Pasar Keputran Surabaya Kembali Dibuka, Pedagang Wajib Pakai Masker

surabayapagi.com
Pasar Keputran dibuka kembali Minggu (26/7/2020). SP/ DECOM

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Pasar Keputran Utara mulai dibuka kembali untuk para pedagang setelah hampir sepekan diliburkan akibat 37 orang positif COVID-19. Kini pusat perkulakan sayur mayur di Surabaya itu kembali bergeliat.

Sekitar pukul 15.30 WIB para pedagang sayur dan pemilik lapak di Pasar Keputran Utara mulai berdatangan. Mereka menggunakan masker. Meski beberapa masih terlihat bergerombol. Mobil mengangkut sayuran juga mulai memasuki areal pasar. Petugas dari PD Pasar Surya selaku pengelola pasar juga sudah siaga.

Baca juga: Pemkot Segera Revitalisasi 3 Pasar Induk di Surabaya

Petugas dari PD Pasar Surya juga terlihat menggunakan face shield dan juga sarung tangan. Mereka berjaga di depan pintu-pintu masuk satu arah. Para pedagang yang masuk dilakukan pengecekan suhu dan diminta untuk mencuci tangan. Petugas juga terlihat berkeliling mengingatkan para pedagang dalam dua bahasa yakni bahasa Madura dan bahasa Indonesia untuk tertib protokol kesehatan.

 Salah satu koordinator pedagang Muhammad mengaku berterima kasih ke Pemkot Surabaya yang memperbolehkan Pasar Keputran Utara dibuka kembali.

"Terima kasih kepada Pemerintah Kota yang memperhatikan masyarakat kecil, khususnya pedagang Pasar Keputran," kata Muhammad, Minggu (26/7/2020).

Para pedangang boleh masuk kembali tetapi diwajibkan menggunakan masker dan mematuhi protokol kesehatan.

Baca juga: Polrestabes Surabaya Sosialisasi Prokes di Pasar Mangga Dua dan Keputran

"Yang tidak pakai masker ditolak masuk. Karena untuk menjaga kebersihan dan keamanan, itu hasil pertemuan kami," ujar Muhammad.

Pedagang sayur asal Batu, Siaminto mengaku menyambut baik dibukanya kembali Pasar Keputran.

"Ya lebih baik. Daripada ditutup lama nanti kasihan petani malahan nggak bisa menjual," ungkap Siaminto.

Baca juga: Dulu Bisa Rp 1,5 Juta Sehari, kini Hanya Rp 100 Ribu Saja

Siaminto mengakui jika pedagang bisa saja mematuhi protokol kesehatan. Namun menurutnya pembeli yang sulit diatur.

"Kalau pedagang bisa. Kalau pembeli itu yang susah, pembeli kan dari mana-mana. Kadang mereka kan takut kalau ada rapid test, jadi pembelinya berkurang," tandas Siamonto.   dsy2

Editor : Redaksi

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru