Presiden Minta Kebun kebun Sawit Seluas 17,3 juta Hektare, Dijaga TNI-Polri
Baca Juga: Kemenperin Tingkatkan Nilai Tambah Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Warga Surabaya yang punya kebun kelapa sawit, bakal tambah lebih makmur. Ditemukan, kebun kelapa sawit di Indonesia menggiurkan orang asing. Termasuk Bill Gates . Maklum, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Maka itu, Presiden Prabowo Subianto menydbut kelapa sawit adalah aset negara. Bahkan dia meminta TNI dan Polri menjaga kebun kelapa sawit.
Tercatat, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 17,3 juta hektare. Angka ini merupakan hasil pemutakhiran peta tutupan kelapa sawit nasional yang dilakukan oleh Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dan Kementerian Pertanian.
Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus bertambah, dari 295 ribu hektare pada tahun 1980 menjadi hampir 1,5 kali luas Pulau Jawa saat ini.
Diperhatikan Bill Gates
Menariknya, Bill Gates pernah menyebut-nyebut Indonesia dan industri sawitnya.
"Mereka (negara lain) sangat membutuhkan kelapa sawit kita. Ternyata kelapa sawit jadi bahan strategis rupanya. Banyak negara takut tidak dapat kelapa sawit," kata Prabowo dalam pidatonya di Musrenbangnas RPJMN 2025-2029 di Bappenas RI, jelang tutup tahun 2024.
"Bayangkan itu. Jadi jagalah, para bupati, para gubernur, para pejabat tentara, polisi, jagalah kebun kebun kelapa sawit kita. Di mana-mana itu aset
Dalam blog pribadinya, Bill Gates pernah membahas soal minyak kelapa sawit dan kaitannya dengan perubahan iklim. Dia membagikannya pada Februari 2024.
Sebenarnya, bukan minyak kelapa sawitnya yang dia permasalahkan, melainkan soal proses pembuatan dan dampak deforestasi karena industri tersebut. Ditambah lagi, pembakaran yang terjadi dalam pembakaran hutan melepaskan berton-ton gas rumah kaca ke atmosfer, dan ketika lahan basah yang ada di dalamnya dihancurkan, karbon yang mereka simpan juga ikut terlepas.
Di blog itu pula, sang founder Microsoft itu menyinggung pula Indonesia dan Malaysia.
"Pada tahun 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global, lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia," cetusnya.
Gates Modali C16 Biosciences
Tapi memang ia mengakui, minyak sawit sulit digantikan. Harganya murah, tidak berbau, dan berlimpah. Minyak sawit berbentuk semi padat, kental, dan mudah dioleskan. Karena berfungsi sebagai pengawet alami, umur simpannya sangat lama.
"Minyak ini sangat serbaguna. Jika lemak hewani adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik," terang Gates.
Baca Juga: Papua Barat Jadi Contoh Hilirisasi Kelapa Sawit
Saat ini menurut Gates, sedang diupayakan pengganti minyak sawit. Perusahaan seperti C16 Biosciences mencari alternatif pengganti minyak sawit. Sejak 2017, C16 yang dimodali Gates, mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi. Meski secara kimiawi berbeda dengan minyak sawit konvensional, minyak C16 mengandung asam lemak yang sama, diklaim dapat digunakan dalam aplikasi yang sama.
"Gagasan untuk beralih ke lemak dan minyak buatan laboratorium mungkin tampak aneh pada awalnya. Namun potensinya untuk mengurangi jejak karbon secara signifikan sangatlah besar. Dengan memanfaatkan teknologi dan proses yang telah terbukti, kita selangkah lebih dekat untuk mencapai tujuan iklim kita," pungkasnya.
Raja Minyak Sawit Indonesia
Martua Sitorus tercatat pemilik kebun sawit terluas di Indonesia. Martua, bahkan mendapatkan julukan sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia. Wilmar adalah salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terluas di dunia dengan total lahan tanam mencapai 232.053 ha pada akhir tahun lalu.
Menurut data real time billionaires Forbes, saat ini Martua Sitorus, memiliki kekayaan bersih sebesar 2,7 miliar dolar AS atau Rp 39 triliun.
Bos kelapa sawit di Indonesia selain Martua Sitorus, ada Bachtiar Karim. Ia bersama saudaranya Burhan dan Bahari, Bachtiar menjalankan Musim Mas, salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia.
Ada juga Putra Sampoerna, yang memiliki PT Sampoerna Agro Tbk . Putra Sampoerna, menguasai lebih dari 100.000 hektar kelapa sawit di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.
Ada juga Ciliandra Fangiono. Ia membangun kerajaan bisnis kelapa sawitnya yang bernama First Resources Ltd yang berbasis di Singapura.
Baca Juga: Ombudsman Ungkap Penyebab Ekspor Kelapa Sawit Turun
Tercatat para pengusaha sawit ini masuk ke dalam jajaran daftar orang terkaya alias tajir melintir di Indonesia versi Forbes.
Korupsi Terbesar Kelapa Sawit
Sejarah mencatat konglomerat, Surya Darmadi, diseret dalam skandal korupsi terbesar kelawa sawit di Indonesia. Ia diduga menimbulkan kerugian negara sebesar Rp100 triliun.
Atas tindakannya, Surya dengan PT Duta Palma Groupnya, dijerat pasal tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp78 triliun.
Surya dituntut penjara seumur hidup dan denda Rp1 miliar dalam kasus korupsi lahan kelapa sawit PT Duta Palma.
Selain pidana tambahan berupa ganti rugi Rp2,23 triliun dan Rp39,7 triliun.
Akhirnya, Mahkamah Agung (MA) menghapus uang pengganti yang harus dibayarkan oleh Surya, yang senilai Rp39,75 triliun. MA hanya mewajibkan Surya Darmadi membayar kerugian negara senilai Rp2,23 triliun dengan subsider 5 tahun penjara.
Akan tetapi MA memutus untuk menambah hukuman Surya dengan pidana penjara selama 16 tahun karena terbukti melakukan korupsi secara bersama-sama dan pencucian uang. (Raditya M Khadaffi)
Editor : Moch Ilham