Antisipasi Beras Mahal, Pedagang Warteg Kurangi Porsi Nasi ke Pelanggan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 28 Feb 2024 09:52 WIB

Antisipasi Beras Mahal, Pedagang Warteg Kurangi Porsi Nasi ke Pelanggan

i

Ilustrasi. Pelanggan sedang menikmati sajian menu di Warteg. SP/ JKT

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Mengantisipasi maraknya harga beras yang kian melonjak hingga Rp 18.000 per kilogram juga berimbas ke para pedagang warteg, meski harga tiap porsinya tidak dinaikkan, namun porsi nasi ke pelanggan mulai dikurangi.

Salah satu pemilik usaha warteg di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Siti mengaku, telah melakukan pengurangan porsi nasi selama lebih dari 10 hari terakhir. Ia mengatakan, kenaikan harga beras berdampak untuk usaha yang ditekuni selama lebih dari 10 tahun terakhir.

Baca Juga: Pemkab Bangkalan Kurasi Promosi Dagang 20 UMKM

"Sangat berpengaruh (kenaikan harga beras), apalagi sekarang yang lain-lain juga ikut naik semua. Jadi, saya mau bagaimana lagi? Mengurangi porsi nasi, karena kalau menaikkan harga enggak mungkin, pelanggan bisa lari," ujarnya, Rabu (28/02/2024).

Sedangkan menurut Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni, kenaikan beras tahun ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah. Naiknya harga beras dikeluhkan pelaku usaha warteg.

"Dampaknya pertama biaya. Karena eras ini sebagai bahan pokok di warteg," ujar Mukroni.

Sehingga dengan naiknya harga beras, kata Mukroni, mengurangi margin keuntungan bagi pelaku usaha warteg. Namun, mereka juga enggan menaikkan harga makan, lantaran takut ditinggal pelanggan.

"Kalau kita naikan (harga), pelanggan malah hengkang atau menjauh dari warung kita," tambah Mukroni.

Baca Juga: Banyuwangi Jadi Pilot Project Pengembangan UMKM Secara Nasional

Menyiasati kondisi tersebut, para pelaku usaha warteg menyiasati dengan mengurangi porsi nasi. Dia berharap para pelanggan warteg memaklumi hal tersebut. Meski ada banyak keluhan terkait beras yang digunakan saat ini bukan asli tanam di Indonesia.

"Kita mengurangi porsi yang tadinya lumayan memberikan nasi. Kita kurangi karena beras naik harga. Pelanggan mengerti lah. Ya ada juga yang protes nasinya dikit. Tapi sebagian pelanggan sudah tahu," kata Mukroni.

"Pelanggan ini dengan warteg sudah merasa enak, karena kita pakai beras dalam negeri. Mungkin kita punya lahan sawah yang subur itu lebih gurih ketimbang impor," ucap Mukroni.

Baca Juga: Dukung UKM Lokal, UNIQLO Hadir di Unimas District

Sementara itu, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia mengatakan, kenaikan harga beras tahun ini mencapai 20% lebih dibandingkan tahun lalu, dari Rp 14.000 ke Rp 18.000 per kilogram.

Pihaknya mendorong kepada pemerintah untuk menggenjot produksi beras. Kemudian, subsidi digelontorkan, subsidi pupuk juga diperbesar anggarannya dan skalanya diperluas sehingga produksinya lebih besar.

Lebih lanjut, kenaikan harga beras memiliki dua sisi. Di satu sisi, kenaikan ini menguntungkan petani. Namun, disisi lain, hal ini membuat masyarakat, khususnya konsumen, mengalami kesulitan. Jika dibiarkan, kenaikan harga beras akan menyebabkan inflasi dan berdampak pada harga pangan lainnya. jk-01/dsy 

Editor : Desy Ayu

BERITA TERBARU