Perekonomian Jatim Triwulan I-2023 Tumbuh 4,95 Persen

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Jun 2023 13:59 WIB

Perekonomian Jatim Triwulan I-2023 Tumbuh 4,95 Persen

i

Kantor Perwakilan BI Jatim.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur (KPw BI Jatim), Doddy Zulverdi menyampaikan bahwa perkembangan ekonomi global tahun 2023 terpantau masih belum ideal dan diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 2022.

Doddy menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh berbagai tantangan yang dihadapi, di antaranya pelemahan transaksi perdagangan internasional sebagai dampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

Baca Juga: 2024, Ekonomi Jatim Diprediksi Naik hingga 5,6%

Selain itu, juga karena gangguan rantai pasok dunia, kebijakan proteksionisme di berbagai negara, dan gejolak perbankan global terutama di Amerika Serikat dan Eropa yang mengganggu stabilitas sistem keuangan.

“Meskipun dihadapkan berbagai tantangan, patut disyukuri tidak sampai terjadi resesi global. Dan masih terdapat ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, disertai upaya memitigasi risiko perlambatan ekonomi global,” kata Doddy dalam acara Bincang Bareng Media di Surabaya, Selasa (6/6/2023).

Kendati demikian, di tengah tingginya kondisi ketidakpastian global, pemulihan ekonomi nasional pada triwulan I 2023 terus berlanjut. Ekonomi Indonesia pada triwulan I 2023 tumbuh 5,03% (yoy),  membaik dibandingkan triwulan IV 2022 (5,01%) terutama ditopang oleh perbaikan konsumsi domestik.

Tekanan inflasi IHK nasional juga menunjukkan tren penurunan dari 5,51% (yoy) pada tahun 2022 menjadi 4,97% (yoy) pada triwulan I 2023 serta 4,33% (yoy) pada April 2023 dan 4,00% (yoy) pada Mei 2023.

“Kembalinya inflasi domestik pada rentang sasaran inflasi nasional (4,00%, yoy) pada periode Mei 2023, memberikan ruang bagi BI untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Hal ini didukung membaiknya beberapa indikator perekonomian domestik. Seperti menguatnya cadangan devisa, terjaganya surplus neraca perdagangan, relatif stabilnya nilai tukar Rupiah, serta masih tumbuh positifnya kinerja intermediasi perbankan di Indonesia.

Seiring dengan perekonomian nasional, perekonomian Jatim pada triwulan I-2023 tercatat tumbuh 4,95% (yoy). Pertumbuhan ini didorong dengan menguatnya konsumsi baik belanja Pemerintah maupun Rumah Tangga, dan meningkatnya kinerja sektor perdagangan.

Baca Juga: Kinerja Ekonomi Jatim Triwulan III 2023 Tumbuh 4,86%

Menurutnya, perlambatan investasi dan menurunnya kinerja ekspor telah menahan pertumbuhan ekonomi Jatim lebih tinggi. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga konsumsi masyarakat serta mendorong kolaborasi fiskal pusat dan daerah dalam rangka mendukung perbaikan kinerja investasi.

“Pada triwulan II-2023, kinerja ekonomi Jatim terindikasi melanjutkan perbaikan sejalan dengan potensi keyakinan konsumen yang membaik, Prompt Manufacturing Index (PMI) yang masih tinggi di atas 50% (ekspansi), tren penjualan eceran yang positif, prognosa produksi tanaman pangan dan hortikultura yang meningkat, serta peningkatan kinerja mayoritas kegiatan usaha sektor prioritas,” paparnya.

Perbaikan ekonomi tersebut diikuti dengan laju inflasi gabungan kota/kabupaten pada Mei yang kembali turun menjadi 5,02% (yoy) dibandingkan April 2023 (5,35%, yoy). Penurunan ini diharapkan dapat berlanjut dan mencapai rentang sasaran inflasi nasional.

Lebih lanjut, ia menambahkan kinerja intermediasi perbankan Jatim pada April 2023 menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terutama pada kredit kelompok korporasi dan rumah tangga.

Baca Juga: Ekonomi Jatim Tumbuh Positif, Industri Sepatu Belum Ikut Terkerek

Pada tahun 2023, kinerja ekonomi Jawa Timur diprakirakan akan bertumbuh positif pada kisaran 4,6 – 5,4% (yoy) disertai laju inflasi IHK yang yang terus menurun ke dalam rentang sasaran.

Ia menerangkan, faktor yang menjadi pendorong terkendalinya inflasi di tahun 2023 adalah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan penyakit tanaman yang terkendali.

Hal tersebut mengurangi risiko gagal panen, optimalisasi penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sehingga lebih terkendali, dampak kenaikan BBM pada September 2022 yang telah selesai, dan harga komoditas global, khususnya energi yang menunjukkan tren penurunan.

“Meskipun kinerja ekonomi termoderasi, tetapi masih terdapat ruang untuk tumbuh dengan menjaga konsumsi rumah tangga, mendorong investasi, dan mengoptimalkan industri pengolahan,” tutupnya. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU