Penempelan Stiker Warga Miskin Dinilai Rendahkan Harga Diri Warga Surabaya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 25 Jan 2023 18:46 WIB

Penempelan Stiker Warga Miskin Dinilai Rendahkan Harga Diri Warga Surabaya

i

Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Pertiwi Ayu Khrisna di acara FGD Obral-Obrol JUDES 2023 dengan dengan mengangkat tema Kartu Miskin VS Status Ekonomi. SP/ALQ

SURABAYAPAGI, Surabaya - Penempelan stiker kepada waarga miskin oleh Pemerintah Kota Surabaya menjadi perbicangan di masyarakat Surabaya. Beberapa pihak menilai jika stempel tersebut dianggap merendahkan harga diri warga.

Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Pertiwi Ayu Khrisna mengatakan ucapan itu doa dan dalam hal ini Ia meminta Pemkot Surabaya untuk berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan

“Harus hati-hati loh, ucapan atau stempel itu sama dengan doa. Jadi klo sudah ditempeli stiker miskin, ini bisa saja dikonotasikan sebagai doa untuk warga tersebut,” ungkap Pertiwi Ayu Khrisna saat menjadi narasumber di acara Forum Group Discussion (FGD) Obral-Obrol JUDES 2023 dengan dengan mengangkat tema Kartu Miskin VS Status Ekonomi. 

Padahal, lanjut Ayu, nasib seseorang itu sewaktu-waktu bisa berubah. Tidak ada satupun seseorang yang mau menjadi miskin selamanya.“Karena bisa saja, mereka itu tiba-tiba berubah menjadi warga yang mampu karena berbagai hal,” katanya.

Ayu berharap, kriteria warga miskin itu jelas dan tegas seperti yang disyaratkan pemerintah pusat. Oleha karenanya, Ayu meminta kepada pemerintah kota Surabaya untuk menggunakan kata atau kalimat yang lebih soft (halus), karena status miskin bisa memunculkan ketersinggungan di tengah masyarakat.

“Kan bisa dengan menggunakan istilah pra sejahtera misalnya, atau yang lain. Jangan langsung stempel miskin begitu,” tandasnya di acara Obral-Obrol yang digelar JUDES di pressroom DPRD Surabaya. Rabu (25/1)

Hal senada juga disampaikan selaku narasumber kedua Dr. Moch. Mubarok Muharam, yang meminta kepada pemangku kebijakan (pemkot Surabaya) untuk berhati-hati dalam memilih kalimat yang berkaitan dengan kebijakan.

“Kemiskinan itu ada dua, yakni kemiskinan structural (karena dampak kebijakan) dan kemiskinan kultural (karena dirinya sendiri). Namun sebaiknya, jika tujuannya membantu jangan memunculkan kesan yang bisa merendahkan harga diri seseorang,” ujar Pakar Sosial politik dari UNESA ini. Alq

Baca Juga: Pembangunan Box Culvert Sebabkan Macet, Pemkot Surabaya Harap Warga Memahami Manfaat Jangka Panjang

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU