SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Akibat panen yang mundur dan produksinya sangat berkurang, Perum Bulog mengaku belum optimal dalam melakukan penyerapan gabah atau beras dari dalam negeri.
"Kita juga belum bisa optimal dalam menyerap gabah atau beras dalam negeri. [Penyerapan] kami baru mencapai 27 ribu ton sampai dengan bulan Maret," kata Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Sonya Mamoriska mulanya, Kamis (28/03/2024).
Baca Juga: Bulog: Berharap Bisa Masuk sebelum Desember 2024
Maka dari itu, untuk itu dalam memastikan ketersediaan dan stabilisasi harga beras Bulog mengandalkan pengadaan beras dari luar negeri atau impor. Sejak 2022 hingga sejauh ini pada 2024, Bulog telah mengimpor hampir 3,9 juta ton beras atau lebih tepatnya sebanyak 3.897.125 ton.
"Jadi kita sangat-sangat mengandalkan dari impor. Mulai dari tahun 2023 kemarin dan dari tahun 2022 sampai 2024 itu total-totalnya kita sudah mengimpor sekitar 3,9 juta ton," ujarnya.
Lebih lanjut, kata Sonya, beras-beras yang disalurkan Bulog di berbagai program untuk menstabilkan harga, utamanya berasal dari beras impor dari beberapa negara. Ada dari Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar, dan Kamboja.
Baca Juga: Akuisisi Perusahaan Beras di Kamboja, Bulog: On Proses
Meski begitu, Sonya mengakui pengadaan dari luar negeri juga banyak menuai hambatan utamanya terkait harga. Pasalnya harga beras dunia juga alami kenaikan, sehingga meskipun impor dari luar, harga berasnya tetap masih tinggi.
"Jadi kita pun juga harus berhati-hati dalam melakukan pembelian masuk ke pasar dunia," tutup Sonya.
Baca Juga: Bulog Serap Gabah Melalui Program Mitra Tani
Kenaikan tersebut diketahui akibat salah satu negara yang jadi pengirim beras ke RI, India, tengah menghentikan sementara ekspor berasnya karena ada masalah politik di dalam negerinya. Sehingga, harga beras di pasar dunia melonjak cukup tinggi.
"Ketika kita melakukan impor, apalagi Indonesia sebagai pembeli terbesar di pasar dunia, begitu kita masuk ke dalam pasar dunia, itu harga akan panas gitu ya. [Harga] akan segera naik. Jadi kita juga harus berhati-hati dalam melakukan pembelian masuk ke pasar dunia," tutur Sonya. jk-07/dsy
Editor : Desy Ayu