SURABAYAPAGI, Surabaya - Menyoroti langkah partai politik yang mulai menggaet kaum milenial dan artis untuk menjadi juru bicara (jubir) partainya. Saya melihat, ada dua makna yang dapat menjelaskan hal tersebut.
Baca Juga: Anies Akui Prabowo, Keluarga Intelektual Terpandang
Pertama, pemilih milenial jumlahnya sangat besar dalam Pemilu 2024. Partai mana yang dapat menggaet kaum milenial, Partai tersebut berpeluang mendapatkan suara signifikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan memenangkan Pileg dan Pilpres 2024.
Hal itu sejalan dengan prinsip model konvergensi. Model ini menganggap ruang kehidupan yang sama para partisipan komunikasi dapat meningkatkan efektifitas komunikasi.
Bila jubirnya dari milenial, maka ruang kehidupannya dengan sebagian besar calon pemilih akan relatif sama. Kesamaan ruang kehidupan berpeluang menghasilkan kesepahan diantara sesama peserta komunikasi.
Menurut saya, dengan mengajak milenial parpol berharap para milenial setidaknya tertarik pada partainya. Harapannya, melalui ketertarikan itu para milenial dapat memberi suara kepada partainya.
Baca Juga: Bawaslu Pasrah
Melalui jubir artis, Parpol berharap dapat meningkatkan daya tarik partainya. Kehadiran artis sebagai jubir, kaum milenial setidaknya akan menoleh partainya.
Hal itu terjadi karena sebagian masyarakat Indonesis masih pemilih emosional. Mereka tidak perlu substansi dari parpol.
Karena itu, saya menilai, jubir partai dianggap tidak perlu yang kredibel. Jubir seperti ini tentu lebih pas untuk pemilih yang rasional.
Baca Juga: FPI, PA 212, hingga GNPF-Ulama ke MK Dukung Putusan Adil
Jadi, pemilihan jubir dari artis semata untuk memperoleh sisi daya tariknya. Aspek ini memang pas untuk pemilih emosional.
(Lewat keterangannya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15 November 2022).
Editor : Mariana Setiawati