SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Tren calon tunggal melawan kotak kosong terus meningkat setiap tahun di setiap daerah, utamanya di kota-kota besar. Bahkan, kali ini mulai merambah di Pilkada Surabaya.
Di Surabaya salah satunya, asangan Eri Cahyadi -Armuji ( Er-Ji) yang didukung 18 parpol telah mendaftar ke KPU Kota Surabaya, Rabu (28/8) kemari . Munculnya aksi borong partai ini tak menyisakan celah bagi calon lain diusung melalui sistem pengusungan partai. Sehingga muncullah calon tunggal.
Baca Juga: Ketua Komisi A Apresiasi Warga Kota Surabaya Jaga Ketertiban Rayakan Malam Tahun Baru 2024
Menanggapi ini, Ketua DPD Partai Golkar Kota Surabaya Arif Fathoni menyampaikan,bahwa Eri Cahyadi mempunyai kemampuan untuk mengharmonikan segala keberagaman politik yang ada di Kota Surabaya dalam satu tujuan untuk kesejahteraan masyarakat Surabaya.
"Jadi kami tidak heran kalau kemudian seluruh partai politik yang ada di Surabaya memberikan penghormatan kepada Mas Eri Cahyadi untuk melanjutkan apa yang belum dituntaskan dalam periode pertama,"ujar dia.
Mantan jurnalis ini berpikir bahwa ini (calon tunggal) lebih baik bagi masyarakat Surabaya, sehingga rekonsiliasi akibat polarisasi dukungan politik tidak ada di Surabaya. "Ya mudah-mudahan Er-Ji bisa memenangkan hati masyarakat Surabaya pada 27 November 2024 nanti melawan kotak kosong. Dengan begitu, Er-Ji bisa langsung gaspol untuk kesejahteraan masyarakat Surabaya,"tandas dia.
Baca Juga: Ketua Fraksi Golkar Surabaya: Talenta Hebat Bisa Muncul Dari Kampung
Dalam sejarah perpolitikan di Surabaya, munculnya calon tunggal dalam pilkada ini adalah yang pertama.
Lantas apakah calon tunggal lawan kotak kosong ini sesuai dengan demokrasi? Toni, panggilan Arif Fathoni menyatakan, kotak kosong atau tidak kosong itu sama-sama demokratisnya. Karena ini sudah diatur dalam UU Pilkada Nomor 10 Tahun 2016.
Baca Juga: DPRD Surabaya: BUMD Mati Suri Bisa Ngurus Reklame
Lebih jauh, mantan Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya periode 2019-2024 ini menjelaskan, apakah kemudian kotak kosong ini sebagai bentuk kegagalan partai politik dalam melakukan kaderisasi? "Itu juga tidak. Karena apa? Karena kita hari ini melewati fase demokrasi liberal. Artinya, tingkat elektabilitas calon ini memengaruhi kebijakan partai politik,"kata dia.
Bagi Golkar sendiri, lanjut Toni, sejak awal dirinya menyampaikan bahwa kalau tidak ada kader yang berpotensi atau punya kans besar untuk memenangkan kontestasi, maka Golkar akan menitipkan artikulasi perjuangan doktrin karya kekaryaan kepada figur lain. Apalagi di Golkar Eri Cahyadi bukan orang lain, mengingat ayahnya adalah penggerak Golkar Surabaya pada zaman dahulu. Alq
Editor : Mariana Setiawati