakang profesi itu semua identitas.

Yang menjadi masalah ketika berpolitik praktis, tak sedikit orang yang mengejar kemenangan dengan mengeksploitasi identitas dalam konteks yang negatif.

Misalnya, memobilisasi dukungan mengatasnamakan gagasannya yang paling valid dari sisi agama, sehingga yang berbeda dianggap bertentangan dengan agama.

Lebih lanjut, ketika politik identitas dibiarkan, itu akan seperti kotak pandora. Saat dibuka, maka semua orang akan menggunakan politik identitas itu dan meminggirkan orang lain yang berbeda.

Baca Juga: 'Islah Politik' Cak Imin

Di Indonesia sendiri, tidak semua daerah memiliki preferensi yang sama. Ada satu daerah yang mayoritasnya umat Muslim, ada pula daerah lain mayoritas umat Kristiani, dan ada juga yang mayoritas umat Hindu.

Maka ketika politik identitas digunakan untuk melabeli lawan politik atau menihilkan lawan politik ini dibiarkan, kita bisa hancur lebur sebagai bangsa.

Sebaliknya, ketika sumber primordial digunakan untuk mencari kemuliaan dalam berpolitik, misalnya di dalam Islam ada nilai keadilan atau pemihakan kepada orang lemah. Kemudian ada langkah afirmatif untuk orang terpinggirkan. Bila nilai itu digunakan dalam politik tentu bagus.

Baca Juga: Pengamat Politik: Ganjar Hancur Lebur, Karena....

Tetap bersumber dari satu ajaran agama, tapi dalam konteks positif dihadirkan di ruang public. Hal itu bukan hanya dalam ajaran Islam, namun juga bagi umat Kristiani atau Katolik mengambil ajaran dari kitabnya bagaimana cara menghadirkan keadilan untuk semua serta membangun kohesivitas sosial, kedamaian, itu bagus semua.

Tapi, ketika mengatakan, sayalah representasi umat, yang bukan saya anti umat, dinilai tidak komitmen dengan agama, ini akan menimbulkan masalah. Jadi, semua identitas baik bila digunakan sesuai dengan takarannya, melalui substansi yang baik.

(Dalam keterangan resmi di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (14 November 2022).

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU