SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Baru-baru ini Pemerintah Indonesia tengah gencar-gencarnya mencari solusi untuk menekan dan mengurangi masalah emisi di Tanah Air. Selain kendaraan listrik dan hybrid, pemerintah saat ini juga menggalakkan kendaraan berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT), utamanya bioetanol.
Namun, biodiesel yang berbasis minyak sawit hanya salah satu solusi. Mengingat sebagian besar bahan bakar yang dibutuhkan adalah bensin, sehingga bioetanol menjadi pilihan yang semakin relevan.
Baca Juga: WMC300E+, Motor Listrik Roda Tiga untuk Paramedis Tanggap Darurat
“EBT sudah banyak ada geotermal, ada energi nuklir, ada energi surya, lalu kenapa harus biofuel? Bahwa kendaraan kita itu hampir seluruhnya menggunakan bensin. Kalau mau diganti dengan EV (kendaraan listrik) berarti kita harus buang semua mobil, kita ganti baru dengan EV,” ujar kata ahli Proses Konversi Biomassa Institut Teknologi Bandung (ITB) Ronny Purwadi, Jumat (06/09/2024).
Diketahui, bioetanol, yang dihasilkan dari bahan baku seperti gula dan pati, menawarkan energi yang lebih tinggi dibandingkan bensin. Meskipun bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku pangan dan non-pangan, seperti jagung dan singkong, produksinya masih terbatas.
Baca Juga: Lebih Sporty, Hyundai Creta Knight Edition Dibanderol Rp 200 Jutaan
Menggunakan bioetanol memiliki berbagai manfaat, termasuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung ketahanan energi nasional.
Selain itu, salah satu kelebihan bioetanol lainnya, yakni masih dapat digunakan pada kendaraan yang biasa menggunakan bensin. Tak hanya itu, bioetanol juga dapat memanfaatkan limbah organik dan mendorong perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja baru.
Baca Juga: Toyota GR Yaris TGR Italy Limited Edition Tersedia 51 Unit di Pasar Italia
Dengan pengembangan teknologi bioetanol yang terus berlanjut, diharapkan bioetanol dapat menjadi solusi yang lebih luas dan efektif dalam mengatasi tantangan energi dan perubahan iklim di Indonesia. Sedangkan produksi bioetanol di Indonesia, yang saat ini baru mencapai 34.500 kiloliter, masih jauh dari mencukupi kebutuhan pasar.
“Jadi kita memang harus membuat biofuel yang masih kompatibel dengan kendaraan kita yang ada sekarang ini. Upaya untuk menggantikan sebagian bensin ini, dengan bahan-bahan yang kompatibel salah satunya itu adalah bioetanol,” imbuh Rony. jk-04/dsy
Editor : Desy Ayu