Rekonsiliasi Nasional, Elite Demokrat dan PDIP Perjuangkan Pertemuan SBY- Mega, Pasca AHY Ditinggal Anies Baswedan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 06 Sep 2023 20:09 WIB

Rekonsiliasi Nasional, Elite Demokrat dan PDIP Perjuangkan Pertemuan SBY- Mega, Pasca AHY Ditinggal Anies Baswedan

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Rekonsiliasi Nasional! Ini harapan Partai Demokrat. Caranya mempertemukan SBY dengan Mega, sebelum pendaftaran capres-cawapres 2024, tanggal 19 Oktober. Pertemuan ini harus didasari niat kedua mantan presiden ke 4 dan ke 5.

Demikian rangkuman pendapat Wasekjen Demokrat Jansen Sitindaon, Ketua BPOKK DPP Partai Demokrat Herman Khaeron dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman, serta Politikus PDIP Deddy Yevry Sitorus. Pendapat ini dikumpulkan Surabaya Pagi, sampai Rabu (6/9/2023).

Baca Juga: Vinanda Datang Pertama di Undangan Pendaftaran Bacawali Demokrat Kota Kediri

 

Rancang SBY Temui Mega

Kemarin, Partai Demokrat (PD) mengumpulkan ketua DPD se-Indonesia. Wasekjen Demokrat Jansen Sitindaon mengatakan rapat itu turut membahas peluang partainya merapat ke PDIP mendukung bacapres Ganjar Pranowo.

Jansen mulanya membicarakan peluang pertemuan Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dia menyambut pertemuan itu bagus bila terwujud.

"Jika pertemuan Pak SBY-Ibu Mega atau koalisi Demokrat-PDIP ini terjadi sangat bagus ya. Bukan sekedar untuk pilpres saja, namun lebih jauh lagi bagi negeri kita ini. Rekonsiliasi Nasional yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia akhirnya terjadi. 'Tembok Berlin' Indonesia akhirnya runtuh," kata Jansen kepada wartawan, Rabu (6/9/2023).

Demikian juga Ketua BPOKK DPP Partai Demokrat Herman Khaeron. Ia bahkan minta kader Demokrat memohon doa restu agar SBY dan Megawati bisa bertemu.

Dia juga menyinggung soal PDIP yang masih membuka pintu bagi partai-partai yang hendak mendukung Ganjar Pranowo. Menurutnya, Partai Demokrat masih berkomunikasi dengan PDIP.

 

SBY Hormati Mega

Teranyar, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman menilai selama ini hubungan kedua tokoh baik. Demokrat, menurutnya, baik baik saja jika keduanya bisa bertemu.

"Ibu Megawati tidak pernah jahat dengan Demokrat, tidak pernah jahat dengan Pak SBY, ya kan? Saya rasa kami pun, Pak SBY pun menghormati Ibu Mega," kata Benny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/9/2023).

Jansen menyampaikan agenda terbaru partainya usai hengkang dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mendukung Anies Baswedan.

"Senin kemarin Rapat Pleno DPP telah kami lakukan, dan hari ini kami akan mengumpulkan seluruh Ketua DPD kami se-Indonesia. Jadi di internal, sekarang kita semua sedang bekerja membahas untuk melangkah kerja sama yang baru ini," ujarnya.

Jansen menyebut peluang pertemuan Megawati dan SBY turut menjadi pembahasan di internal partainya dalam menentukan langkah politik Partai Demokrat di 2024.

"Tentu lampu hijau di publik yang sudah disampaikan teman-teman PDIP ini akan jadi pembahasan bagi kami untuk menentukan langkah berikutnya. Tapi prinsipnya jika kerja sama ini terjadi, hasilnya akan sangat baik untuk publik, masyarakat dan bangsa kita," kata dia.

 

Tunggu Sikap Final Demokrat

Baca Juga: Dinyatakan oleh Ketua Dewan Kehormatan PDIP, Sudah Bukan Kader PDIP Lagi, Jokowi tak Kaget

Sementara itu, Politikus PDIP Deddy Yevry Sitorus mengatakan partainya akan menunggu sikap final dari Partai Demokrat soal peluang pertemuan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Wacana pertemuan tokoh senior kedua partai mencuat usai Demokrat secara resmi mundur dari Koalisi Perubahan dan mencabut dukungan dari Anies Baswedan. Demokrat kini membuka dua opsi untuk mendukung Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto.

"Kami tentu saja dengan senang membuka pintu, tetapi tentu harus menunggu sikap politik final Demokrat," kata Deddy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/9).

Sekretaris Tim Koordinator Relawan Pemenangan Bacapres PDIP Ganjar Pranowo itu mengatakan peluang pertemuan antara Megawati dengan SBY sangat terbuka. Menurut dia, Megawati tak pernah menolak bertemu siapapun.

 

SBY-Mega Dari Niat

Deddy, waktu pertemuan harus diatur dengan matang. Sebab, jadwal agenda Mega telah dipersiapkan berbulan-bulan. Mega juga harus menyisihkan waktu bagi posisinya sebagai Ketua Dewan Pengarah di BRIN dan BPIP.

"Jadwal Ibu itu dibuat berbulan-bulan sebelumnya. Terlebih Ibu juga harus berbagi jadwal untuk mengurus BRIN, BPIP dan Kebun Raya," kata dia.

Namun, anggota Komisi VI DPR itu menyebut pertemuan antara SBY dan Mega bukan soal persiapan, melainkan niat. Dia meyakini pertemuan keduanya akan terlaksana jika masing-masing memiliki niat.

"Saya percaya jika memang ada niat, tentu akan ada komunikasi intens antara pemimpin kedua partai untuk menentukan waktu, merancang agenda dan hal-hal teknis maupun substansial lainnya," kata Deddy.

Baca Juga: Ganjar tak Hadir, Sinyal Kuat PDIP Oposisi

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengakui hubungannya dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri belum membaik.

 

SBY Akui Belum Pulih

Usai bertemu dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan kemarin malam, SBY secara gamblang menjelaskan bahwa usahanya selama ini dalam memperbaiki hubungan tak pernah berhasil.

"Hubungan saya dengan Ibu Megawati, saya harus jujur, memang belum pulih, masih ada jarak," kata SBY di kediamannya kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

'Perang dingin' di antara kedua pemimpin partai politik ini mulai tercium pada akhir 2003 ketika SBY memutuskan maju untuk bersaing dengan Megawati dalam pemilihan presiden 2004.

Saat itu SBY masih menjabat Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam) di era Presiden Megawati. Dia pun sering tampil di televisi untuk sosialisasi pemilu.

Megawati kecewa karena SBY seharusnya mundur dari jabatan Menkopolkam. Di tengah memanasnya situasi, Sekretaris Menkopolkam Sudi Silalahi mengungkapkan keluhan SBY yang tak diajak rapat kabinet dan merasa dikucilkan dari pihak istana.

Suami Megawati, Taufiq Kiemas, kemudian angkat suara kala itu. Dia menyebut SBY sebagai 'anak kecil' karena dianggap tak berani bicara langsung dengan Megawati ketika tidak diajak rapat kabinet. SBY justru berkoar di media massa. n erc/cnn/jk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU