Home / Ekonomi dan Bisnis : Kisah Sukses Sukanto Tanoto

Tak Kenal Lelah Kelola Usahanya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 04 Jan 2024 20:52 WIB

Tak Kenal Lelah Kelola Usahanya

Harta Sukanto Tanoto, tahun 2023, senilai US$ 3,3 miliar atau Rp 52,21 triliun (kurs Rp 15.520/dolar AS). Berdasarkan data Forbes, tahun 2022, Tanoto termasuk salah satu orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$ 2,9 miliar atau Rp 44 T dan ditempatkan Forbes di urutan ke-18 orang terkaya di Indonesia.

 

Baca Juga: Berharta Rp 72 Triliun, Perempuan Lansia, Masuk Wanita Terkaya Indonesia

Mengutip Mingtiandi, Kamis (4/1/2024), ia juga melakukan pembelian hotel Hotel Mewah  di Shanghai 'Berbintang 7', dan punya 193 Kamar. Sebuah hotel super mewah yang berlokasi di Shanghai ini dibeli oleh Pacific Eagle Real Estate, sebuah perusahaan properti yang dikendalikan taipan pulp dan kertas asal RI Sukanto Tanonot. Ini menandai penambahan keempat portofolio properti Pacific Eagle di China daratan, yang juga mencakup menara perkantoran Pacific Eagle Center 21 lantai di Beijing.

Usaha Ini dikembangkan sebagai usaha patungan dengan China Resources Capital milik negara, serta proyek kompleks perkantoran di Beijing.

Sebelumnya, Tanoto sudah menjadi perbincangan nasional ketika perusahaan propertinya, Pacific Eagle Real Estate (RGE)  membeli Tanglin Mal Singapura seharga 868 juta dollar Singapura atau setara dengan Rp9,5 triliun.

 

Peringkat ke-10 orang Kaya

Melansir dari Forbes, Kamis (4/1/2024), Sukanto Tanoto merupakan sosok pengusaha sukses pemilik grup usaha Royal Golden Eagle (RGE). Ia sendiri saat ini tengah menduduki peringkat ke-10 orang paling kaya di RI dengan harta senilai US$ 3,3 miliar atau Rp 52,21 triliun (kurs Rp 15.520/dolar AS).

Kemudian berdasarkan situs resmi RGE dijelaskan Sukanto Tanoto memulai bisnisnya pada tahun 1967 sebagai pemasok suku cadang untuk industri minyak dam konstruksi. Setelahnya pada 1973 mendirikan RGE yang saat itu baru bergerak bidang bisnis kayu lapis.

Berkat usaha dan kerja kerasnya, RGE kemudian mengembangkan lini usahanya ke berbagai bidang seperti pulp dan kertas (APRIL dan Asia Symbol), minyak kelapa sawit (Asian Agri dan Apical), serat viscose (Sateri dan Asia Pacific Rayon), selulosa khusus (Bracell), serta pengembangan sumber daya energi (Pacific Oil & Gas).

Bukan hanya di skala nasional, perusahaan itu diketahui sudah memperluas jangkauan hingga skala global dengan kantor yang tersebar di Jakarta, Singapura, Hong Kong, Beijing, dan Nanjing.

Dengan berbagai bisnis dan kekayaan yang dimilikinya, tentu semua itu sudah lebih dari cukup bagi Sukanto untuk menjaga kompor di dapur rumahnya tetap mengepul. Namun dirinya ternyata tak lupa dengan orang-orang di sekitarnya.

 

Juga Beli Hotel Mewah

Dilansir dari Daftar Populer, Tanglin Mall berada di pusat perbelanjaan Orchard Road Singapura dengan lokasi startegis. Tak hanya itu, kini Sukanto dikabarkan telah membeli aset lain berupa hotel mewah bernama Wanda Reign on the Bund.

Hotel tersebut berada di Shanghai, China yang diduga dibeli dengan harga miliaran dollar Yuan. Sehingga tak heran jika ia berada di jajaran orang terkaya Indonesia.

 

Peluang Bisnis Kayu Lapis

Dikutip dari beberapa sumber kisah heroisnya diawali pada awal tahun 1970, saat berkunjung ke Taiwan, Sukanto Tanoto mendapatkan peluang baru di bisnis kayu lapis. Saat itu, Indonesia mengekspor kayu mentah dalam bentuk log yang kemudian diolah menjadi kayu lapis di Jepang atau Taiwan. Dan sebelum dijual kembali ke Indonesia dengan harga tinggi. Sukanto Tanoto melihat hal ini sebagai sebuah peluang dan memutuskan membangun pabrik kayu lapis di Indonesia.

perusahaannya pada tahun 2022 mengakuisisi Tanglin Shopping Centre di kawasan Orchard Road Singapura dari pemilik aset strata-titled tersebut senilai 868 juta Dolar Singapura atau sekitar US$ 645,6 juta.

Portofolio Pacific Eagle di Singapura juga mencakup hotel Mondrian Singapore Duxton dengan 302 kamar, yang dikembangkan di lokasi bekas Chinatown Plaza setelah perusahaan mengakuisisi kompleks tersebut pada tahun 2018, serta tiga bidang tanah yang bersebelahan di Jalan Bukit Timah dekat Botanic Gardens Singapura, yang telah ditandai perusahaan untuk pengembangan perumahan dan komersial.

 

Terinspirasi Industri Kelapa Sawit

Dalam perjalanan ke Malaysia pada pertengahan tahun 1970, Sukanto Tanoto terinspirasi keberhasilan industri minyak kelapa sawit di Malaysia. Saat itu, Sukanto berpikir bahwa Indonesia memiliki lebih banyak keunggulan kompetitif untuk bisa bersaing di industri kelapa sawit.

“Saya melihat Sime Darby, Guthrie dan perusahaan kelapa sawit asal Inggris yang berhasil. Lalu, saya menyadarai tanah di Indonesia lebih murah, tenaga kerja juga murah dan punya pasar 10 kali lebih besar dari Malaysia. Saya berpikir, mengapa tidak mencoba minyak kelapa sawit,”  kena Sukanto Tanoto.

Berdirinya bisnis minyak kelapa sawit milik Sukanto Tanoto pada tahun 1979,  secara kebetulan bersamaan dengan program transmigrasi pemerintah Indonesia. Program ini merupakan upaya pemerataan penduduk dari pulau Jawa yang padat penduduk ke pulau Sumatera untuk memberikan kesempatan hidup yang lebih baik.

Baca Juga: Murdoch, Raja Koran Bisa Berharta Rp 278 Triliun

Industri kelapa sawit Sukanto Tanoto  menjadi yang pertama mengadopsi program skema petani plasma program pemerintah.

Berjalan dengan waktu, permintaan kelapa sawit terus meningkat dari dalam dan luar negeri. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi penghasil sekaligus konsumen terbesar di dunia.

 

Terinspirasi Orchard Road

Sukanto Tanoto memiliki visi untuk mengembangkan sektor properti. Terinspirasi dari melihat pertumbuhan pusat perbelanjaan di sepanjang Orchard Road, Singapura, Sukanto Tanoto ingin konsumen di kota kelahirannya, merasakan kenyamanan dan kemudahan dalam berbelanja.

Tahun 1987 pembangunan Thamrin Plaza di Medan dimulai, dan menjadi salah satu proyek properti pertama Sukanto Tanoto. Pusat perbelanjaan tersebut mulai dibuka pada tahun 1989 dan terus menjadi salah satu kunci pertumbuhan ritel di Medan.

 

Terinspirasi Kunjungan ke Finlandia

Ketajaman pengamatan serta keberanian yang menuntun Sukanto Tanoto masuk ke bisnis Kelapa Sawit. Dan ini membawanya masuk dan memulai usahanya di sektor pulp & paper.

Dalam kunjungannya ke Finlandia, Sukanto Tanoto mendapati fakta bahwa mereka butuh 60 tahun untuk menumbuhkan pohon sebagai bahan baku, dan masih kompetitif.  Di Indonesia, dengan pohon yang sama hanya membutuhkan lima tahun untuk bisa mencapai kualitas yang sama karena iklim tropis dan kondisi tanah yang lebih baik.

Pada tahun 1997, krisis keuangan di Asia turut menghantam kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ekonomi Indonesia terguncang

Krisis ini juga membuat bisnis Sukanto Tanoto berada dalam tekanan besar. Periode tersebut merupakan tantangan berat dan bagi Sukanto Tanoto, hal tersebut membuatnya justru semakin kuat dan bijak. Krisis telah membuatnya belajar banyak hal, di antaranya adalah kemampuan untuk menjadi tangguh serta melakukan diversifikasi bisnis yang tersebar di beberapa kawasan dan sektor.

 

Baca Juga: Kemenkes Temukan Konglomerat Ikut BPJS

Tanoto Tidak Kenal Lelah

Setelah merestrukturisasi bisnis dan melakukan konsolidasi operasional untuk menempatkan bisnis pada jalur yang lebih berkelanjutan, pada tahun 2000 Sukanto Tanoto yang tidak kenal lelah membimbing usahanya dengan membangun dasar di China yang merupakan pasar terbesar di dunia.

 

Asetnya di London dan Munich

Pacific Eagle juga memiliki dua aset kantor di London dan sebuah gedung perkantoran di Munich.

Didirikan oleh Tanoto pada tahun 1973 sebagai produsen panel kayu lapis, RGE Group telah berkembang menjadi konglomerat multinasional dengan total aset dan operasi senilai $35 miliar di Indonesia, Tiongkok, Brasil, Spanyol, dan Kanada. Bidang usaha utama grup ini meliputi pulp dan kertas, minyak sawit, serta minyak dan gas.

RGE telah meningkatkan investasinya di daratan China sejak memasuki pasar pada tahun 1990an. Portofolio properti di China kini menyumbang hampir setengah dari total penjualan grup tersebut, menurut laporan media lokal. Bulan lalu, RGE menawarkan untuk mengakuisisi pembuat tisu Tiongkok Vinda International senilai US$ 3,3 miliar.

Tanoto, yang lahir di Indonesia dan merupakan keturunan Fujian, saat ini menempati peringkat ke-20 dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes dengan kekayaan bersih US$ 3,15 miliar.

 

Ambil Alih Perusahaan Keluarga

Lahir di Medan pada tahun 1949, Sukanto Tanoto mengawali perjalanan bisnisnya ketika dia harus mengambilalih tanggung jawab dalam menjalankan bisnis suplai suku cadang milik keluarga karena ayahnya yang sakit

Sebagai anak tertua dengan enam orang adik yang menjadi tanggung jawabnya, Sukanto Tanoto menyadari begitu besarnya tanggung jawab yang ada dipundaknya.

Dengan ketekunan dan kegigihannya, Sukanto Tanoto secara perlahan mulai mampu mendiversikan bisnisnya,  dengan mendapatkan kontrak membangun jaringan pipa untuk perusahaan minyak dan gas nasional, Pertamina. Saat krisis minyak terjadi pada tahun 1979, Sukanto Tanoto memanfaatkan keuntungan yang didapatkan dari kenaikan harga minyak untuk memperluas usahanya. n erc/jk/cr4/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU