Home / Politik : Analisis Politik

Airlangga Tak Ngotot Nyapres, Belajar dari Ical

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 02 Mei 2023 20:45 WIB

Airlangga Tak Ngotot Nyapres, Belajar dari Ical

i

Raditya M. Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, saya catat, salah satu ketua umum yang belakangan ini seperti "binggung". Suasana Bathin Airlangga tampaknya seperti dialami Aburizal Bakri, hadapi pilpres tahun 2014 lalu.

Senin (1/5/2023) lalu, Airlangga Hartarto, makan bareng Prabowo Subianto ditemani Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie. Ketiga tokoh tersebut terlihat makan bersama di kediaman Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie yang berada di Jalan Ki Mangunsarkoro Nomor 42, Menteng, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Jual-beli Opini WTP, BPK Minta Rp 40 M

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima, Prabowo datang seorang diri mengenakan kemeja cokelat dan disambut langsung oleh Aburizal beserta Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Beberapa hari sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar ini menemui Susilo Bambang Yudhoyono  (SBY) di Cikeas, Sabtu (29/4/2023).

Pertemuan antara pimpinan Partai Golkar dengan Partai Demokrat itu disinyalir membahas soal pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Padahal, ia tahu, AHY, anak SBY, ngotot ingin jadi cawapres Anies Baswedan, capres Partai NasDem, bukan koalisasi lain

Pertemuan ini mengambarkan Airlangga "bingung" mau nyapres, cawapres atau penggembira saja.

Sebelumnya, sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga,  menegaskan solid nahkodai Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PAN, dan PPP. Ia malah tegaskan tiga parpol ini tak bubar usai PPP mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres.

Janji Airlangga, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tak mencampuri keputusan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres).  Dan sampai kini, KIB, belum memutuskan siapa capres yang akan diusung.

"Kita menerima apa yang disampaikan oleh Pak Mardiono di dalam forum KIB, nah nanti KIB baru akan memutuskan ke depan. Kita belum putuskan," ujar Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto di kediamannya, Jakarta, Kamis (27/4/2023) malam.

Hal menarik, 17 hari sebelumya, Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus menegaskan Airlangga Hartarto sudah tidak 'ngotot' lagi untuk maju menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden pada pemilihan umum 2024 mendatang. Waduh!

Penegasan ini disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (10/4/2023).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak ngotot artinya mendesak atau menuntut sesuatu; Bukan untuk menjadi orang yang ngotot, tapi akulah orang yang membantunya membuatmu sadar. Nah!

Dalam pergaulan,  ada beberapa cara yang tepat untuk beberapa orang yang ngotot, dan tidak ngotot, dengan banyak alasan.

Logika saya setiap orang pasti punya alasan tersendiri dalam mengambil keputusan, ngotot dan tidak.

Orang lain mungkin menilai kalau si A ini sering ngotot dan terlalu banyak alasan. Si B, tidak ngotot. Padahal belum tentu itu alasan yang tidak benar  atau memang alasannya itu benar terjadi.

Nah cara yang yang sering dilakukan sesuai dengan pengalaman saya, urusan tidak ngotot, acapkali memberikan analalogi sebab - akibat.

Memberikan contoh nyata / bukti dan Memberikan opsi lainnya dan membandingkannya.

Masalah ini sering saya temui di sejumlah sosial media. Airlangga pasti punya alasan. Misalnya Partai Golkar, tak mau terantuk kayak Aburizal tahun 2015.

Salah satunya pengalaman saya pernah dialami oleh orang yang literasinya (maaf) kurang dan rawan termakan hoax. Contoh lain adalah dari orang-orang yang pola pikirnya cenderung kaku dan tertutup. Bahkan hanya mendengarkan argumen kita, kadang dipotong atau bahkan tidak mau mendengar sama sekali. Airlangga tampaknya banyak mendengar dan melihat.

Terhadap orang yang ngototan, saran saya jangan buang-buang energi untuk menasehatinya. Biarkan mereka berpegang teguh dengan prinsip mereka.

Lagipula, terhadap orang ngotot yang sudah dewasa. Airlangga tak ngotot nyapres pasti ada alasan prinsip.

 

***

 

Saya paham dengan pernyataan Sekjen Partai Golkar bahwa Airlangga Hartarto, tidak ngotot nyapres. Padahal, secara resmi partainya sudah mengumumkan nama calon presiden (capres) untuk Pemilu 2024. Dan pengumuman capres dari Golkar sudah diumumkan sejak pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) beberapa tahun lalu.

Airlangga tidak ngotot artinya ia tidak ngeyel. Bisa jadi Airlangga tak ngotot setelah mencermati hasil survei beberapa lembaga. Elektabilitasnya masih rendah.

Apalagi ada rilis dari Indikator Politik terkait hasil survei elektabilitas calon presiden (capres) 2024.

Dalam survei, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo masih menjadi sosok dengan elektabilitas teratas. Sementara, Airlangga Hartarto capres dari Partai Golkar masih menempati posisi terendak yakni elektabilitasnya hanya 2 persen.

Menanggapi hasil survei tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin mengatakan jika Airlangga Hartarto sampai saat ini masih menjalankan tugasnya sebagai Menko Perekonomian. Sehingga, belum ada waktu untuk mensosialisasikan sebagai capres kepada publik.

Juga Sekretaris Jenderal Projo Handoko. Handoko menyatakan Menteri Koordinator Perekonomian RI itu mampu mengungguli Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, hingga Menteri BUMN Erick Thohir.

Baca Juga: Resiko Pejabat Bea Cukai Berkongsi

“Berdasarkan data penyelenggaraan seluruh Musra di Indonesia, Airlangga mengungguli nama-nama yang sering muncul sebagai capres dari lembaga survei,” kata Handoko dalam keterangannya, Sabtu, (11/3/2023).

Juga Koordinator Jaringan Jurnalis Indonesia (JJI), Agusta Irawan menyebut tingkat elektabilitas Airlangga malah sebesar 29,2 persen dan di urutan kedua Prabowo Subianto yang mencatatkan tingkat elektabilitas sebesar 20,6 persen.

Dalam survei ini nama Airlangga Hartarto menempati urutan pertama dalam tingkat elektabilitas tokoh-tokoh kandidat capres. Jika pilpres digelar saat ini, tingkat elektabilitas Ketum Golkar, itu sebesar 24,1 persen.

Di urutan kedua ada Prabowo Subianto yang mencatatkan tingkat elektabilitas nya sebesar 18,1 persen.

Kata Agusta, tingginya elektabilitas Airlangga dinilai mampu menjawab keinginan masyarakat. Dia dinilai mampu menghadapi krisis seperti ancaman krisis perekonomian saat adanya pandemi Covid-19.

"Tercatat Airlangga Hartarto,  memiliki program populis yang nyata dirasakan oleh rakyat seperti saat Airlangga diberi tugas oleh presiden Jokowi dalam menanggulangi Covid-19."

Kendati demikian, Nurul Arifin, mengklaim hasil survei kepuasan publik terhadap pemerintah yang mengalami peningkatan merupakan buah hasil dari Airlangga Hartarto sebagai Menko Perekonomian. Sehingga, pihaknya tidak khawatir dengan hasil elektabilitas Airlangga yang masih rendah.

Selain itu, tugas Partai Golkar memang saat ini masih terus mensosialisasikan bahwa Airlangga Hartarto termasuk yang membangun negeri ini dan memberikan gagasan-gagasan terbaik untuk Indonesia.

Lalu elektabilitas Anies Baswedan di urutan ketiga dengan 10,2 persen, Ganjar Pranowo 8,1 persen, dan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi soal namanya yang moncer dalam hasil musyawarah rakyat atau Musra untuk pemilihan bakal calon presiden oleh relawan pro Jokowi atau Projo. dia tak ingin berpuas diri atas hasil tersebut.

 

***

 

Ketidak ngototan Airlangga, ia bisa bercermin, selama ini tidak pernah ada Ketua Umum Partai Golkar yang suksas nyapres. Contoh Aburizal Bakri.

Catatan jurnalistik saya, dalam Pilpres tahun 2014, ical, kesulitan menemukan mitra koalisi. Ini karena Partai Golkar , konon bergoyang dari dalam. Hingga sehari sebelum masa pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilhan Umum dibuka, Partai Golkar belum juga mendapatkan satu pun teman untuk bersama-sama mengusung Aburizal bersaing menjadi orang nomor satu di republik ini.

Padahal, PDI-P sudah mendapatkan teman, demikian pula Partai Gerindra. Pilihan yang langsung mengemuka, bila Partai Golkar bergabung dengan dua poros lain itu maka kursi bakal calon presiden harus dilepas. Dua poros lain sudah punya bakal calon presiden sendiri, itu saja alasannya.

Namun, Aburizal, yang punya TV one, bukan tak berusaha. Dia sudah mencoba melakukan komunikasi dengan pimpinan kedua poros itu. Saat bertemu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Aburizal mengatakan sudah ada kecocokan. Saat bertemu Prabowo di Hambalang, Aburizal bahkan menyatakan siap untuk turun posisi menjadi cawapres.

Baca Juga: Jurnalistik Investigasi Ungkap Kejahatan Tersembunyi untuk Kepentingan Umum

Aburizal juga sudah mencoba bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk membentuk poros ketiga. Partai Demokrat menjadi satu-satunya harapan Aburizal karena saat itu partai berlambang mercy ini juga belum menentukan arah koalisi.

Meski demikian, semua pertemuan Aburizal baik dengan Prabowo, Megawati, maupun SBY tampak tak berbuah sebagaimana diharapkan. Maka, pada hari pertama masa pendaftaran pasangan calon di KPU, Minggu (18/5/2014), Golkar menggelar Rapat Pimpinan Nasional VI untuk menyiasati keadaan dan kondisi yang sulit ini.

Keputusan Rapimnas yang berlangsung di Jakarta Convention Center itu adalah memperluas wewenang Aburizal. Aburizal dipercaya penuh menentukan arah koalisi Golkar.

Catatan jurnalistik saya, menulis, saat itu, Aburizal juga diizinkan memiliki posisi yang lebih fleksibel, yakni tetap menjadi capres tetapi juga bisa sebagai cawapres. Tak berbekas penentangan yang sempat muncul ketika Aburizal sebelumnya bermanuver mengincar kursi bakal cawapres.

Seusai Rapimnas, Aburizal yang sudah memegang penuh "nasib" Partai Golkar langsung bergerak cepat. Dia menuju kamarnya di lantai 15 Hotel Sultan yang tak jauh dari JCC. Saat itu, SBY yang juga sedang menggelar rapimnas partainya sedang beristirahat di kamar yang berada satu lantai dengan kamar Aburizal.

Tak jelas apakah ada pertemuan antara Aburizal dan SBY. Namun, di forum sebelah kemudian keluar keputusan partai berlambang mercy itu akan bersikap netral di Pemilu Presiden 2014. Aburizal pun langsung bertolak dari Hotel Sultan ke kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Aburizal sempat mengecoh para wartawan yang "berjaga" di depan kediaman Megawati, dengan masuk rumah itu lewat pintu samping. Sudah begitu, pertemuan dengan Megawati pun tak menghasilkan kesepakatan apa pun.

Usaha Aburizal masih berlanjut. Selepas dari rumah Megawati, dia ternyata bertandang ke Hambalang, ke kediaman Prabowo, menjelang tengah malam pada hari itu. Politisi Senior Partai Golkar MS Hidayat baru membocorkan informasi tersebut kepada media pada pagi harinya.

Upaya terakhir Aburizal pada malam itu rupanya membuahkan hasil. Meski hasil tersebut jauh dari yang diimpi-impikan olehnya sejak awal. Di acara deklarasi pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Rumah Polonia, Jakarta, Senin (19/5/2014) siang, beberapa elite Golkar tiba-tiba datang ke lokasi. Ical, konon ditelingkuh rekan separtai

Mereka mengklaim mewakili Aburizal. Masya Allah, sejumlah elite Partai Golkar turut menyatakan dukungannya kepada Prabowo-Hatta. "Selaku mandataris rapimnas, ARB telah memberikan pernyataan agar seluruh keluarga besar Partai Golkar memberi dukungan sepenuhnya kepada Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa," kata Sekjen Partai Golkar Idrus Marham dalam orasi dukungannya. Ical, konon "dikudeta" dari dalam.

Bisa jadi Airlangga Hartarto belajar dari kasus Ical, sehingga tak ngotot nyapres 2024.

Sejauh ini saya belum mendengar goyangan dari dalam untuk gagalkan Airlangga Hartarto, maju capres.

Bisa jadi Airlangga, tak ngotot maju capres 2024, pernah mendengar pepatah yang mengatakan, pengalaman adalah guru terbaik. Bukan hanya pengalaman dirinya sendiri, melainkan juga pengalaman dari orang lain. Pengalaman atau peristiwa buruk diambil pelajarannya agar tidak dilakukan dan pengalaman atau peristiwa baik agar dilakukan terus.

Airlangga, bisa jadi Ketua Umum Partai Golkar yang  belajar dari pengalaman Ical. Ia tak ingin Partainya terjerembab dua kali.

Kesan saya, seorang Airlangga Hartarto, sepertinya memiliki kecerdasan, agar Partai Golkar  tidak terulang kembali tertimpa kemudaratan. Masya Allah. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU