Psikiater: Perempuan Lebih Rentan Kena Depresi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 18 Okt 2022 19:12 WIB

Psikiater: Perempuan Lebih Rentan Kena Depresi

SURABAYAPAGI, Surabaya -  Dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater) Lisdayanti mengemukakan bahwa perempuan lebih rentan terkena depresi dibandingkan laki-laki. Prevalensinya 15-25 persen, sedangkan laki-laki 5-12 persen.

"Kenapa perempuan lebih banyak? Banyak teori yang mendasari, tapi utamanya karena faktor ketidakseimbangan hormon," kata Lisdayanti.

Baca Juga: 217 Pos Kesehatan Tersebar di 35 Kabupaten/Kota Jatim Selama Musim Mudik Lebaran

Lisdayanti menjelaskan perempuan banyak mengalami fase yang menyebabkan hormonnya menjadi tidak seimbang, seperti fase setelah melahirkan dan menjelang menopause atau berakhirnya siklus menstruasi. Selain itu, perempuan juga lebih rentan terhadap stres karena ambang stresnya lebih rendah.

"Kemudian perempuan juga lebih banyak terpapar dengan stresor," ujar psikiater dari RSKD Duren Sawit itu.

Menurut Lisdayanti, perempuan yang menikah lebih mudah depresi. Dari kaum Adam, laki-laki yang single, baik yang memang lajang atau duda lebih rentan depresi.

Baca Juga: RSUD Grati Raih TOP BUMD Awards 2024 Bintang 4

Lisdayanti yang juga anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) itu mengatakan bahwa depresi juga sering dialami oleh orang yang berusia 20-40 tahun, tinggal di perkotaan, serta memiliki kepribadian tertutup. Depresi pun bisa melanda orang yang mudah cemas, sensitif, tidak bisa melakukan sesuatu sendirian, mengalami isolasi sosial, dan tidak bekerja.

"Stresor ini sifatnya tergantung persepsi orang tersebut terhadap stresor. Kalau dalam satu tahun banyak kejadian, tekanan, masalah, ini juga bisa jadi pencetus depresi, kemudian ekonomi juga bisa jadi pemicu," tuturnya.

Gejala depresi, menurut Lisdayanti, meliputi afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang terjadi sekurang-kurangnya dalam kurun waktu dua pekan. Gejala lainnya adalah kurang konsentrasi, kurang percaya diri, merasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gangguan tidur, nafsu makan berkurang, dan memiliki pemikiran untuk membahayakan diri, bahkan bunuh diri.

Baca Juga: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan Atasi PMK

Lisdayanti mengatakan bahwa kasus depresi semakin meningkat dari tahun ke tahun secara global. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk meminimalkan kasus depresi.

Lisdayanti menyarankan untuk menjalani Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), makan makanan bergizi, dan melakukan aktivitas fisik, termasuk berolahraga. "Sinar matahari juga bisa mencegah depresi, musik, dan makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt," kata Lisdayanti.hlt/dpr

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU