Populasi Penduduk China Anjlok, Tahun 2022 Berkurang 850.000 Orang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 04 Apr 2023 09:46 WIB

Populasi Penduduk China Anjlok, Tahun 2022 Berkurang 850.000 Orang

i

Populasi di Shanghai China alami penurunan hingga capai 850.000 orang. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, China - Populasi penduduk di Shanghai, China mengalami penurunan dan anjlok setelah diberlakukannya lockdown Covid-19 secara ketat tahun lalu. Orang-orang berusia 65 tahun ke atas menyumbang 18,7 persen dari total populasi Shanghai, jauh di atas rata-rata nasional 14,9 persen.

Sementara itu, Provinsi Gansu, Provinsi Anhui, dan Municipality Chongqing juga melaporkan penurunan populasi aslinya.

Baca Juga: Bakcang, Makanan Tionghoa 4 Sudut Filosofis

Menurut angka yang dikeluarkan oleh Biro Statistik, kini Shanghai diketahui memiliki sekitar 24,76 juta orang pada 2022, turun sebanyak 850.000 orang dibandingkan tahun 2021, 

Selain dikarenakan Covid-19, penyebab penurunan populasi dipengaruhi oleh eksodus pencari kerja dari daerah lain, dibarengi dengan tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang semakin menua kata biro tersebut. Sementara jumlah penduduk lokal sedikit meningkat.

Kota di China yang mengalami lockdown seluruh kota selama dua bulan yang traumatis pada musim semi lalu itu, telah menyaksikan jumlah pekerja migrannya menurun dalam beberapa tahun terakhir, sejak sebelum pandemi.

Pada tahun 2015, populasi Shanghai menurun untuk pertama kalinya dalam empat dekade akibat hilangnya 150.000 pekerja migran. Para ahli demografi dan analis mengaitkan hal tersebut dengan perubahan struktural dalam ekonomi kota karena sektor manufaktur padat karya menyusut, hingga sektor lain seperti teknologi yang semakin canggih dan jasa tumbuh.

Terkendala Pada Biaya Membesarkan Anak di Kota Daerah China

Penurunan populasi tersebut disambut dengan kekhawatiran dan optimisme – termasuk kekhawatiran tentang apa artinya ini bagi ekonomi global, dan harapan bahwa kemakmuran yang berkelanjutan mungkin tidak bergantung pada pertumbuhan populasi seperti yang diasumsikan secara historis.

Badan amal Population Matters meyakini bahwa angka stabil China harus dirayakan untuk potensi manfaat lingkungan dan kesejahteraan warga negara.

Namun, pergeseran demografis yang mencolok di negara terpadat di dunia ini menimbulkan banyak ketidakpastian dan implikasi untuk masa depan.

Selain itu, sejak mencabut kebijakan satu anak cukup, China berusaha mendorong keluarga untuk memiliki anak kedua atau bahkan ketiga. Namun, hanya menuai sedikit keberhasilan, yang mencerminkan sikap di sebagian besar Asia timur di mana angka kelahiran turun drastis. Di China, biaya membesarkan anak di kota sering disebut sebagai penyebabnya.

Jumlah Penduduk di Akhir 2022 Berkurang 850.000 Orang

Jumlah penduduk di akhir tahun 2022 berkurang 850.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Penghitungan hanya mencakup populasi China daratan, tidak termasuk Hong Kong dan Makau serta penduduk asing.

Itu menyisakan total 1,41 miliar orang, dengan 9,56 juta kelahiran dibandingkan 10,41 juta kematian sepanjang tahun 2022, kata biro itu pada pengarahan kepada pers hari Selasa.

Laki-laki melebihi jumlah perempuan, dimana laki-laki tercatat sebanyak 722,06 juta dan perempuan sebanyak 689,69 juta jiwa. Ini akibat kebijakan ketat satu anak yang baru secara resmi berakhir tahun 2016 dan preferensi tradisional untuk memiliki keturunan laki-laki demi meneruskan nama keluarga.

Sementara itu, pihak Peng Xizhe selaku direktur Pusat Studi Kebijakan Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Fudan, mengaitkan penurunan populasi di Shanghai tahun lalu itu dengan mundurnya pekerja di sektor jasa seperti pariwisata dan restoran di tengah tindakan pengendalian kesehatan berskala besar di China.

Kini ia mengatakan mereka sebagian besar telah kembali. Namun, ia memperingatkan bahwa tren keseluruhan akan berlanjut karena pencari kerja yang lebih muda memiliki lebih banyak pilihan di tempat lain di China.

"Kota-kota besar selalu menarik bagi kaum muda, tetapi sekarang mereka memiliki lebih banyak pilihan," imbuh Xizhe. "Kota-kota baru di wilayah tengah dan barat tidak buruk, dan biaya hidup lebih rendah," tambahnya.

Di sisi lain, pihak berwenang Shanghai mengungkapkan tingkat kelahiran kota yang rendah adalah alasan mendasar di balik penurunan populasinya. Membandingkan total kelahiran dan kematian, Shanghai mengalami penurunan alami 1,6 orang untuk setiap 1.000, jauh lebih tinggi daripada rata-rata nasional 0,6 orang yang hilang per 1.000.

Meskipun telah melonggarkan kontrol populasi pada 2021 untuk memungkinkan orang memiliki tiga anak, sembari memperkenalkan insentif seperti cuti orang tua yang diperpanjang, mayoritas orang di sana memilih untuk memiliki anak hanya ingin satu.

Sekitar 60 persen orang yang tinggal di Shanghai hanya menginginkan satu anak atau tidak sama sekali. dsy/dc/bbc/kmp

Editor : Desy Ayu

BERITA TERBARU