Peternak Sapi di Pasuruan Disarankan Manfaatkan KUR

surabayapagi.com
Salah satu peternak di kabupaten Pasuruan sedangĀ  memberi makan sapinya.

SURABAYAPAGI.COM, Pasuruan - Pasca PMK, populasi sapi potong dan sapi perah di Kabupaten Pasuruan, mengalami penurunan hingga 7%.  Dampaknya, produktivitas susu juga turun hingga 30%.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, drh Ainur Alfiah mengatakan, sepanjang tahun 2022 lalu, populasi sapi potong turun 6% sebanyak 7000 ekor dari dari 117.679 menjadi 110.618 ekor.

Baca juga: Jelang Idul Adha, Ketersediaan dan Hewan di Lamongan Aman

Begitu pula dengan sapi perah yang populasinya juga turun 7% dari 97.101 ekor di tahun 2021 menjadi 90.304 ekor di tahun 2022. 

Turunnya populasi murni disebabkan banyaknya sapi yang sakit dan mati akibat terserang PMK (penyakit mulut dan kuku). 

"Kalau turun, ya sudah pasti akibat terserang PMK. Ada yang mati, ada pula yang sembuh tapi kesehatannya belum bisa pulih 100%," katanya. 

Dengan turunnya populasi, secara otomatis juga berdampak pada menurunnya produktivitas susu.

Pada tahun 2021, produksi susu sapi di Kabupaten Pasuruan mencapai 137.590 ton. Dan di tahun 2022 turun hingga 30 persen menjadi 96.385 ton.

Baca juga: Kemendag Dihimbau Tak Gegabah Terbitkan Izin Impor Sapi, Berakibat Harga Anjlok

Kata Alfiah, menurunnya produksi susu disebabkan banyak faktor. Salah satunya karena sapi yang sembuh dari PMK, namun tidak dapat memproduksi susu dengan jumlah seperti biasanya.  Bahkan ada yang sudah tidak bisa lagi menghasilkan susu.

"Sapi yang sembuh dari PMK, banyak yang belum pulih kesehatannya. sehingga mempengaruhi produksi susu. Yang biasanya 12-20 liter, sekarang cuma bisa diperas sekali dengan hanya 8 liter saja," terangnya. 

Dengan fakta yang seperti itu, Dinas Peternakan menghimbau kepada para peternak agar dapat membeli sapi yang baru atau minimal tukar tambah. Dengan demikian, upaya untuk menambah populasi dan produksi susu dan daging  bisa dikejar kembali.

"Tahun ini harapannya kita bisa mengembalikan populasi dan produksi susu melalui penambahan populasi dari masyarakat atau KUD melalui pembelian KUR. Jadi peternak dapat mengangsur dari bank pemerintah," harap Alfiah. 

Baca juga: Genjot Bibit Sapi Unggul, DKPH Lamongan Optimalkan Inseminasi Buatan

Perihal harga sapi, Alfiah berharap agar peternak bisa membeli sapi di greenfield ataupun tempat lain yang ada jaminan bahwa sapi yang akan dibeli tidak pernah terserang PMK.

Apabila membeli sapi impor, masyarakat yang nanti akan kesusahan. Sebab harganya sangat mahal bisa sampai 60 juta per ekor. 

"Karena pemeliharaan yang maksimal, tapi kalau sapinya gak bisa beranak ya rugi. Karena konsentrat itu mahal," terangnya. ris

Editor : Moch Ilham

Ekonomi dan Bisnis
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru