SURABAYAPAGI.com, Mojokerto - Pengerjaan normalisasi saluran dan sungai di Mojokerto terus dikebut, sebagai antisipasi cuaca ekstrem bencana hidrometeorologi akibat banjir luapan menyusul pergantian musim hujan di penghujung tahun 2024.
Normalisasi tersebut juga dilakukan di sungai irigasi untuk memaksimalkan pasokan air pada lahan pertanian di Bumi Majapahit.
Baca Juga: Meluapnya DAS Wrati Imbas Hujan Deras, Ribuan Rumah di Pasuruan Terendam Banjir
"Panjang normalisasi saluran (Irigasi) dan sungai yang sudah rampung sekitar 19,8 kilometer di 38 desa, belum termasuk normalisasi waduk yang kini terus berproses," kata Kepala DPUPR Kabupaten Mojokerto, Rinaldi Rizal Sabirin, melalui Kabid Sumber Daya Air (SDA), Rois Arif Budiman.
Dikatakan Rois Arif Budiman, normalisasi itu sudah dilakukan oleh Pemkab Mojokerto melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) secara bertahap, sejak Februari 2024 lalu.
"Pelaksanaan normalisasi mulai awal Februari 2024 sampai sekarang masih proses," jelasnya, Selasa (03/12/2024).
Adapun beberapa desa dengan normalisasi paling panjang yaitu di Desa Beratwetan, Kecamatan Gedeg mencapai sekitar 2,7 kilometer.
Normalisasi sungai Di Desa Balongwono, Kecamatan Trowulan sekitar 1,7 kilometer. Desa Gembongan, Kecamatan Gedeg mencapai 1,6 kilometer.
Baca Juga: Komisi C DPRD Surabaya Usulkan Pemkot Miliki Alat Penyedot Sedimen di Saluran
Kemudian, Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko mencapai lebih dari satu kilometer. Desa Kembangringgit, Kecamatan Pungging dan Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar masing-masing normalisasi sepanjang satu kilometer.
"Untuk pengerjaan normalisasi totalnya 38 Desa di 18 kecamatan, semuanya sudah selesai," ungkap Rois Arif Budiman.
Menurutnya, saluran irigasi yang dinormalisasi sesuai kebutuhan masyarakat khususnya petani, karena mereka mengeluhkan minimnya pasokan air ke lahan pertanian akibat tumpukan sendimen di sungai.
Baca Juga: Usulkan Anggaran Rp 8,1 Miliar, Pemkab Ponorogo Bakal Perbaikan Tanggul Jebol
"Kondisi sebelum normalisasi layanan irigasi kurang maksimal, karena banyak sedimen. Ada yang beberapa saluran/ sungai yang sering terjadi banjir luapan dan genangan," ucap Rois.
Rois mengungkapkan adanya normalisasi secara masif dapat memberikan dampak nyata terhadap ketersediaan air pada irigasi persawahan, termasuk pencegahan banjir akibat luapan sungai.
"Normalisasi dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan irigasi dan pencegahan banjir," pungkasnya. Dwi
Editor : Desy Ayu