Menaker Ungkap Tantangan Terbesar Sektor Ketenagakerjaan di 2023

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 10 Jan 2023 17:27 WIB

Menaker Ungkap Tantangan Terbesar Sektor Ketenagakerjaan di 2023

i

Menaker ida Fauziah. Foto: Kemenaker.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Menteri Ketenegakerjaan (Menaker) Ida Fauziah menerangkan tantangan terberat sektor ketenegakerjaan pada tahun ini. Menurutnya, yang menjadi tantangan terberat adalah ancaman resesi global.

Pelemahan ekonomi akan berdampak pada menurunnya permintaan membuat produsen mengerem produksinya. Hal ini membuat kebutuhan tenaga kerja pun tidak terlalu banyak sehingga tingkat pengangguran bakal meningkat.

Baca Juga: Otsuka Dukung Eliminasi TBC 2030 Melalui Program "Free TBC at Workplace"

"Di antara peristiwa ekonomi seperti krisis moneter dan lainnya, itu tidak sebesar pandemi Covid-19. Kalau tahun 2023 ini banyak yang memprediksi kondisi ekonomi global, kita akan menghadapi resesi global, kita akan menghadapi krisis pangan," kata Ida dalam acara Doa Bersama dan Resolusi Kemnaker 2023, Senin (9/1/2023).

Ia mengatakan, belum ada tanda-tanda perdamaian antarnegara yang berkonflik hingga saat ini, seperti Rusia dan Ukraina. Menurutnya, itu akan menyeret banyak negara ke jurang resesi karena terganggunya rantai pasok.

Baca Juga: Menaker Sebut Kualitas SDM Jadi Pertimbangan Utama Investor Masuk RI

Kendati demikian, layaknya pejabat negara lain, Ida Fauziah masih meyakini Indonesia bakal bertahan dari adanya ancaman resesi global yang akan berakibat pada naiknya tingkat pengangguran. Optimisme itu berdasar pada keberhasilan pemerintah dalam menangani pandemi covid 19 hampir 3 tahun lalu.

“Saya pribadi kalau kita bisa menyelesaikan Covid 19, saya termasuk optimis, kita pun bisa menghadapi resesi global 2023, saya bukan peramal tetapi saya meyakini," ujarnya.

Baca Juga: Menaker Ungkap Angka Kecelakaan Kerja Terus Meningkat dalam 3 Terakhir

Lebih lanjut, Ida menambahkan, selama pandemi Covid-19, jumlah pengangguran naik hingga 7,02 persen. Hal itu memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Tapi alhamdulillah karena kerja kolaboratif, kita bisa menurunkan dari 7,02 persen hingga menjadi 5,8 persen. Ini merupakan kerja yang luar biasa," pungkasnya. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU