Cagub Militer Digulirkan Lagi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 12 Sep 2017 23:13 WIB

Cagub Militer Digulirkan Lagi

SURABAYAPAGI.com, Surabaya – Ditengah ketidakpastian siapa calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) yang diusung PDIP pada Pilgub Jatim 2018, kini muncul gagasan baru. Anggota DPR RI dari Dapil Jatim VII, Gatot Sudjito, mendukung munculnya Cagub dan Cawagub Jawa Timur berlatar belakang TNI dan Polri alias kalangan militer. Saat ini ada dua bacagub berlatar belakang TNI dan Polri yang resmi mendaftar sebagai cagub pada Pilgub Jatim 2018. Mereka adalah Mayjen TNI (Purn) Istu Hari Subagio (mantan Pangdam I Bukit Barisan) dan Kombes Pol Syafiin yang merupakan mantan Kepala Biro Umum Sekretaris Militer Kemensesneg. Istu Hari Subagio sudah mendaftar melalui Partai Golkar. Sedang Kombes Pol Syafiin mendaftar ke Partai Demokrat dan Golkar. Sebelumnya, mantan Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI (purn) Moekhlas Sidik disebut-sebut bakal maju Pilgub Jatim melalui Partai Gerindra. Saat ini ia menjadi orang kedua di Partai Gerindra sebagai Ketua Harian DPP. Mantan Kapolda Jatim Irjen (purn) Anton Setiadji juga dikabarkan akan ikut kontestasi Pilgub Jatim tahun depan. Usai pensiun dari Polri, Anton kini memimpin DPW Partai Berkarya Jatim, partai besutan Tommy Soeharto "Pertimbangannya, Jatim wilayah cukup luas dan banyak potensi yang perlu ditingkatkan. Menurut kami, calon pemimpin Jatim dari militer tidak ada salahnya, yang penting punya tujuan sejalan menyejahterakan rakyat Jatim,” kata Gatot Sudjito, Selasa (12/9/2017). Dia mengatakan, Pilgub Jatim 2018 adalah pertarungan gagasan dan ide kreatif untuk membangun Jatim. Cagub berlatar belakang TNI dan Polri dinilai punya pengalaman karena pernah memimpin teritorial. “Yang penting Pilgub nantinya bermodalkan visi dan misi agar bisa merebut hati rakyat. Mereka punya kemampuan untuk itu,” tambah Ketua Pengurus Daerah XIII FKPPI Jawa Timur ini. Karena itu, Gatot berpesan agar mereka sesegera mungkin konsolidasi di grass root untuk merebut hati pemilih. Pasalnya, lawan yang dihadapi nantinya tidak akan mudah, sehingga dibutuhkan kerja keras. “Harus segera konsolidasi merebut hati rakyat. Sampaikan ke masyarakat visi misinya agar bisa memenangkan pertarungan,” tandasnya Sinyal PKB Sementara itu, kunjungan Ketua Umum PDIP Megawati ke Surabaya, Senin (11/9) kemarin, ternyata dimanfaatkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk membahas Pilgub Jatim 2018. Pertemuan PKB dan PDIP di sela-sela jadwal kunjungan Mega ini dibenarkan oleh Sekretaris DPW PKB Jawa Timur Badrud Tamam. “Kita silaturahim bareng lah ke Bu Mega. Kita bertemu. Sebagai orang sepuh, kita hormat ke Bu Mega. Sebagai mantan Presiden, kita juga hormat. Kita diskusi banyak dengan beliau,” ujar Badrud dikonfirmasi Selasa (12/9) kemarin. Dalam diskusi tersebut, menurut Badrud, dibahas beberapa topik. Salah satunya tentang memberantas kemiskinan di Jawa Timur dan mempercepat kesejahteraan di Jawa Timur. “Intinya, kita sudah ketemu di konsep dan di visi. Tinggal kemudian, model kerjasamanya(antara PKB dan PDI-Perjuangan) ini bagaimana,” jelas Pria yang disebut-sebut juga akan maju di Pilbup Pamekasan tersebut. Terkait model kerja sama atau koalisi yang akan terjadi antara PKB dan PDIP, Badrud mengatakan bahwa hal tersebut juga menjadi salah satu topik bahasan. Hanya saja, ia belum bersedia memberikan bocoran sedikitpun terkait siapa yang pada akhirnya ditunjuk sebagai Cawagub dari PDIP. “Ya bisa Pak Ketua DPD (Kusnadi), bisa Pak Kanang (Budi Kanang), bisa Pak Anas (Azwar Anas), bisa juga Ibu walikota Surabaya (Tri Rismaharini). Semuanya bisa. Menurut saya, semuanya bisa. Track recordnya bagus semua. Tinggal bagaimana istikharah selanjutnya,” papar dia. Badrud, pada kesempatan yang sama, juga menekankan saat ini PKB telah sangat yakin bahwa nantinya akan berkoalisi dengan PDIP pada Pilgub Jatim 2018. “Yakin banget. Kalau sudah yakin ini diatasnya percaya ya,” cetus Badrud. Risma atau Anas? Dikonfirmasi terpisah, pengamat politik asal Unesa Agus Mahfud mengatakan duet Gus Ipul – Risma yang saat ini tengah santer dibicarakan merupakan kombinasi yang tidak begitu buruk. Pasalnya, kedua nama tersebut dapat dikatakan sebagai kader PDIP. “Gus Ipul pernah menjadi anggota DPR RI dari PDIP. Risma pun juga menjadi Walikota Surabaya dari PDIP. Meskipun, mereka bisa dibilang bukan kader ideologis dari PDIP,” jelas mantan Komisioner KPU Jatim ini. Agus menjelaskan, meskipun bisa dibilang kader instan, Gus Ipul dan Risma telah terbukti bisa memenuhi kebutuhan dan harapan dari kader-kader PDIP. “Mereka juga terbukti bisa nyambung dengan PDIP. Hanya saja, masalahnya adalah sinkronisasi antara keduanya. Masalah ini hanya bisa diselesaikan oleh Bu Mega. Jadi, apabila ingin menyatukan keduanya, maka peran Bu Mega sangat penting untuk menyatukan keduanya,” terang dia. Pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Mochtar W Oetomo punya pandangan berbeda. Ia memaknai kedatangan Megawati ke Surabaya bukan sekadar untuk pilgub Jatim, melainkan untuk konsolidasi PDIP menghadapi Pileg dan Pilpres 2019. "Di sanalah maknanya seluruh kepala daerah dari PDIP dikumpulkan, di samping para fungsionaris saat pertemuan. Keberadaan Dahlan Iskan dalam pertemuan memperkuat sinyalemen itu. Karena selama ini Dahlan dengan Jawa Pos adalah penyokong utama Risma," papar Mochtar. Direktur Surabaya Survey Center (SSC) ini memprediksi siapa yang akan direkom PDIP menjadi cagub dan cawagub Jatim, sama sekali tidak bisa dilepaskan dari skenario PDIP menghadapi Pileg dan Pilpres 2019. "Saya rasa Risma bukan dipersiapkan untuk pilgub Jatim, tapi untuk pilpres. Nah, kepastian rekom PDIP dengan begitu tidak hanya bergantung pada kepastian maju tidaknya Khofifah di Pilgub, tetapi juga bergantung pada kepastian maju tidaknya Risma di Pilpres," ungkapnya. Melihat skenario itu, maka pilihan PDIP yang paling memungkinkan dan berpuang besar adalah Gus Ipul-Anas. Ini karena Risma bukan dipersiapkan untuk Jatim. "Skenario awal saya rasa Risma jadi cawapresnya Jokowi. Tetapi jika dinamika politik memungkinkan, bukan hal yang aneh, jika Risma arahnya ke capres. Jokowi sebelum jadi presiden adalah Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta," jelasnya. Untuk peluang terbesar, lanjut dia, adalah GI-Anas diusung koalisi PDIP dan PKB di Pilgub Jatim. Ini karena dalam pertemuan konsolidasi juga ada Gus Ipul saat bertemu Mega di VVIP Room Bandara Internasional Juanda Surabaya. "Jadi melihat kepentingan skenario pileg dan pilpres 2019 itu, kecil kemungkinan PDIP usung kader sendiri Risma-Anas di pilgub Jatim. Berkolaborasi dengan NU dan para masyayikh itu lebih memungkinkan. Tapi jika benar memilih Gus Ipul-Anas, maka ada risiko mengabaikan kader sejati seperti Kusnadi dan Kanang. Jika tidak hati-hati, ini juga bisa jadi titik lemah," pungkasnya. n rko/ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU