Poros AMIN Diragukan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 19 Sep 2023 21:12 WIB

Poros AMIN Diragukan

Waketum PKB Jazilul Fawaid Prediksi Kemungkinan Pilpres 2024 Hanya Diikuti Dua poros. Ia tak Terlampau yakin Poros Anies-Cak Imin atau AMIN Bakal Berlayar di Pilpres 2024 

 

Baca Juga: Anies Akui Prabowo, Keluarga Intelektual Terpandang

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Waketum PKB Jazilul Fawaid nenganalisis tak terlampau yakin poros Anies-Cak Imin atau AMIN bakal berlayar di 2024. Hal ini ditanggapi juga oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno terkait pernyataan Waketum PKB Jazilul Fawaid.

Jazilul memberikan pandangannya soal jumlah poros di Pilpres 2024. Menurutnya kemungkinan hanya akan ada 2 poros. "Nggak-nggak ada, belum tentu saya melihatnya secara pribadi belum tentu ada 3 poros, bisa jadi 2 poros, kita tunggu nanti," ucap Jazilul.

Jazilul lantas membeberkan analisisnya itu. Jazilul menyebut waktu pendaftaran pilpres yang semakin pendek dan deadlock, tokoh capres yang itu-itu saja.

"Ini pertimbangan saya, tinggal 1 bulan, dan calon-calonnya, partai-partainya itu-itu saja, hanya di situ saja, apa kesulitannya? Bagi saya tidak akan ada kesulitan untuk memutuskan, tetapi yang sulit itu justru membuat hanya dua poros itu yang sulit," kata dia.

"Persepsi saya begitu, karena tidak ada yang menyulitkan semuanya kan sudah cukup dari angka Presidential Threshold yang sudah ada, kenapa belum putus-putus saja," sambungnya.

 

Pasangan AMIN Antisipasi

Jazilul menekankan pandangan soal kemungkinan 2 poros itu adalah pendapatnya pribadi. Meski begitu, Jazilul memastikan Anies-Cak Imin tetap siap menghadapi skema apapun di 2024.

"Yang jelas pasangan AMIN mengantisipasi semua kemungkinan, kemungkinannya kan tinggal 2; 3 poros atau 2 poros. Saya pribadi melihatnya kayaknya tinggal 2 poros pribadi ya ini, bukan keputusan PKB atau apa bukan," kata dia.

"Poros AMIN sudah jadi porosnya, mau digabung, gimana sih. Jadi poros perubahan itu sudah ada tinggal mendaftar. Kalau besok pagi buka pendaftaran, kita buka, kita justru menunggu pasangan-pasangan yang lain," lanjut Jazilul.

 

Demokrat Menunggu

Sedangkan, Hinca Panjaitan, politisi Partai Demokrat menyebut, kalaupun ada analisis soal 2 poros untuk Pemilu 2024, Demokrat masih akan menunggu. Meski demikian, Hinca meyakini ada tiga pasangan yang akan berlayar.

"Kalau ada analisis di luar tiga ini ya kita lihat besok. Tapi, menurut saya inilah yang tiga. Memang orang bijak selalu berkata sebelum janur kuning dinaikkan, sebelum pendaftaran ditutup, atau dibuka kemudian ditutup, segala sesuatu bisa terjadi. Tapi kami berpendapat tiga ini berlayar," imbuhnya

 

Gerindra Pantau

Ketua Harian Gerindra Dasco menekankan demokrasi membebaskan hak partai politik sebagai representasi rakyat. Dasco mengatakan pihaknya akan terus mengikuti kontestasi pilpres baik 2 ataupun 3 poros koalisi.

"Kalau kami ini kan namanya demokrasi, demokrasi itu bisa kemudian ditentukan oleh pemilik hak demokrasi yaitu rakyat yang diwakili parpol sehingga nanti mau dua poros, mau tiga poros, kami ikut saja," kata Dasco kepada wartawan di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Senin (18/9/2023)

Baca Juga: MK Lempar Masalah TSM ke Bawaslu

 

Sekjen PPP Bertanya

Sekjen PPP Arwani Thomafi bertanya balik apakah pernyataan itu didasarkan realita atau lamunan. "Saya nggak paham ya maksudnya Pak Jazilul. Sedang membaca realita atau sedang melamun gitu ya, saya nggak tahu. Atau sedang membicarakan tentang dirinya sendiri juga nggak tahu saya he-he-he," kata Arwani kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Arwani menyebut hal tersebut perlu ditanyakan kembali ke Jazilul. Dia mengembalikan urusan itu ke para partai dari koalisi pilpres yang sudah terbentuk saat ini.

"Nggak tahu, makanya perlu ditanyakan. Saya kira ya urusan apakah yang sudah ada ini seperti apa, ya biar diurus oleh masing-masing partai politik yang tergabung dalam koalisi tersebut," ujar Arwani.

Arwani tidak sepakat dengan Jazilul yang menyebut dua bacapres lain deadlock karena belum kunjung menentukan cawapres. Menurut Arwani, keputusan soal deklarasi capres bisa dilakukan kapan saja sesuai keinginan koalisi. Dia lantas menyinggung saat pengumuman Ma'ruf Amin jadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019.

"Deadlocknya dari mana? kayak Pak Jazilul ini nggak pernah ikut Pemilu saja. Dulu liat penentuan Pak Ma'ruf Amin juga last minute kan, lah biasa kalau kayak gitu. Saya kira kalau penentuan itu tidak harus di awal, bisa di tengah, bisa di akhir, yang penting partai-partai ini sudah paham kapan harus mendaftar," imbuhnya.

 

Keterbelahan Masih Terbuka

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, menyatakan, keterbelahan koalisi masih terbuka. Saling serang antar kubu mulai terlihat. Terutama dari segi informasi yang hoaks dan disinformasi di depan mata," ujarnya.

Baca Juga: AMIN dan Ganjar, Akui Saksinya Dintimidasi

Menurut Adi, memang jadi tanda tanya publik, mengapa tiba-tiba Jazilul bicara soal kemungkinan dua poros.

Sejumlah pakar mendorong Pilpres 2024 diikuti minimal tiga poros kekuatan. Mengapa? "Dari sisi konfigurasi suara dan kursi, pasangan calon presiden bisa sampai empat pasangan calon. Hanya saja perkembangan dinamika politik hari ini mengarah pada tiga potensi bakal pasangan calon," kata Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini kepada wartawan, Selasa (19/9/2023).

Akibat masa pencalonan yang sangat panjang dan mepet dengan tahapan pemungutan suara, menurut Titi membuat kepastian pencalonan jadi sangat lambat dan sangar penuh dinamika yang kontroversial dan spekulatif.

"Tiga pasangan calon bisa membuat distribusi isu menjadi lebih menyebar ketimbang hanya dua pasangan calon, kita punya pengalaman Pemilu 2009 dengan tiga pasangan calon serta Pemilu 2014 dan 2019 hanya dengan dua pasangan calon," ujarnya.

 

Disintegratif Menguat

Dengan pemilihan presiden hanya dua pasangan calon, disintegratif dinilai menguat dan makin melemahkan kultur kewargaan di kalangan pemilih.

Mestinya, bagi Titi, partai politik juga mempertimbangkan betul soal kebutuhan publik atas alternatif pilihan politik yang bisa membuat pemilu lebih dinamis dan menekan hegemoni identitas dan keterbelahan di tengah masyarakat.

"Kalau dilihat perkembangan upaya membentuk koalisi, maka sangat mungkin pragmatisme politik membuat pilpres hanya diikuti dua pasangan calon saja. Sebab proses yang berlangsung elitis dan jauh dari jangkauan publik," ucapnya. n erc/jk/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU