Home / Politik : Analisis Politik

Sindiran Puan, "Kawan Jadi Lawan", Prabowokah?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 27 Agu 2023 20:53 WIB

Sindiran Puan, "Kawan Jadi Lawan", Prabowokah?

i

Raditya M. Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Elite politik Indonesia saat ini masih didominasi orang orang licik, lucu dan licin.

Bagaiamana tidak lucu, Sandiaga Uno, dipublikasikan sedang merapat ke PKS. Ini setelah elite PDIP tak usik eksistensi Sandiaga Uno. Terutama saat momen-momen Ganjar Pranowo menyapa pendukungnya. Aksi lucunya, akankah PKS sodorkan Sandiaga Uno ke NasDem?

Baca Juga: Jual-beli Opini WTP, BPK Minta Rp 40 M

Gambaran ini mirip bayang bayang salah satu Ketua DPP PDIP Said Abdullah. Ia mengimpikan Anies Baswedan jadi Cawapres Ganjar Pranowo. Sama dengan pendekatan Sandiaga Uno, bayangan Said Abdullah itu lucu lucuan.

Ditengah suhu perpolitikan di Indonesia sedang menghangat,Banyak yang bosan, tapi juga ada yang menikmatinya sebagai bahan mencari kesenangan. Humor Politik dan beberapa sumber di media sosial,

Ceritanya, Ketua DPP PKS yang juga Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah menggoda Menparekraf Sandiaga Uno, bergabung dengan partainya.

Saat berkegiatan bareng Sandi di Lombok Timur, Zulkieflimansyah membuat anyaman tangan berbentuk angka delapan. Ia menunjukkan anyaman tersebut ke Sandi. Delapan adalah nomor urut PKS pada Pemilu Serentak 2024.

"Tadi sebelah kiri saya Pak Gubernur membuat kerajinan, ternyata setelah dia berupaya dengan luar biasa, Pak Bupati jadi cincin, saya jadi gelang, dia (Gubernur NTB) jadi nomor delapan," kata Sandiaga melalui keterangan tertulis.

"Tadi sebelah kiri saya Pak Gubernur membuat kerajinan, ternyata setelah dia berupaya dengan luar biasa, Pak Bupati jadi cincin, saya jadi gelang, dia (Gubernur NTB) jadi nomor delapan," kata Sandiaga melalui keterangan tertulis, Rabu (17/5/2023) lalu.

"Upayanya ini sangat luar biasa Pak Gubernur."

Sandi menghargai bujuk rayu Zulkieflimansyah agar dirinya bergabung ke PKS. Dia menyebut Zulkieflimansyah adalah sahabat yang selalu mendukung dalam kerja-kerja pemerintahan.

Meski demikian, Sandi mengaku tak langsung terpincut untuk bergabung ke PKS. Dia merasa masih membutuhkan waktu untuk menimbang partai baru setelah meninggalkan Partai Gerindra.

"Bagi saya keputusan nanti akan dilandasi oleh keputusan partai politik yang bisa menerima gagasan dan pemikiran saya untuk mempercepat pembangunan," ungkap Sandi. Itulah diplomasi Sandiaga Uno, yang saya catat punya jiwa humor yang selalu lucu.

 

***

 

Literasi yang saya baca, awal Abad ke 20 lalu, Max Weber telah menulis dua jenis politisi.

Pertama, politisi yang hidup untuk politik. Kedua, politisi yang hidup dari politik. Sorotan Max Weber mereka yang hidup untuk politik menjadikan politik sebagai hidupnya. Ini atas dasar kesadaran mendedikasikan diri untuk sebuah jalan kekuasaan. Niatnya bukan untuk menghasilkan pendapatan ekonomi pribadi dan kelompok melainkan untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan yang hidup dari politik adalah mereka yang menjadikan politik sebagai sumber pendapatan permanen untuk hidupnya.

Weber mengatakan, agar politisi tidak menjadi pencari nafkah dari kegiatan politiknya, maka dia harus terlebih dulu menjadi politisi profesional yaitu politisi yang mencapai kemapanan ekonomi sebelum terjun ke dunia politik.

Pemahamannyq, para politisi yang sudah mempunyai kekayaan materi diyakininya tidak akan mengeksploitasi hak prerogatif yang dimiliki demi kepentingan mendapatkan laba ataupun rente.

Itu sebuah konsepsi tentang politisi profesional. Memang sangat ideal. Dalam realitanya pandangan Weber ini saat ini menurut akal sehat saya sudah out-of-date.

Faktanya, banyak fenomena para politisi berlatar pengusaha yang terseret dalam berbagai skandal merugikan negara. Contoh Setyo Novanto eks Ketua Umum Partai Golkar. Muhammad Romahurmuziy sebagai Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP. Dan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lutfi Hasan Ishaaq. Tokoh PKS ini malah dijatuhi hukuman 16 tahun penjara dan denda Rp1 milliar.

Anggota Komisi III DPR dari FPP Ahmad Yani menduga ada konspirasi di balik penangkapan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka kasus suap impor daging sapi.

"Ini saling sandera, uji-menguji. . KPK jangan dijadikan instrumen politik. Kalau ini betul konspirasi betapa tidak bermoralnya bangsa ini," katanya, beberapa waktu lalu.

Dugaan konspirasi itu menurut akal sehat saya, ada perilaku cerdas tapi licik. Menggambarkan perilaku tak pandai terima kasih dari peragawan dan cuci mobil kayak Setyo Novanto. Ia bisa masuk haus akan kekuasaan, dan menghalalkan segala cara. Praktik ini bila menengok kisah pewayangan mendekati tipikal personaliti politik ala Sengkuni. Kok bisa? Ya sosok Sengkuni representasi perilaku politik yang tak ber etika. Fenomena politik ala Sengkuni, catatan jurnalistik saya mulai sering dimainkan oleh para politisi di negeri nusantara.

Baca Juga: Resiko Pejabat Bea Cukai Berkongsi

Dalam kisah Mahabarata, ada kerajaan bernama Astina. Ada cerita kudeta Sengkuni. Ia yang mau jadi Pati kerajaan Astina tanpa harus berkeringat. Ia mendirikan di kerajaan Astina.Tujuan untuk berkuasa atau jadi raja sah. Persoalannya, apakah Sengkuni saat itu mengikuti proses demokrasi dan presedur konstitusi dalam perjuangannya? Dilukiskan Sengkuni licik dan lihai memainkan propaganda. Sekaligus mau mengintip peluang dalam kesempitan. Ini yang distigmakan perilaku patologis. Orang yang pandai memanfaaatkan jabatan sebagai kesempatan dalam kesempitan.

Ia bak ahli komunikasi agitasi politik yang terus bermain di sekitar istana? Sekarang di era Jokowi, siapa?

Saya hanya dengar bisik bisik dari sejumlah elite nasional.

Mereka personifikasi dari Politisi busuk yang terus membuat kegaduhan dan kekacauan. Siapa? Pantai manuver elite yang kini incar capres dan cawapres. Ada Prabowo, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Zulkifli Hasan, Airlangga Hartarto, Sandiaga Uno, Erick Thohir, AHY, sampai Muhaimin Iskandar.

 

***

 

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru Pilpres 2024. Salah satu yang hasil survei itu soal dukungan Generasi Milenial dan Gen Z kepada calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (cawapres)?.

Generasi Milenial dan Gen Z dinilai akan memiliki andil penting dalam Pemilu 2024. Pasalnya, menurut Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan KPU, jumlah pemilih muda mencapai 52 persen atau 106.358.447 jiwa dari total 204.807.222 jiwa pemilih.

Secara umum, hasil survei LSI itu menunjukkan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo menjadi dua capres dengan elektabilitas tertinggi. Sementara Anies Baswedan tertinggal cukup jauh. Benarkah?

Dinamika politik mulai akhir Agustus ini, tampak antar koalisi tidak semakin solid. Tak salah Jumat malam lalu (25/8), saat berpidato di panggung Konsolidasi Semangat Menuju Pemenangan Partai dan Ganjar 2024 di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani, bicara soal 'kawan jadi lawan'. Ini tantangan partainya dalam memenangkan pemilu dan Pilpres 2024.

"Ada tantangan besar, ada perlawanan besar. Kawan jadi lawan, banyak pihak yang ingin melihat kita pecah, ingin melihat kita lemah. Tantangan yang kita hadapi bagai batu karang yang mengadang," ungkap anak Megawati.

Siapa kawan PDIP yang kini jadi lawan? Akal sehat saya menduga Gerindra dan Prabowo Soebianto. Dan bukan NasDem, Anies atau Demokrat.

Baca Juga: Jurnalistik Investigasi Ungkap Kejahatan Tersembunyi untuk Kepentingan Umum

Catatan jurnalistik saya, dalam perjalanan pilpres sejak tahun 2004, Prabowo, salah satu tokoh politik yang pernah maju sebagai cawapres Megawati, pada tahun 2009. Tahun 2024 ini periode kelima anak pasangan Sumitro Djojohadikusumo, seorang ekonom terkemuka, dan Dora Sigar itu, maju capres. Bila ini gagal lagi, tipis untuk maju capres keen am tahun 2029.

Wajar, kali ini ia allout merangkul sejumlah parpol, relawan dan kader PDIP. Salah satunya Budiman Sudjatmiko.

Praktis, kini koalisi Gerindra, Golkar, PKB dan PAN sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden. Artinya, kekuatan keempat partai politik pendukung Prabowo di DPR sudah melampaui ambang batas pencalonan presiden.

Sementara, PDI Perjuangan yang hendak mencapreskan Ganjar Pranowo, sudah mengantongi dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Lalu, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ketiganya resmi membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan guna mengusung Anies Baswedan sebagai calon RI-1.

Gerindra, praktis partai terkuat. Sebelumnya baru berkoalisi dengan PKB. Dan PKB mensyaratkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai calon RI-2.

Kini, PKB bisa ketar-ketir akan kehilangan kursi cawapres dengan bergabung Golkar atau PAN ke Gerindra.

Ini karena PKB, punya basis massa yang kuat di Jawa Timur yaitu dari kalangan Nahdliyin. PAN mewakili pemilih muslim perkotaan, unsur yang juga dibutuhkan oleh Gerindra.

Sedangkan Golkar jelas punya mesin politik yang solid. Terbukti, partai berlambang beringin itu mendulang suara terbesar kedua pada Pemilu 2019.

Jadi inilah kerumitan-kerumitan yang sebenarnya tidak bisa dipastikan. Mengingat, bergabungnya Golkar ataupun PAN, tentu tidak tanpa harapan. Bisa jadi dorong, Airlangga atau Erick Thohir jadi pendamping Prabowo di pilpres 2024. Akankah PKB rela?

ini karena PKB sejak awal sudah mengincar posisi cawapres bagi Prabowo untuk Cak Imin.

Apalagi, Pak Prabowo dan Gus Muhaimin punya komitmen yang sama bagaimana Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya ini semakin kuat dengan bertambahnya partai-partai lain,”. Akal sehat saya menduga sindiran Puan, "Kawan Jadi Lawan", apa menyinggung Prabowo? Mengingat pada tahun 2009, Prabowo, pernah jadi Cawapres Megawati? Walahualam. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU