Muncul Aliran Sesat Puang Nene, Dilarang Salat di Bone

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 23 Mar 2023 14:38 WIB

Muncul Aliran Sesat Puang Nene, Dilarang Salat di Bone

i

Pimpinan aliran 'Puang Nene', Grento Walinono. SP/ Dsy

SURABAYAPAGI.com, Sulawesi - Baru-baru ini muncul dugaan  aliran sesat bernama Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara, dipimpin oleh seorang pria bernama Walino alias Puang Nene.

Aliran tersebut berada di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Belum diketahui jumlah pengikut aliran Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara ini.

Baca Juga: Bakor Pakem: Aliran Agama Mahfudijanto Sesat

Aliran itu diduga masuk di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone sekitar tahun 2020 sebelum Covid-19 melanda Indonesia.

Disebut aliran sesat lantaran dalam aliran ini, pengikut dilarang salat 5 waktu dan salat Jumat. Bahkan, pengikut wajib memberikan mahar sebagai ongkos pembelian kursi untuk di hari akhir nantinya.

Kasi Humas Polres Bone, Ipda Rayendra, mengaku masih menyelidiki informasi aliran sesat tersebut.

"Iya, sementara diselidiki. Karena baru pagi tadi kami dapat informasinya," ungkapnya, Kamis (23/03/2023).

Baca Juga: Masalah Aliran Sesat di Pasuruan Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Sementara itu, Kepala Desa Mattirowalie, Andi Swandi menyebutkan bahwa aliran tersebut dipimpin oleh dua orang pria yang mengaku sebagai nabi. Mereka adalah Grento Walinono yang merupakan pendiri aliran Puang Nene dan Hasang alias Acang yang merupakan pemimpin untuk wilayah Kabupaten Bone.

"Alirannya tidak salat, dan ada dua bos besarnya mengaku nabi. Kalau di sini dikenal sebagai aliran Puang Nene," kata Andi Swandi kepada wartawan, Rabu (22/3/2023).

Menurut Swandi, aliran Puang Nene mulai datang ke desanya dibawa oleh Grento Walinono sekitar tahun 2020 lalu. Sejak saat itu aliran yang dibawa oleh Warga Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan itu terus menyebar hinga pengikutnya terus bertambah.

"Masuknya itu kalau tidak salah tahun 2020 saat Covid-19. Pengikutnya sekarang sudah ada sekitar 40-an dari masyarakat Desa Bune dan Desa Mattirowalie," ucapnya.

Karena dianggap meresahkan, sejumlah warga sempat menegur aktivitas yang dilakukan oleh para pemimpin dan pengikut aliran sesat. Namun sayangnya teguran tersebut tidak digubris, dan aktivitas aliran Puang Nene hingga saat ini masih terus berlanjut.

"Sudah ditegur dulu, dikira sudah berhenti ternyata tersebar lagi. Aliran tersebut diduga sesat," bebernya. Dsy/kmp/l6/dc

Editor : Desy Ayu

BERITA TERBARU