Memaknai Isra Mi'raj

author Redaksi

- Pewarta

Kamis, 23 Jan 2025 21:33 WIB

Memaknai Isra Mi'raj

SURABAYAPAGI.com - Beberapa waktu lagi, umat Islam akan memperingati peristiwa Isra Mi'raj 1446 Hijriah yang akan jatuh pada Senin, 27 Januari 2025.

Isra Miraj, sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam, serta memiliki banyak makna yang terkandung di dalamnya.

Baca Juga: Sholat 5 Waktu, Hormati Rasulullah

Kata Isra Mi'raj berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu Isra yang berarti perjalanan di malam hari dan Mi'raj yang berarti anak tangga. Kedua kata ini merujuk pada peristiwa spiritual Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa terbesar yang diyakini oleh umat muslim di seluruh dunia.

Isra Miraj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh dalam satu malam. Peristiwa ini merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW dan tonggak penting dalam kalender Islam.

Dalam perjalanan itu, Nabi singgah di Masjidil Aqsha. Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril menaiki Buraq (hewan berbulu putih, berbadan panjang, dan memiliki kecepatan seperti kilat) untuk menuju Sidratul Muntaha. Sebelum tiba di langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya di berbagai lapisan langit, dari langit pertama hingga langit keenam.

Isra Mi'raj merupakan simbol bahwa salat lima waktu adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap umat Muslim di seluruh dunia.

Saya pribadi memaknai hikmah Isra Miraj di era teknologi bahwa teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas ibadah, seperti mendengarkan kajian keagamaan, membaca Al-Qur'an, dan mengikuti majelis ilmu.

Teknologi harus digunakan untuk memperkuat akhlak dan menyebarkan nilai-nilai keagamaan.

Nah, ini yang menjadi tantangan umat Islam.

Baca Juga: Peringati Isra Mi'raj, Polres Blitar Santuni Puluhan Anak Yatim

Peringatan Isra’ Mi’raj yang merupakan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram menuju Sidratul Muntaha adalah untuk menerima perintah shalat. Ini merupakan proses spiritual yang sangat dalam yang menghubungkan umat manusia dengan Allah melalui shalat yang dijalankan selama lima kali dalam satu hari. Peristiwa tersebut tetap relevan dalam konteks era teknologi sekarang ini.

Kemajuan teknologi yang telah mampu mengurangi waktu secara signifikan untuk mengerjakan berbagai hal. Termasuk sholat 5 kali.

Saya dalami, Rasulullah saat itu berhasil “menegosiasikan” jumlah shalat yang seharusnya 50 kali menjadi hanya 5 kali atau hanya sepersepuluhnya. Dengan demikian umat Nabi Muhammad diharapkan bisa melakukan banyak urusan kehidupan dunia lainnya.

Saat itu, banyak aspek kehidupan yang dilakukan secara manual pada era Rasulullah hidup. Dan kini dilakukan secara sangat efisien berkat teknologi. Mungkin dalam banyak hal, persentase efisiensinya lebih tinggi dibandingkan sepersepuluhnya. Perjalanan ibadah haji, misalnya. Buyut saya dulu menggunakan kapal laut sehingga membutuhkan waktu berbulan-bulan, kini kita hanya perlu waktu delapan jam. Sejujurnya, dengan kemajuan teknologi, kita bisa melihat dengan waktu nyata kejadian-kejadian di seluruh dunia. Teknologi pula yang memungkinkan manusia menjelajahi angkasa luar.

Dalam kondisi demikian, seharusnya manusia mampu memanfaatkan kehidupannya untuk hal-hal yang lebih produktif karena hal-hal yang sebelumnya harus dikerjakan secara manual, kini dikerjakan oleh teknologi .

Baca Juga: Masjid Al-Amin Dukuhsari Jabon Gelar Pengajian Umum Sambut Isra Mi'raj 1446 H

Jadi sayang, bila ada diantara kita tetap saja menyia-nyiakan waktunya yang berharga untuk hal-hal yang kurang produktif. Dan juga bukan untuk beribadah sebagaimana kewajiban atau kesunnahan dari Rasulullah. Untuk sholat 5x ada di antara kita yang merasa semakin kekurangan waktu. Merasa diburu-buru pekerjaan yang tidak ada habisnya. Merasa tertekan oleh tuntutan-tuntunan baru yang semakin hari semakin bertambah.

Bahkan banyak di antara kita menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk menelusuri telepon cerdasnya.

Itu potret yang saya rekam diantara kita yang tidak belajar dari peristiwa Isra' Mi'raj sebagai bukti Allah memberikan kemuliaan dan keistimewaan kepada kekasihnya, Nabi Muhammad saw.

Bagi saya ini memberikan bukti penguat kepada umat Islam bahwa siapa pun yang berjuang di jalan Allah dan menegakkan agama, seperti memakmurkan majelis ilmu, dzikir, dan tahlil, insha Allah, Allah akan memberikan kebahagiaan dan keistimewaan bagi kita. Subhanallah. ([email protected])

Editor : Raditya Mohammer Khadaffi

BERITA TERBARU