Sambo Cs, Jenderal Polri Pembohong, era Presisi Jenderal Listyo

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 21 Agu 2022 20:43 WIB

Sambo Cs, Jenderal Polri Pembohong, era Presisi Jenderal Listyo

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Catatan jurnalistik saya mencatat Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo pernah meluruskan soal simpang siur informasi yang menyebutkan bahwa kamera pengawas atau CCTV di kediaman Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, rusak.

"Masih ada di beberapa media yang menyebutkan bahwa CCTV rusak, kemudian kenapa ditemukan CCTV yang lain? Ini saya perlu luruskan biar tidak lagi berpersepsi lagi sehingga muncul spekulasi yang membuat permasalahan ini tidak clear," kata Dedi usai melakukan prarekonstruksi di kediaman Ferdy Sambo, Jakarta, Sabtu (23/7/2022).

Baca Juga: Sandra Dewi, Perjanjian Pisah Harta, Sebuah Strategi

Dedi menyebut Closed Circuit Television atau CCTV yang rusak, sesuai dengan yang telah disampaikan Kapolres Jakarta Selatan nonaktif Kombes Budhi Herdi Susianto adalah CCTV yang ada di dalam rumah Ferdy Sambo. “CCTV yang rusak, ini CCTV yang di TKP (rumah)," klaim Dedi.

Sedang 2 HP Brigadir J Masih Diperiksa Labfor. Sementara untuk CCTV yang ada di sekitar kediaman Fery Sambo tidak rusak dan sudah ditemukan oleh penyidik.

"Tapi CCTV yang sepanjang jalur ini, di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), ini sudah ditemukan oleh penyidik," tegas Dedi.

Untuk saat ini CCTV yang ditemukan masih diperiksa oleh Labfor Polri untuk mengklarifikasi dan kalibrasi demi mencocokkan waktunya. Rumusnya, waktu yang ada di CCTV dengan real time harus sama.

Sebelumnya, jejak keberadaan CCTV di kediaman Ferdy Sambo sempat simpang siur. Rekaman CCTV yang disebut bisa menggambarkan konstruksi kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J secara menyeluruh itu kini telah temukan oleh Tim khusus bentukan Kapolri Listyo Sigit Prabowo.

"Kami sudah menemukan CCTV yang bisa mengungkap secara jelas tentang konstruksi kasus ini. CCTV ini sedang didalami oleh tim khusus," ujar Dedi dalam konferensi pers, Rabu (20/7) lalu.

Dedi belum merinci CCTV di lokasi apa yang berhasil ditemukan polisi. Namun ia berjanji hasil analisis terhadap rekaman CCTV tersebut akan diungkap setelah proses penyidikan yang dilakukan tim khusus rampung.

Maklum dalam keterangannya, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto, menyebut CCTV di sekitar rumah kediaman Ferdy Sambo rusak.

"Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tersebut memang kebetulan CCTV-nya rusak sejak dua minggu lalu. sehingga tidak dapat kami dapatkan," kata Budhi di kantornya, Selasa 12 Juli 2022.

Padahal sebelumnya, Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan CCTV di rumah Ferdy Sambo rusak sehingga tak merekam peristiwa baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E.

"Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tersebut CCTV-nya rusak kurang lebih dua minggu yang lalu, sejak dua minggu yang lalu. Sehingga tidak dapat kami dapatkan (rekamannya)," kata Budhi di Mapolres Jaksel, Selasa (12/7) lalu.

Sementara itu, Ketua RT 5 RW 01 Kompleks Polri Duren Tiga, Irjen (Purn) Seno Sukarto melihat ada petugas polisi yang mengambil decoder CCTV dari pusat pemantauan di pos satpam Kompleks sehari usai insiden, Sabtu (9/7/2022).

Akhirnya polisi tak membantah telah mengambil decoder CCTV di lingkungan Kompleks Polri Duren Tiga yang menjadi TKP. Kombes Budhi Herdi berdalih decoder CCTV tersebut diganti agar CCTV di lingkungan tersebut dapat tetap beroperasi. Sementara CCTV sebelumnya disita polisi.

"Karena yang lama disita penyidik dan agar CCTV di lingkungan komplek aspol (asrama polisi) Duren Tiga tersebut tetap beroperasi maka diganti yang baru," ungkap Budhi, Rabu (13/7).

Kombes Budhi Herdi juga mengatakan Bharada E maupun istri Ferdy Sambo saat itu ada di rumah untuk karantina. Sementara Ferdy Sambo keluar dari rumah untuk tes Covid-19.

Kombes Budhi mengumumkan, saat peristiwa baku tembak terjadi, Ferdy Sambo sedang tidak berada di rumah dinasnya di Duren Tiga, Jakarta Selatan. Sambo mengaku saat itu sedang keluar rumah untuk menjalani tes Covid-19.

 

***

 

Baca Juga: Budi Said, Dituding Mafia Tanah, Apa Iya??

Penjelasan Kapolres Metro Jakarta Selatan yang berlepotan ini akhirnya dibantah sendiri oleh Polri. CCTV yang diumumkan rusak, ternyata diambil petuga s polisi yang diduga komplotan Sambo, untuk membikin gelap olah TKP, agar peristiwa yang sebenarnya tak terungkap.

Keberadaan kamera pengawas atau Closed Circuit Television (CCTV) di sekitar kediaman Ferdy Sambo diduga disembunyikan seorang perwira menengah polri.

"Alhamdulillah, CCTV yang sangat vital yang menggambarkan situasi sebelum, sesaat, dan setelah kejadian di Duren Tiga itu berhasil kami temukan," ujar Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Polri, Brigjen Andi Rian, dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat (19/8).

CCTV itu disebut merekam seluruh kejadian. Hingga keterlibatan Putri Candrawathi dalam kasus ini dan akhirnya menjadi Putri jadi tersangka.

Dirtipidsiber Bareskrim Polri Brigjen Asep Edi Suheri menyatakan Ferdy Sambo diduga menjadi otak di balik pemindahan DVR CCTV di tempat kejadian pembunuhan Brigadir J.

Untuk diketahui DVR merupakan perangkat penyimpanan rekaman video dari CCTV dan mengubahnya ke bentuk digital secara terus menerus.

Dalam rekaman CCTV, terekam Putri berada di lokasi kejadian saat pembunuhan terhadap Brigadir J di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, terjadi.

Dari kasus CCTV ditemukan dua jenderal yang saling bertolak belakang. Jenderal jenderal yang masuk jaringan “Kaisar Sambo” tak transparan. Tapi jenderal jenderal yang berada dalam timsus bentukan Kapolri, mempraktikan kinerja berbasis transparansi.

Sejak tanggal 19 Agustus 2022, sudah lima Polisi berpangkat jenderal dan perwira segera ditetapkan sebagai calon tersangka baru.

Menurut Inspektur Pengawasan Umum Polri, Komjen Agung Budi Maryoto jumlah tersangka kasus ini kemungkinan akan bertambah. Sebab saat ini ada lima anggota polisi lainnya yang diduga terlibat.

Baca Juga: Jual-beli Opini WTP, BPK Minta Rp 40 M

Dari hasil pemeriksaan oleh tim Inspektorat Khusus (Irsus), kelima perwira polisi itu awalnya terjerat pelanggaran kode etik, tapi juga diduga melakukan tindak pidana menghalang-halangi penegakan hukum atau obstruction of justice.

Dan pelanggaran etik itu kemudian mengarah ke pelanggaran pidana. Komjen Agung menegaskan timnya melimpahkan masalah ini ke Tim Khusus (Timsus) untuk dilakukan penyidikan secara pidana.

Nama Jenderal dan perwira menengah itu FS (Ferdy Sambo), BJP HK (Brigjen Hendra Kurniawan), AKBP ANT (Agus Nurpatria), AKBP AR (Arif Rahman Hakim), Kompol BW (Baiquni Wibobo), dan Kompol CP (Chuk Putranto).

Komjen Agung menegaskan kelimanya sudah menjalani penempatan khusus alias ditahan dalam rangka penyidikan pelanggaran kode etik.

Nah, ini peristiwa dengan semangat transparansi. Ada Jendedal yang berkeadilan seperti yang digagas Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo lewat konsep "Presisi" . Dan ada segelintir jenderal yang tidak transparan atau melakukan pembohongan publik.

Publik mencatat kini ditemukan segelintir jenderal “komplotan” Sambo atau “Sambo cs” yang mencoreng citra Polri, tidak hanya di Indonesia, tetapi di dunia. Pada era Presisi Jenderal Listyo, Sambo cs, menurut akal sehat saya menempatkan konsep “Presisi” Kapolri hanya sebagai slogan kosong belaka.

Padahal, saat hendak dilantik sebagai Kapolri, Jenderal Listyo diminta anggota DPR-RI menurunkan konsep “Presisi” lewat program dan tindakan yang konkret di lapangan agar diikuti seluruh anggota Polri se Indonesia. Tentu dari Jenderal sampai bintara.

"Semangat transparansi berkeadilan dalam jargon 'Presisi' itu adalah harapan. Akal sehat saya mencatat implementasi di lapangan dalam kebijakan dan tindakan yang konkret ternyata tidak mudah.

Sambo cs, setelah mengakui otak pembunuhan berencana Brigadir J, bisa dituding menelingkuh Presisi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Sebagai jurnalis muda, saya mengakui transparansi merupakan suatu unsur penting di era demokrasi digital saat ini. Apalagi kini, tuntutan masyarakat terhadap institusi Polri yang jujur, terbuka, responsibilitas, transparasi, dan berkeadilan agar pelayanan ke masyarakat lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat. Termasuk menghayati tagline Presisi secara prediktif dan bertanggungjawab dunia-akhirat. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU