Sepak Bola Berduka, PSSI Jatim Kibarkan Bendera Setengah Tiang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 31 Mar 2023 11:22 WIB

Sepak Bola Berduka, PSSI Jatim Kibarkan Bendera Setengah Tiang

i

Sekretaris Asprov PSSI Jatim Dyan Puspito Rini.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Segenap pelaku sepak bola tanah air harus ikhlas menelan pil kepahitan usai FIFA mengumumkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah gelaran Piala Dunia U-20 2023. Persiapan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun pun harus sia – sia begitu saja.

Menanggapi kabar duka tersebut, Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Timur (Jatim) mengibarkan bendera setengah tiang selama dua hari di kantor PSSI Jatim. Hal tersebut merupakan bentuk upaya meluapkan kesedihan dan kekecewaan pasca dibatalkanya Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Baca Juga: Anggaran Minim, Tim Sepak Bola Jatim Terancam Absen PON XXI 2024

Sekretaris Asprov PSSI Jatim Dyan Puspito Rini mengaku bahwa pihaknya saat ini merasa sangat kecewa dan menyayangkan keputusan FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

"Kami mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk duka cita yang paling mendalam. Ini adalah duka dari football family. Tetapi kita harus menghargai apapun yang sudah diputuskan. Kasih satu atau dua hari untuk kami berduka," kata Dyan Puspito Rini, Kamis (30/3/2023).

Upaya Indonesia terlebih Asprov PSSI Jatim untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia sudah dilakukan sejak tahun 2018 dengan mempersiapkan semuanya. Dalam sembilan bulan terakhir, Asprov sudah melakukan koordinasi untuk memenuhi kekurangan yang dibutuhkan sebagai tuan rumah.

"Sangat disayangkan sekali. Dari tahun 2018 kami sudah menyiapkan semuanya. Apalagi selama sembilan bulan terakhir, sangat intens berkerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya dan seluruh elemen stakeholder demi kesuksesan Piala Dunia U-20 ini," ujarnya.

Seluruh upaya tersebut, kata dia, semata demi memberikan wadah dan jaminan kepada generasi sepak bola Tanah Air di kancah internasional yang lebih tinggi.

Apalagi dengan peringkat Indonesia saat ini yang ada di urutan 150, perjalanan untuk berkancah di turnamen sekelas Piala Dunia akan sangat panjang diluar konteks sebagai tuan rumah.

Ia juga menegaskan setelah enam lokasi venue diverifikasi dan disetujui FIFA, seluruh kepala daerah hingga kepala negara-nya sudah menandatangani kesiapan dan kesanggupan.

“Termasuk menerima aturan FIFA tentang siapapun yang akan hadir di negara kita. Dan di hitungan hari akan pelaksanaan, tiba-tiba ada yang memutuskan bersurat secara resmi menolak pegelaran ini karena syarat-syarat lain. Itu yang disesalkan,” tuturnya.

Baca Juga: PSSI Jatim Ingin Gelar Pertandingan Pra Musim Sebelum Liga

Wanita yang akrab disapa Ririn ini juga menyoroti mental para penggawa Timnas Indonesia U-20. Mau tak mau mereka harus menanggung derita yang amat sangat dalam atas keputusan tersebut.

“Ketika kita sudah ada kesempatan di depan mata, lalu kita siapkan dan gagal karena faktor-faktor di luar sepak bola, sangat wajar kalau hari ini, kita (seluruh masyarakat Indonesia) sangat bersedih dan berduka,” tuturnya.

Ririn pun mengupayakan semangat dari timnas Indonesia muda untuk segera bangkit dari kondisi saat ini.

"Tetapi keputusan sudah dibuat kita harus menjalankan keputusan itu. PR terbesarnya adalah membantu membangkitkan lagi semangat dari pemain-pemain muda kita untuk tetap bisa bertahan dan berprestasi karena tentunya kita membutuhkan role model ke depannya," ucapnya.

Ia juga menilai dibatalkannya status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 melenyapkan momentum kebangkitan sepak bola nasional. Menurutnya, gelaran sepak bola akbar tersebut sejatinya bisa jadi obat seluruh pecinta bola. Pasalnya, selepas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 korban jiwa, banyak pihak pesimistis dengan masa depan sepak bola tanah air.

Baca Juga: Akhirnya, FIFA Resmi Keluarkan Sanksi Administrasi ke Indonesia

"Selain untuk masyarakat luas, sebetulnya kami berharap Piala Dunia U-20 ini juga meningkatkan kembali harapan-harapan football family yang dulu pernah hilang. Apalagi setelah adanya pandemi Covid-19 dan Tragedi Kanjuruhan. Ternyata harus kita terima pil pahit (pencoretan status tuan rumah Piala Dunia). Tapi bagaimana lagi hidup memang harus terus berjalan, live must go on," sesalnya.

Dengan pembatalan ini, pihak Asprov PSSI Jatim pun sebisa mungkin akan mencarikan penawar luka dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang belum bisa terlaksana sebelumnya. Asprov PSSI Jatim akan segera melakukan langkah-langkah terkait untuk kembali memutarkan kompetisi Liga 3.

"Segera setelah ini kami akan merapatkan barisan dan bergandengan tangan lagi. Kami akan pastikan liga-liga yakni Liga 3 Jatim dan Piala Soeratin U-17 yang kemarin tidak berjalan karena kondisi. Harus kami pastikan kembali berjalan," tegas Ririn.

Ririn berharap agar seluruh insan sepak bola tanah air bisa bangkit dan menjadikan ini semua sebagai pelajaran. Membina sepak bola dari akar rungkut, mulai dari pemain hingga perangkat pertandingan.

“Dan itu hanya bisa dilakukan bersama-sama, tanpa menunjuk jari siapa yang bersalah,” pungkasnya. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU